Mengurangi Penggunaan Antibiotik yang Tidak Perlu pada Pasien Rawat Inap dengan Bronkiolitis – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan

Decreasing Unnecessary Antibiotic Usage in Patients Admitted With Bronchiolitis

Naeem F, Kuzmic B, Khang L, Osburn TS. Hospital Pediatrics. 2021. 11(10):e248-e252. doi: 10.1542/hpeds.2021-005901.

studilayak

Abstrak

Latar Belakang dan Tujuan: Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang terjadi pada anak usia kurang dari dua tahun dan menjadi penyebab umum rawat inap pada anak. Panduan bronkiolitis yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics tidak menganjurkan terapi antibiotik secara rutin pada kasus bronkiolitis. Namun, penggunaan antibiotik pada populasi pasien ini tetap ditemukan tinggi.

Metode: Peneliti melakukan tinjauan retrospektif terhadap seluruh rekam medik pasien usia ≤2 tahun dengan bronkiolitis di dua musim penyakit saluran napas pada pusat pelayanan kesehatan tersier di lokasi penelitian ini. Di antara kedua musim, peneliti melakukan intervensi kepada tenaga medis di pusat pelayanan kesehatan tersebut, termasuk tinjauan terhadap panduan bronkiolitis American Academy of Pediatrics diikuti penegakan pemantauan antibiotik berkelanjutan pada hari kerja.

Hasil: Terdapat capaian pengurangan penggunaan antibiotik sebesar 40% di antara kedua periode studi (25% vs 15%, p<0.001).

Kesimpulan: Edukasi terhadap pemberi layanan kesehatan, diikuti dengan pemantauan dan audit terhadap penggunaan antibiotik beserta umpan balik real-time, dapat menurunkan penggunaan antibiotik pada pasien yang dirawat inap dengan bronkiolitis.

AntibiotikBronkiolitis

Ulasan Alomedika

Jurnal ini membandingkan penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap dengan bronkiolitis sebelum dan sesudah intervensi terkait disiplin penggunaan antibiotik. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui peran intervensi berupa edukasi dan pemantauan serta umpan balik berkala mengenai penggunaan antibiotik dalam menurunkan angka penggunaan antibiotik yang tidak perlu pada pasien dengan bronkiolitis akibat infeksi virus.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tinjauan retrospektif terhadap rekam medik elektronik pasien anak usia ≤2 tahun yang dirawat pada fasilitas pelayanan kesehatan tersier dengan diagnosis akhir bronkiolitis.

Subjek Studi:

Kriteria inklusi berupa pasien dengan usia maksimal 2 tahun, dirawat dengan diagnosis bronkiolitis, dan tidak memiliki penyakit komorbid, termasuk penyakit jantung kongenital, cystic fibrosis, trakeostomi, gangguan neurologis, dan imunokompromais. Data yang digunakan berupa usia, kondisi komorbid, indikasi dan durasi penggunaan antibiotik, serta kesimpulan perawatan meliputi kebutuhan perawatan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU), perawatan ulang dalam 30 hari, dan mortalitas.

Intervensi:

Periode studi terbagi menjadi dua pada dua musim penyakit pernapasan yang berbeda, yaitu sebelum dan sesudah intervensi. Intervensi berupa tinjauan bersama terhadap pedoman bronkiolitis American Academy of Pediatrics serta program pemantauan dan audit penggunaan antibiotik melalui Antimicrobial Stewardship Programs (ASP).

Penggunaan antibiotik dianggap tepat bila memenuhi beberapa kriteria, seperti perubahan kondisi klinis sehingga membutuhkan resusitasi cairan dan peningkatan kebutuhan bantuan napas dengan atau tanpa identifikasi sumber infeksi lainnya, perubahan hasil laboratorium dengan peningkatan kadar sel darah putih atau peningkatan penanda inflamasi, seperti C-reactive protein (CRP), yang terkait dengan gejala klinis, serta adanya kelainan gambaran radiologis paru dengan kecurigaan mengarah pada pneumonia bakteri superimposed.

