Efek Samping dan Interaksi Obat Favipiravir
Efek samping favipiravir diantaranya berupa efek samping hepatik dengan peningkatan enzim, gastrointestinal seperti diare, mual, muntah, dan nyeri abdomen, gangguan hematologi, respiratorik, metabolik, hipersensitivitas, serta efek samping lain seperti vertigo, ekimosis, pandangan kabur, dan polip tonsil. Terdapat beberapa potensi interaksi antara favipiravir dengan obat atau zat lain, di antaranya dengan paracetamol, pirazinamid, repaglinid, dan famsiklovir.[4,9,13-16]
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan favipiravir bisa terjadi pada berbagai organ, yaitu:
- Hepatik: peningkatan SGOT, SGPT, dan γ-GTP (≥1%), peningkatan bilirubin (<0,5%)
- Gastrointestinal: diare (4,79%), mual, muntah, nyeri abdomen (0,5-<1%), dispepsia, ulkus duodenum, hematochezia, gastritis (<0,5%)
- Hematologi: penurunan hitung neutrofil, leukopenia (≥1%), penurunan hitung retikulosit, peningkatan monosit (<0,5%)
- Respiratori: asma, nyeri orofaringeal, rinitis, nasofaringitis (<0,5%)
- Gangguan metabolik: hiperuricemia (4,79%), peningkatan trigliserida (≥1%), glukosuria (0,5-<1%), hipokalemia (<0,5%)
- Hipersensitivitas: rash (0,5-<1%), eksim, pruritus (<0,5%)
- Efek samping lain: vertigo, ekimosis, pandangan kabur, polip tonsil (<0,5%)
Suatu uji klinik fase II (NCT01068912) mendapatkan bahwa pada pemberian favipiravir dengan loading dose 2000 mg/hari yang diikuti dosis harian sebesar 800 mg/hari, setelah dilakukan follow up selama 5 hari didapatkan efek samping serius pada 1,5% pasien, dibandingkan 0,5% pada plasebo. Efek samping yang terjadi adalah:
- Gangguan gastrointestinal terjadi pada 10,6% pasien, dibandingkan 17,3% pada plasebo
- Peningkatan asam urat terjadi pada 2,3% pasien, dibandingkan 2,5% pada plasebo
Sementara itu, pada pemberian dengan loading dose 2400 mg/hari yang dilanjutkan dengan dosis harian 1600 mg/hari, efek samping yang didapatkan adalah:
- Gangguan gastrointestinal terjadi pada 13,2% pasien, dibandingkan 17,3% pada plasebo
- Peningkatan hasil tes fungsi hati terjadi pada 1,6% pasien, dibandingkan 3,0% pada plasebo
- Peningkatan asam urat terjadi pada 3,7% pasien, dibandingkan 2,5% pada plasebo
Suatu review dari 29 studi mengenai favipiravir, dengan total sampel sebesar 4299 pasien, mendapatkan bahwa efek samping peningkatan asam urat terjadi pada 5,8% pasien dibandingkan 1,3% pada kelompok kontrol.[15,16]
Interaksi Obat
Terdapat beberapa potensi interaksi antara favipiravir dengan obat atau zat lain, di antaranya:
- Favipiravir tidak menghambat metabolisme paracetamol pada proses konjugasi glukuronida, tapi menghambat konjugasi sulfat. Penggunaan bersamaan antara favipiravir dan paracetamol dapat meningkatkan area under the curve (AUC) paracetamol sebesar 20% tapi tidak mempengaruhi maximum concentration (Cmax). Interaksi ini tidak terlalu bermakna secara klinis.
- Penggunaan secara bersamaan antara favipiravir dan pirazinamid dapat menyebabkan hiperurisemia. Terjadi peningkatan kadar asam urat darah sebesar 2,3 mg/dl pada pemberian pirazinamid 1500 mg sekali sehari dan favipiravir 1200 mg 2 kali sehari. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan reabsorbsi asam urat dalam tubulus ginjal
- Penggunaan favipiravir dan repaglinide secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan kadar repaglinide di dalam darah sehingga berpotensi meningkatkan risiko adverse effect repaglinide. Hal ini disebabkan karena penghambatan enzim CYP2C8 yang menyebabkan penghambatan metabolisme repaglinide
- Penggunaan bersamaan dengan teofilin dapat meningkatkan kadar favipiravir dalam darah, sehingga berpotensi terjadinya efek samping favipiravir
- Penggunaan bersamaan dengan famsiklovir dapat menurunkan kadar famsiklovir. Hal ini disebabkan karena penghambatan aldehid oksidase oleh favipiravir dapat menurunkan bentuk aktif famsiklovir dalam darah
- Favipiravir dapat menghambat deesterifikasi oseltamivir apabila diberikan pada konsentrasi yang cukup tinggi (IC50 ≥3000 µmol/L.[4,9,13,17]