Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Kontraindikasi dan Peringatan Hidromorfon general_alomedika 2022-09-23T14:57:43+07:00 2022-09-23T14:57:43+07:00
Hidromorfon
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Kontraindikasi dan Peringatan Hidromorfon

Oleh :
dr. Bernita Nur Cahyani
Share To Social Media:

Kontraindikasi pemberian hidromorfon adalah hipersensitivitas terhadap hidromorfon, garam hidromorfon, maupun komponen lain dalam formulasi obatnya. Sediaan yang berbeda dapat memiliki kontraindikasi yang berbeda. Peringatan terkait hidromorfon yang perlu diperhatikan adalah potensi adiksi dan penyalahgunaan.

Kontraindikasi

Kontraindikasi penggunaan hidromorfon adalah hipersensitivitas terhadap hidromorfon atau elemen lain dalam formulasinya. Pasien dengan depresi pernapasan signifikan dan pasien dengan asma bronkial akut berat di tempat di mana tidak ada peralatan resusitasi juga menjadi kontraindikasi. Selain itu, hidromorfon juga tidak boleh digunakan sebagai analgesik obstetrik dan tidak boleh diberikan pada pasien dengan obstruksi gastrointestinal (termasuk ileus paralitik).

Sediaan hidromorfon yang berbeda dapat memiliki kontraindikasi yang berbeda. Untuk tablet lepas lambat yang tersedia di Indonesia, kontraindikasinya adalah pasien yang tidak toleran terhadap opioid, pasien dengan riwayat operasi gastrointestinal, pasien dengan penyempitan saluran cerna, dan pasien dengan blind loops gastrointestinal.

Hidromorfon juga tidak dianjurkan pada anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, pasien dengan penurunan fungsi hati berat, dan pasien pengguna inhibitor monoamine oxidase (MAO), serta pasien yang sempat menggunakan inhibitor MAO 14 hari terakhir.[4]

Peringatan

Penggunaan hidromorfon harus berhati-hati karena dapat menyebabkan depresi napas, penyalahgunaan, adiksi, hipotensi, dan neonatal opioid withdrawal syndrome (NOWS).

Depresi Pernapasan

Depresi pernapasan lebih sering terjadi pada populasi geriatri, pada orang yang sakit, dan pada mereka yang mengalami hipoksia atau hiperkapnia. Penggunaan hidromorfon juga harus sangat hati-hati pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, cor pulmonale, penurunan cadangan pernapasan, atau depresi pernapasan yang sudah ada sebelumnya. Pada pasien demikian, dosis terapi biasa pun berisiko mendepresi pernapasan dan menimbulkan apnea.[1,4]

Penyalahgunaan dan Adiksi

Hidromorfon dapat disalahgunakan dengan cara yang mirip dengan agonis opioid lain. Hal ini harus dipertimbangkan saat meresepkan hidromorfon. Dokter harus memonitor pasien yang mendapatkan opioid untuk tanda-tanda penyalahgunaan dan adiksi.

Pasien juga sebaiknya dinilai untuk potensi penyalahgunaan opioid sebelum diberikan terapi. Orang yang berisiko tinggi untuk penyalahgunaan opioid adalah mereka yang memiliki riwayat penyalahgunaan zat (termasuk narkotika dan alkohol) atau penyakit mental (misalnya depresi). Opioid mungkin masih sesuai untuk digunakan pada pasien tersebut tetapi memerlukan pemantauan intensif untuk tanda-tanda penyalahgunaan.[4]

Neonatal Opioid Withdrawal Syndrome

Bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan hidromorfon secara berkepanjangan dapat mengalami neonatal opioid withdrawal syndrome (NOWS). Kondisi ini mengancam nyawa bila tidak dideteksi dan ditangani dengan segera. Manifestasi klinis yang dapat timbul adalah iritabilitas, hiperaktivitas, pola tidur abnormal, tremor, mual, muntah, dan tidak bertambahnya berat badan.[1,4]

Hipotensi

Analgesik opioid termasuk hidromorfon dapat menyebabkan hipotensi berat, terutama pada individu dengan volume darah yang kurang atau pada individu yang juga menerima obat seperti fenotiazin atau anestesi general. Pemberian hidromorfon harus hati-hati pada pasien syok karena vasodilatasi yang dihasilkan oleh obat ini selanjutnya dapat menurunkan curah jantung dan tekanan darah.[1,4]

Kondisi Lainnya

Pemberian hidromorfon juga harus berhati-hati pada pasien dengan depresi sistem saraf pusat, peningkatan tekanan intrakranial, lesi intrakranial, trauma kepala, kejang, atau perubahan status mental. Pemberian pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan/atau hati juga harus berhati-hati dengan dosis lebih rendah. Obat ini juga dapat menyebabkan konstipasi, sehingga pemberian pada pasien konstipasi kronik perlu pertimbangan yang matang.[1,4]

Referensi

1. Drugs.com. Hydromorphone. 2020. https://www.drugs.com/ppa/hydromorphone.html
4. U.S. Food and Drug Administration. DILAUDID® ORAL LIQUID and DILAUDID® TABLETS (hydromorphone hydrochloride). https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2007/019892s015lbl.pdf

Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...
Pengawasan Klinis Hidromorfon

Artikel Terkait

  • Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
    Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
  • Komparasi Efektivitas Paracetamol dan NSAID untuk Manajemen Nyeri pada Trauma Muskuloskeletal
    Komparasi Efektivitas Paracetamol dan NSAID untuk Manajemen Nyeri pada Trauma Muskuloskeletal
  • Manajemen Nyeri kanker Dengan Prinsip Pain Relief Ladder WHO
    Manajemen Nyeri kanker Dengan Prinsip Pain Relief Ladder WHO
  • Mengenali Nyeri Kronis Setelah Operasi dan Penanganannya
    Mengenali Nyeri Kronis Setelah Operasi dan Penanganannya
  • Penggunaan OAINS untuk Infeksi di Bidang THT
    Penggunaan OAINS untuk Infeksi di Bidang THT

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
04 Februari 2023
Manajemen nyeri untuk pasien lansia riwayat nefrektomi dan CKD grade 1
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pagi dok, izin bertanya. Penggunaan tramadol untuk mengatasi nyeri sedang-berat pada pasien wanita usia 80 tahun dengam riwayat nefrektomi dan CKD grade 1,...
Anonymous
16 November 2022
Pasien dengan nyeri post injeksi vitamin C
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, saya ada pasien post inj. vit c 1cc terakhir needle wing sedikit bergeser krn pasien bergerak sehingga ada bagian yg mengenai jaringan...
Anonymous
25 Oktober 2022
Penanganan pasien dengan ischialgia/nyeri ischiatica - Rehabilitasi Medik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter Ananda, Sp.KFR izin bertanya untuk pasien dengan ischialgia/nyeri ischiatica, nyeri dan kekakuan tulang belakang karena osteoporosis atau...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.