Ulasan Hasil Penelitian

Terdapat 1.154 data rekam medik pasien yang digunakan sebagai subjek penelitian, terbagi menjadi 549 data pada periode pre-intervensi dan 605 data pada periode post-intervensi. Dalam studi ini, 20% (227) subjek penelitian menerima antibiotik, di mana terdapat 25% (137) subjek periode pre-intervensi dan 15% (90) subjek post-intervensi menerima antibiotik. Luaran penelitian ini berupa perbedaan persentase penggunaan antibiotik pada kedua periode sebesar 40% (25% vs 15%).

Indikasi penggunaan antibiotik pada penelitian ini berupa otitis media, pneumonia, kecurigaan sepsis, faringitis Streptococcus, infeksi saluran kemih, dan bakteremia. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik mengenai angka penggunaan antibiotik yang tepat pada kedua periode (63% vs 67%). Selain itu, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua periode mengenai kebutuhan perawatan PICU, perawatan ulang di bawah 30 hari, maupun kematian.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan dari penelitian ini adalah konsep dan tujuan penelitian yang berbeda dibandingkan penelitian lain. Di saat dunia penelitian sebagian besar memilih konsep perbandingan antara berbagai jenis obat dan terapi dalam penatalaksanaan suatu penyakit, penelitian ini berfokus pada peran intervensi keilmuan terhadap klinisi, berupa tinjauan terhadap pedoman terbaru hingga penegakan disiplin dan audit terhadap penggunaan antibiotik.

Penelitian ini melibatkan sampel yang besar, yaitu sebanyak 1193 pasien. Dengan jumlah sampel yang besar, hasil penelitian menjadi lebih kuat dan dapat diandalkan. Selain itu, penelitian ini memaparkan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas. Hal ini membantu memastikan bahwa kelompok pasien yang diteliti homogen dan relevan dengan pertanyaan penelitian.

Penelitian ini juga memanfaatkan tim ASP (Antimicrobial Stewardship Program) yang terdiri dari ahli penyakit menular, dokter spesialis anak, dan apoteker yang fokus pada pengelolaan antibiotik. Keberadaan tim ini dapat memastikan bahwa kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik dipatuhi dengan baik. Selain itu, penelitian ini menilai luaran klinis yang penting, seperti transfer ke PICU, rawat inap ulang dalam 30 hari, dan mortalitas.

Limitasi Penelitian

Metode tinjauan rekam medis retrospektif dapat menghadapi risiko bias data. Hal ini karena data yang ada mungkin tidak selalu lengkap atau terdokumentasi dengan sempurna, sehingga mempengaruhi interpretasi hasil. Selanjutnya, penelitian ini terbatas pada satu pusat perawatan tersier di California, sehingga hasilnya mungkin tidak sepenuhnya dapat diterapkan pada populasi bayi dengan bronkiolitis di lokasi atau fasilitas kesehatan lain.

Kemudian, walaupun penelitian ini melibatkan jumlah sampel yang besar, masih mungkin terdapat variabilitas dalam karakteristik pasien yang tidak tercakup dalam analisis. Misalnya, faktor-faktor individu seperti riwayat vaksinasi atau paparan lingkungan mungkin dapat mempengaruhi luaran klinis. Selain itu, karena penelitian ini berfokus pada bayi dengan bronkiolitis tanpa kondisi penyerta yang signifikan, hasilnya mungkin tidak dapat diterapkan pada populasi bayi dengan komorbiditas tertentu.

Hasil dari penelitian ini juga mungkin terpengaruh oleh faktor-faktor lain di luar cakupan pengamatan, seperti praktik klinis yang berubah atau kebijakan rumah sakit yang mengalami perubahan seiring waktu. Terakhir, penelitian ini tidak melaporkan mengenai luaran jangka panjang bagi pasien, seperti efek jangka panjang dari penggunaan antibiotik atau pengaruhnya terhadap perkembangan kondisi kesehatan

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil studi ini memiliki relevansi yang signifikan untuk praktik klinis di Indonesia di mana praktik medis berbasis bukti, khususnya yang berkaitan dengan peresepan antibiotik, masih menjadi isu yang berkelanjutan. Penggunaan tim ASP dan pelatihan tentang panduan bronkiolitis bisa diterapkan dengan mempertimbangkan konteks lokal. Fokus pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan, terutama bronkiolitis, menjadi penting mengingat tingginya kasus ini di Indonesia. Selain itu, meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang bijak juga dapat mempengaruhi praktik klinis yang lebih baik di Indonesia.

Referensi