Pengawasan Klinis Ropinirole
Salah satu aspek utama dalam pengawasan klinis pasien yang mendapat ropinirole adalah pemantauan respon klinis dan tolerabilitas untuk menyesuaikan dosis secara bertahap, misalnya pada penggunaan untuk penyakit Parkinson.[1,5,12]
Titrasi Dosis
Pada penggunaannya, ropinirole harus dititrasi perlahan untuk menghindari efek samping dopaminergik seperti mual, hipotensi ortostatik, dan mengantuk berat. Mulai penggunaan obat ini dengan dosis rendah dan tingkatkan secara individual berdasarkan respons klinis dan toleransi pasien.[1,5,12]
Pemantauan Efek Samping
Pemantauan terhadap efek samping neuropsikiatri juga penting, terutama pada pasien Parkinson lanjut usia atau yang memiliki riwayat gangguan psikiatri. Ropinirole diketahui dapat menyebabkan halusinasi, delusi, dan perilaku impulsif seperti hiperseksualitas, judi patologis, atau belanja kompulsif. Oleh karena itu, pengawasan rutin terhadap perubahan perilaku dan status mental pasien diperlukan, termasuk keterlibatan keluarga dalam pelaporan gejala.
Pasien yang menggunakan ropinirole juga perlu dimonitor untuk gejala kantuk berlebih di siang hari dan episode tidur mendadak, yang dapat membahayakan terutama bila pasien mengemudi atau mengoperasikan mesin. Jika gejala ini muncul, modifikasi dosis atau penghentian terapi harus dipertimbangkan.
Selain itu, pengawasan fungsi hepar dan ginjal secara berkala juga direkomendasikan, mengingat ropinirole dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal. Hal ini relevan pada pasien lanjut usia atau yang memiliki komorbiditas hepatik atau renal, meskipun belum ada anjuran atau consensus baku mengenai seberapa sering pemantauan harus dilakukan.
Penting pula diwaspadai terkait adanya risiko gejala putus obat jika ropinirole dihentikan secara mendadak, terutama pada pasien Parkinson. Oleh sebab itu, penghentian terapi harus dilakukan secara bertahap.[1,5,12]