Farmakologi Deksmedetomidin
Farmakologi deksmedetomidin adalah sebagai obat anestesi. Deksmedetomidin bekerja sebagai agonis alfa.
Farmakodinamik
Deksmedetomidin merupakan agonis alfa 2 reseptor yang mempunyai efek sedatif, ansiolitik, hipnotik, analgesic, dan simpatolitik. Hal ini terjadi karena inhibisi jaras simpatik pusat dengan cara blokade reseptor alfa di batang otak, sehingga menginhibisi pelepasan norepinefrin. [10] Efek sedatif deksmedetomidin dipercaya dimediasi terutama oleh post-synaptic alpha2-adrenoreceptors yang bekerja menginhibisi pertussis-toxin-sensitive G protein, sehingga meningkatkan aliran kanal kalium. Lokasi efek sedatif deksmedetomidin dihubungkan dengan lokus sereleus. Kemudian efek analgesik yang dihasilkan deksmedetomidin dipercaya dimediasi oleh mekanisme yang sama pada batang otak dan medula spinalis.[10,11]
Efek Sedatif
Sedasi menggunakan deksmedetomidin menyerupai tidur alami atau fisiologis. Efek sedatif dan hipnotiknya dipercaya dimediasi oleh aktivasi pre- dan post- sinaps reseptor-α2 di lokus sereleus dan deksmedetomidin dipercaya mempengaruhi jalur tidur endogen. Namun, mekanisme pasti belum sepenuhnya diketahui.[1,11] Efek sedatif deksmedetomidin tergantung dari konsentrasi obat di dalam plasma, konsentrasi plasma antara 0,2-0,3 ng/mL akan menghasilkan efek sedatif yang signifikan dan dalam.[1]
Efek Analgesik
Mekanisme analgesik deksmedetomidin belum sepenuhnya diketahui. Efek analgesik deksmedetomidin dipercaya dimediasi oleh pengikatan reseptor-α2 di sentral dan medula spinalis. Transmisi nyeri ditekan oleh hiperpolarisasi interneuron dan penurunan pelepasan transmiter pronosiseptif seperti substansi P dan glutamat sehingga menimbulkan efek analgesik.[1]
Efek Kardiovaskuler
Deksmedetomidin memiliki respon hemodinamik bifasik yang khas, pada konsentrasi plasma rendah menyebabkan hipotensi dan pada konsentrasi plasma tinggi akan menyebabkan hipertensi.
Ketika deksmedetomidin diberikan secara bolus intravena, konsentrasi obat di dalam plasma akan tinggi, sehingga mengaktivasi reseptor-α2 di otot polos pembuluh darah yang akan menyebabkan vasokonstriksi perifer dan terjadilah hipertensi. Hal ini juga diikuti dengan penurunan denyut jantung yang kemungkinan disebabkan reflek baroreseptor. Penjelasan lain yang mungkin menyebabkan penurunan denyut jantung adalah karena stimulasi reseptor-α2 presinaps yang menyebabkan penurunan pelepasan norepinefrin. Setelah beberapa menit, ketika konsentrasi deksmedetomidin di dalam plasma menurun, efek vasokonstriksi mulai berkurang. Dalam waktu bersamaan, deksmedetomidin juga mengaktivasi reseptor-α2 di sel endotel pembuluh darah, sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.[1,2]
Efek Respirasi
Deksmedetomidin tidak menyebabkan depresi pernapasan atau gangguan jalan napas. Untuk itu, deksmedetomidin bisa digunakan sebagai sedasi setelah pasien diekstubasi. Pada konsentrasi terapeutik dalam plasma sampai dengan 2,4 ng/mL, efek depresi pernapasan dilaporkan minimal. Pada suatu studi yang membandingkan antara remifentanil dan deksmedetomidin pada subyek sehat, didapatkan bahwa tidak ada efek depresi pernapasan hingga konsentrasi plasma 2,4 ng/mL pada penggunaan deksmedetomidin.[1,2]
Farmakokinetik
Melalui jalur pemberian secara intravena, deksmedetomidin menunjukkan karakteristik distribusi yang cepat dengan waktu paruh sekitar 6 menit, waktu paruh eliminasi akhir sekitar 2 jam, volume distribusi tetap sekitar 118 liter, dan clearance (CL) sekitar 39 L/jam.[11]
Absorpsi
Walaupun cara pemberian deksmedetomidin terdaftar hanya secara intravena, berbagai rute yang lain telah diinvestigasi dengan bioavailabilitas 16% ketika diberikan via oral, 65% via nasal, dan 82% via buccal. Deksmedetomidin dilaporkan memiliki absorpsi yang baik pada pemberian melalui mukosa nasal dan buccal. Hal ini bisa menjadi sebuah keuntungan ketika digunakan pada anak yang tidak kooperatif atau pasien geriatri.[1,2]
Distribusi
Deksmedetomidin merupakan obat yang sangat terikat dengan protein. Di dalam plasma, 94% deksmedetomidin diikat oleh albumin dan α1-glikoprotein. Studi prepemasaran dengan radioaktif menunjukkan bahwa deksmedetomidin menyebar secara cepat dan luas ke seluruh tubuh. Studi preklinis pada binatang, menemukan bahwa deksmedetomidin segera melewati sawar darah otak dan sawar plasenta dengan waktu paruh distribusi obat adalah 6 menit. Volume distribusi tetap deksmedetomidin sekitar 118 liter.[1,2,11]
Metabolisme
Hampir seluruh deksmedetomidin mengalami biotransformasi lengkap dan hanya menyisakan sedikit sekali deksmedetomidin yang tidak berubah yang diekskresikan melalui urin dan feses. Deksmedetomidin mengalami glukuronidasi dan hidroksilasi oleh enzim sitokrom P450 di dalam mikrosom hepar, dan N-metilasi di hepar menjadi metabolit inaktif yang akan diekskresikan melalui ginjal.[1, 2,11]
Eliminasi
Waktu paruh eliminasi akhir deksmedetomidin adalah sekitar 2 jam dan clearance diperkirakan sekitar 39 L/jam. Eliminasi deksmedetomidin sekitar 95% melalui urin, sisanya diekskresikan melalui feses.[1,2,11]