Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Ipratropium Bromida general_alomedika 2022-12-23T08:49:42+07:00 2022-12-23T08:49:42+07:00
Ipratropium Bromida
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Ipratropium Bromida

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano
Share To Social Media:

Secara farmakologi, ipratropium bromida menyebabkan efek bronkodilatasi lokal tanpa efek sistemik. Ipratropium bromida tidak mengganggu bersihan mukosiliar pada saluran napas maupun volume dan viskositas dari sekresi saluran napas.

Farmakodinamik

Ipratropium bromida menyebabkan efek bronkodilatasi yang bersifat lokal, spesifik, dan tidak memberikan efek sistemik. Dalam suatu uji yang bertujuan untuk melihat seberapa jauh ipratropium bromida dapat melawan bronkospasme yang diprovokasi, didapatkan kesimpulan bahwa obat ini secara efektif mampu melawan agen kolinergik, memberikan sedikit proteksi terhadap agen serotonin atau histamin, serta memberikan proteksi moderat terhadap propranolol dan beberapa alergen.[4,9,10]

Ipratropium bromida menembus membran mukosa nasal dan gastrointestinal hanya secara minimal, sehingga menurunkan risiko efek antikolinergik sistemik, seperti efek pada sistem saraf, mata, kardiovaskular, hingga gastrointestinal.[4,9,10]

Ipratropium bromida tidak memengaruhi bersihan mukosiliar pada saluran napas atau volume dan viskositas dari sekresi saluran napas. Obat ini juga tidak memberikan efek perubahan ukuran pupil, daya akomodasi, hingga tajam penglihatan pada mata.[4,9,10]

Studi ventilasi/perfusi menunjukkan bahwa ipratropium bromida tidak memberikan efek klinis yang signifikan terhadap pertukaran gas oksigen di paru maupun perubahan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri.[4,9,10]

Pada penggunaan sesuai dosis rekomendasi, ipratropium bromida tidak menyebabkan efek klinis yang signifikan pada frekuensi nadi dan tekanan darah. Pemberian secara intravena pada 10 orang relawan dengan dosis tertinggi hanya memberikan rerata peningkatan denyut nadi sebanyak 50 kali per menit dan perubahan tekanan darah <20 mmHg, baik tekanan sistolik maupun diastolik.[4,9,10]

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ipratropium bromida menghasilkan efek klinis yang lebih lambat daripada obat golongan agonis beta-2, tetapi memiliki efek kerja lebih panjang daripada obat tersebut.

Beberapa studi menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara respons klinis yang diberikan oleh ipratropium bromida terhadap pasien yang mengalami asma, baik asma yang disebabkan oleh atopi maupun bukan atopi. Namun, obat antikolinergik ini memberikan efek yang lebih baik daripada agonis beta-2 pada pasien dengan bronkitis kronis dan emfisema.[4,9,10]

Farmakokinetik

Efek bronkodilatasi maksimal dicapai dengan dosis 20–40 µg atau 80 µg. Pemberian lebih dari dosis tersebut tidak menunjukkan peningkatan respons klinis.[4,9,10]

Absorbsi

Sebagian besar dosis ipratropium bromida yang dihirup akan tertelan dan sebanyak 30% dari dosis oral yang dikonsumsi akan diserap. Obat ini dapat masuk ke sirkulasi darah melalui jalur pembuluh darah dalam saluran napas di paru atau melalui saluran gastrointestinal.[4,9,10]

Onset kerja ipratropium bromida dicapai dalam 15 menit. Seperti obat agonis beta-2, ipratropium bromida mencapai efek klinis maksimal dalam 1,5–2 jam setelah pemberian dan memberikan efek klinis selama 4–6 jam setelah pemberian. Efek bronkodilatasi maksimal dicapai dengan dosis 20–40 µg atau 80 µg. Pemberian yang melebihi dosis tersebut tidak menunjukkan peningkatan respons klinis.[4,9,10]

Distribusi

Volume distribusi ipratropium bromida adalah 338 L. Obat ini memiliki kemampuan sangat terbatas untuk berikatan dengan albumin plasma atau α1-acid glycoprotein. Ikatan dengan protein hanyalah sebesar 0–9%. Studi autoradiografi terhadap tikus menunjukkan bahwa ipratropium bromida tidak dapat menembus sawar darah otak (blood-brain barrier).[4,9,10]

Metabolisme

Ipratropium bromida akan dimetabolisme menjadi 8 metabolit di hati. Metabolit ini hampir tidak memiliki efek antikolinergik pada percobaan in vitro. Secara parsial, obat ini akan dimetabolisme menjadi produk-produk hidrolisis ester yang inaktif, asam tropik, dan tropan.[4,9,10]

Eliminasi

Waktu paruh ipratropium bromida dicapai pada 3,2–3,8 jam setelah pemberian melalui semua rute. Eliminasi ipratropium bromida terutama melalui urine dan feses.[4,9,10]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

4. FDA. Combivent (ipratropium bromide and albuterol sulfate) Inhalation Aerosol. 2008. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2009/020291s027lbl.pdf
9. Patel P, Saab H, Aboeed A. Ipratropium. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544261/
10. Drugbank.com. Ipratropium Bromide. 2020. https://go.drugbank.com/drugs/DB00332

Pendahuluan Ipratropium Bromida
Formulasi Ipratropium Bromida

Artikel Terkait

  • Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
  • Efikasi dan Profil Keamanan Agen Mukolitik/Antioksidan pada PPOK – Telaah Jurnal
    Efikasi dan Profil Keamanan Agen Mukolitik/Antioksidan pada PPOK – Telaah Jurnal
  • Manajemen Asthma-COPD Overlap yang Terbaru dari GINA 2019
    Manajemen Asthma-COPD Overlap yang Terbaru dari GINA 2019
  • Manfaat dan Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik
    Manfaat dan Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik
  • Mukolitik sebagai Terapi Preventif PPOK Eksaserbasi
    Mukolitik sebagai Terapi Preventif PPOK Eksaserbasi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
21 Desember 2022
Pilihan Terapi Yang Tepat untuk Pasien Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Artikel Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Pilihan terapi yang tepat untuk pasien asma dan PPOK adalah kombinasi long-acting beta-2 agonist (LABA) dan inhaled corticosteroid (ICS). Termasuk...
Anonymous
26 Oktober 2022
Pasien lansia wanita sering sesak napas dan terasa kencang di perut bagian atas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter izin diskusi, saya pernah menemukan 2 orang pasien wanita usia 60-70 tahun dengan keluhan sering sesak tanpa nyeri epigastrium, atau sesak...
Anonymous
25 Oktober 2022
Rehabilitasi medik untuk pasien penyakit paru obstruktif kronis - Rehabilitasi Medik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Ananda, Sp. KFR bagaimana terapi pada pasien PPOK yang sering sesak napas pada pasien lansia? Apakah latihan tersebut bisa dilakukan pasien di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.