Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
  • Diskusi Dokter
  • SKP Online
Indikasi dan Dosis Sulfadiazine general_alomedika 2020-05-05T16:21:19+07:00 2020-05-05T16:21:19+07:00
Sulfadiazine
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Indikasi dan Dosis Sulfadiazine

Oleh :
dr. William Sumoro
Share To Social Media:

Indikasi sulfadiazine terutama untuk demam reumatik, toxoplasmosis, dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif dan positif.[5]

Indikasi sulfadiazine untuk bakteri gram positif:

  • Grup A Streptococci

  • Streptococcus pneumoniae
  • Bacillus anthracis
  • Nocardia spp., terutama Asteroides

  • Staphylococcus spp.

  • Clostridium perfringens[5]

Indikasi sulfadiazine untuk bakteri gram negatif:

  • Haemophilus influenzae
  • ducreyi
  • Tingkat sensitivitas bervariasi untuk bakteri berikut ini: Escherichia coli, Klebsiella proteus, Salmonella spp. Serratia spp., Vibrio cholerae.
  • Pada beberapa laporan juga sensitif untuk Actinomyces spp, Brucella, Calymmatobacterium granulomatis, Legionella spp, Yersinia pestis, Chlamydia trachomatis, Pseudomonas pseudomallei[5]

Dosis untuk Dewasa

Dosis umum: dosis inisial 2-4 gram per oral diikuti dosis pemeliharaan 2-4 gram sehari yang terbagi dalam 3-6 dosis, maksimum durasi terapi 7 hari.

Demam Reumatik

Dosis sulfadiazine untuk profilaksis demam reumatik adalah sebagai berikut:

  • Berat badan ≤27 kg: 500 mg per oral, sekali sehari
  • Berat badan >27 kg: 1000 mg per oral, sekali sehari[12]

Ensefalitis akibat Toxoplasmosis

Pada ensefalitis akibat toxoplasmosis, pengobatan menggunakan kombinasi antara sulfadiazine, pirimetamin, dan kalsium leucovorin atau sebagai alternatif dapat juga dikombinasikan dengan atovaquone.[13]

Pengobatan akut dengan durasi terapi ≥6 minggu diberikan menggunakan 1000 mg (untuk pasien dengan berat badan <60 kg) atau 1,500 mg (berat badan ≥60 kg) sulfadiazine, empat kali sehari.

Pemeliharaan kronis menggunakan sulfadiazine 2000-4000 mg/hari dalam 2-4 dosis terbagi.[13]

Pediatrik

Dosis umum sulfadiazine untuk bayi ≥2 bulan, anak-anak, dan adolesen adalah 120-150 mg/kgBB/hari dalam 4 hingga 6 dosis sehari. Dosis maksimum sehari adalah 6 gram.[14]

Sulfonamida sebaiknya tidak digunakan pada terapi awal untuk meningitis meningokokal, kecuali jika hasil pemeriksaan menunjukkan bakteri penyebab meningitis sensitif terhadap sulfonamida oral.

Toxoplasmosis

Penanganan toxoplasmosis pada anak diberikan dengan kombinasi sulfadiazine, pirimetamin, dan leucovorin.

Untuk toxoplasmosis kongenital, sulfadiazine diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB, dua kali sehari, selama 12 bulan.

Untuk toxoplasmosis didapat/acquired pada anak yang HIV positif atau imunokompromais, terapi induksi akut dapat diberikan menggunakan sulfadiazine dengan dosis 25-50 mg/kgBB, 4 kali sehari. Dosis maksimal 1500 mg/dosis dengan dosis maksimum harian 6 gram. Lanjutkan terapi induksi akut selama sekurangnya 6 minggu, setelah itu dilanjutkan dengan terapi supresif kronis.

Terapi supresif kronis dilakukan dengan pemberian sufadiazine 60 mg/kgBB, dua kali sehari. Dosis maksimum harian 4000 mg/hari.

Jika terjadi korioretinitis, dapat diberikan sulfadiazine dengan dosis inisial 75 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 50 mg/kgBB, dua kali sehari, hingga 1-2 minggu setelah resolusi manifestasi klinis (umumnya sekitar 4-6 minggu).  Dosis maksimum harian 4000 mg.

Jika terjadi ensefalitis, berikan terapi induksi akut menggunakan sulfadiazine dengan dosis 1000 mg, 4 kali sehari, selama setidaknya 6 minggu, lalu dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan kronis.

