Pendahuluan Deksmedetomidin
Deksmedetomidin merupakan obat anestetik agonis α2-adrenoseptor yang memiliki efek sedatif, ansiolitik, simpatolitik, dan analgesik, serta minimal efek depresi pernapasan. Obat ini sangat poten dan sangat selektif terhadap α2-adrenoseptor dengan rasio α2:α1 adalah 1620:1. Hal ini menjadikan deksmedetomidin delapan kali lebih selektif terhadap α2- adrenoseptor daripada clonidine.[1,2]
Awalnya deksmedetomidin hanya digunakan secara intravena sebagai sedasi pada pasien dewasa dengan ventilasi mekanik yang dirawat di ICU selama 24 jam. Pada tahun 2008, indikasi tambahan diberikan di Amerika Serikat dimana deksmedetomidin boleh digunakan sebagai sedasi pada pasien yang tidak terintubasi sebelum dan atau selama pembedahan dan tindakan lain.[1,2] Pasien yang menerima deksmedetomidin akan lebih mudah dibangunkan dari anestesi dan lebih dilaporkan lebih jarang mengalami depresi pernapasan.[3]
Walaupun memiliki efek minimal terhadap depresi pernapasan, penggunaan deksmedetomidin juga memiliki efek samping seperti bradikardi, hipotensi, sinus arrest, dan hipertensi transien, terutama bila digunakan pada pasien usia 65 tahun ke atas. Pada ibu hamil dan menyusui, pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, serta penggunaan pada anak-anak, diperlukan kehati-hatian.[7,11,13]
Nama kimia deksmedetomidin adalah 1H-imidazole, 4-(S)-[1-(2,3-dimethylphenyl)ethyl]- monohydrochloride. Formula molekularnya C13H16N2.[4]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Deksmedetomidin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Anestetik[5] |
Subkelas | Anestetik Umum dan Oksigen[5] |
Akses | Resep[6] |
Wanita Hamil | FDA: C[7,8] |
TGA: B1[9] | |
Wanita menyusui | Belum diketahui apakah deksmedetomidin diekskresikan melalui air susu[7] |
Anak-anak | Belum ada bukti data keamanan penggunaan deksmedetomidin pada anak-anak[8] |
FDA | Approved[7] |