Farmakologi Salbutamol
Farmakologi salbutamol meliputi aspek farmakodinamik dan farmakokinetik, utamanya sebagai bronkodilator melalui stimulasi enzim adenil siklase intraseluler.
Farmakodinamik
Salbutamol bekerja pada reseptor beta2-adrenergik dalam menstimulasi enzim adenil siklase intraseluler. Reseptor beta 2-adrenergik adalah reseptor predominan pada otot polos bronkial, sedangkan enzim adenil siklase intraseluler bekerja mengkatalisasi konversi ATP menjadi AMP siklik. Meningkatnya kadar AMP siklik diasosiasikan dengan relaksasi otot polos bronkial, dan inhibisi terhadap dilepaskannya mediator”immediate hypersensitivity” dari sel-sel, terutama dari sel mast.
Farmakokinetik
Aspek farmakokinetik salbutamol hanya sedikit berbeda pada sediaan oral dan inhalasi.
Absorpsi
Salbutamol tablet 4 mg, cepat diabsorpsi setelah konsumsi per oral oleh individu normal. Tablet salbutamol dengan masa kerja panjang, penyerapannya sekitar 80% dengan, atau tanpa makanan. Salbutamol tablet dengan masa kerja cepat atau segera, absorpsinya 100% dalam keadaan stabil. Namun, kecepatan absorpsinya diperlambat oleh makanan tanpa mempengaruhi bioavailabilitas obat.
Onset kerja obat pada sediaan inhalasi adalah kurang dari 15 menit, sedangkan per oral dalam waktu 30 menit. Konsentrasi plasma maksimum sekitar 18 ng/mL, dicapai dalam waktu dua jam.
Pada uji klinis terhadap para pasien dengan asma, onset perbaikan fungsi pulmonal, adalah dalam waktu 30 menit setelah konsumsi satu dosis salbutamol tablet. Perbaikan gejala mencapai puncaknya dalam waktu 2-3 jam. Masa kerja tablet salbutamol sekitar 8 jam
Distribusi
Salbutamol didistribusikan dalam tubuh berikatan dengan protein sebanyak 10%. Volume distribusi adalah 0,1 L/kgBB.
Pada uji coba hewan, dilaporkan bahwa salbutamol melewati sawar otak, dan mencapai konsentrasi sekitar 5% dari konsentrasi plasma. Ekskresi kedalam air susu ibu belum diketahui.
Metabolisme
Metabolisme salbutamol terjadi di hepar. Metabolit yang dihasilkan berbentuk metabolit aktif colterol dan salbutamol 4-O-sulfat, serta metabolit inaktif 4-O-sulfat ester.
Eliminasi
Pasien yang diberikan 8 mg salbutamol per oral, menunjukkan bahwa 76% dari dosis tersebut diekskresikan ke urin dalam 3 tiga hari. Mayoritas dosis diekskresikan dalam waktu 24 jam pertama, dimana 60% dalam bentuk metabolit.
Pada pemberian dosis inhalasi, sekitar 72% diekskresikan ke urin dalam waktu 24 jam. Sekitar 28% dari dosis inhalasi tersebut diekskresikan dalam bentuk tidak berubah, sedangkan 44% nya sebagai metabolit.
Sediaan per oral memiliki waktu paruh sekitar 5 jam, sedangkan sediaan inhalasi memiliki waktu paruh 3-8 jam.
Ekskresi di feses hanya sekitar 4% dari dosis obat yang dikonsumsi [1-3, 5]
Resistensi
Pernah dilaporkan pasien asmatik yang menerima pengobatan salbutamol selama 4 minggu, tidak menunjukkan adanya resistensi terhadap obat ini. Namun, pasien normal yang dibandingkan dengan pasien asmatik tersebut, menunjukkan perkembangan resistensi yang progresif terhadap salbutamol. Hal ini didukung oleh adanya laporan studi lainnya, yang menyatakan terjadinya resistensi terhadap obat salbutamol inhalasi, yang diberikan selama dua minggu kepada beberapa laki-laki dewasa muda normal [16, 17]