Terapi pemeliharaan kronis diberikan menggunakan sulfadiazine 2000-4000 mg/hari dalam 2-4 dosis terbagi.[14,15]

Demam Reumatik

Sulfadiazine dapat digunakan sebagai profilaksis sekunder untuk mencegah rekurensi demam reumatik. Dosis yang diberikan ditentukan berdasarkan berat badan:

  • Berat pasien ≤27 kg: 500 mg per oral, sehari sekali
  • Berat pasien >27 kg: 1000 mg per oral, sehari sekali[12,14]

Penggunaan pada Populasi Khusus

Antibiotik golongan sulfa berisiko menyebabkan hiperbilirubinemia dan kernikterus pada neonatus dan bayi berusia muda sehingga tidak disarankan digunakan pada bayi berusia <2 bulan.[16]

Penggunaan sulfadiazine juga harus berhati-hati pada orang dengan penyakit sebagai berikut:

  • Asma
  • Defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD)
  • Gangguan hati
  • Gangguan ginjal: memerlukan modifikasi dosis, pastikan hidrasi pasien cukup untuk mencegah kristaluria[16]

Referensi

5. Electronic Medicines Compendium. Sulfadiazine. 2020. https://www.medicines.org.uk/emc/product/253
12. Gerber MA, Baltimore RS, Eaton CB, Gewitz M, Rowley AH, Shulman ST, Taubert KA. Prevention of rheumatic fever and diagnosis and treatment of acute Streptococcal pharyngitis: a scientific statement from the American Heart Association Rheumatic Fever, Endocarditis, and Kawasaki Disease Committee of the Council on Cardiovascular Disease in the Young, the Interdisciplinary Council on Functional Genomics and Translational Biology, and the Interdisciplinary Council on Quality of Care and Outcomes Research: endorsed by the American Academy of Pediatrics. Circulation. 2009 Mar 24;119(11):1541-51. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.109.191959.
13. HHS Panel on Opportunistic Infections in HIV-Infected Adults and Adolescents. Guidelines for the prevention and treatment of opportunistic infections in HIV-infected adults and adolescents: recommendations from the Centers for Disease Control and Prevention, the National Institutes of Health, and the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases Society of America. Diunduh dari: http://aidsinfo.nih.gov/contentfiles/lvguidelines/adult_oi.pdf.
14. American Academy of Pediatrics (AAP). In: Kimberlin DW, Brady MT, Jackson MA, Long SA, eds. Red Book: 2018 Report of the Committee on Infectious Diseases. 31st ed. Itasca, IL: American Academy of Pediatrics; 2018
15. HHS Panel on Opportunistic Infections in HIV-Exposed and HIV-Infected Children. Guidelines for the Prevention and Treatment of Opportunistic Infections in HIV-Exposed and HIV-Infected Children. Department of Health and Human Services. November 2013. Diunduh dari: http://aidsinfo.nih.gov/contentfiles/lvguidelines/oi_guidelines_pediatrics.pdf.
16. drugs.com. sulfadiazine. 2020. diunduh dari: htps://www.drugs.com/ppa/sulfadiazine.html

Formulasi Sulfadiazine
Efek Samping dan Interaksi Obat ...

Artikel Terkait

  • Pencegahan Penularan Toxoplasmosis secara Vertikal
    Pencegahan Penularan Toxoplasmosis secara Vertikal
  • Manfaat Demam: Tunda atau Turunkan dengan Cepat?
    Manfaat Demam: Tunda atau Turunkan dengan Cepat?
Diskusi Terkait
dr. Farah Dina
30 Maret 2022
Terpapar toksoplasma karena teriris pisau saat memotong ayam mentah
Oleh: dr. Farah Dina
2 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien hamil G2P0A1 UK 20 minggu + 5 hari, mengeluhkan bahwa telapak tangan beliau habis terkena irisan pisau saat memotong daging...
dr.Fajrur Rahman Lubis
26 November 2021
Ibu hamil usia 25 tahun dengan G2A12P0 dengan positif toxoplasmosis
Oleh: dr.Fajrur Rahman Lubis
2 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien perempuan usia 25 th datang dengan G2A12P0 dengan membawa hasil lab igm positif toxoplasmosis 2.5, untuk antibiotik dan...
Anonymous
31 Juli 2021
Infeksi TORCH pada ibu hamil trimester 3
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok, izin bertanya. Bagaimana dampaknya jika ibu hamil terinfeksi TORCH pada TM 3? Apakah masih dapat mengganggu pertumbuhan & perkembangan janin? Jika...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.