Pilihan Terapi Optimal pada Sakit Kepala Cluster

Oleh :
dr. Andriani Putri Bestari, Sp.S

Pilihan terapi untuk sakit kepala cluster selama ini bervariasi antara pemberian triptan, pemberian oksigen, pemberian oktreotida, dan penggunaan beberapa jenis obat lain. Beragam studi telah dilakukan untuk menganalisis efikasi dari masing-masing modalitas terapi yang ada agar klinisi dapat mengetahui pilihan terapi yang paling optimal.

Sakit kepala cluster adalah sakit kepala primer yang bersifat unilateral, memiliki durasi serangan yang pendek (15–180 menit), dan memiliki intensitas yang memuncak cepat. Sakit kepala ini disertai dengan gejala otonom pada daerah kranial ipsilateral, seperti injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, rhinorrhea, edema kelopak mata, keringat atau kemerahan pada wajah atau dahi, miosis, atau ptosis.[1,2]

shutterstock_751381450-min

Klasifikasi Sakit Kepala Cluster dan Strategi Terapinya

Pasien dinyatakan mengalami sakit kepala cluster episodik bila memiliki minimal dua periode cluster selama 1 minggu sampai 1 tahun dan memiliki periode remisi minimal 1 bulan. Di lain sisi, pasien dikatakan mengalami sakit kepala cluster kronik bila memiliki minimal satu periode cluster yang berlangsung minimal 1 tahun dan tidak memiliki periode remisi atau memiliki periode remisi <1 bulan.

Strategi terapi disesuaikan dengan jenis sakit kepala cluster yang dialami pasien. Secara umum, terapi sakit kepala cluster dibedakan menjadi terapi abortif, terapi transisional, dan terapi preventif. Terapi abortif bertujuan untuk mengatasi serangan individual secara cepat, sedangkan terapi transisional dan preventif bertujuan untuk mengurangi frekuensi, durasi, dan keparahan serangan selama periode cluster.[1,2]

Pilihan Terapi Abortif pada Sakit Kepala Cluster

Beberapa terapi abortif yang telah dipelajari efikasinya oleh studi ilmiah adalah triptan, oksigen, oktreotida, lidokain, dan dihydroergotamine.[1-3]

Triptan

Penggunaan sumatriptan dan zolmitriptan memiliki bukti medis level 1B, di mana kedua obat ini telah teruji efektif sebagai terapi abortif. Injeksi sumatriptan 6 mg subkutan merupakan terapi abortif yang paling efektif. Pengurangan nyeri dirasakan oleh 75% pasien sekitar 15 menit setelah injeksi dan sepertiga pasien berhenti merasa nyeri. Efek samping dapat terjadi pada 10% pasien dan umumnya berupa gejala tidak nyaman pada dada serta parestesi distal. Injeksi disarankan tidak lebih dari 2 kali sehari.[3]

Studi oleh van Vliet et al juga meneliti efikasi sediaan sumatriptan intranasal  spray 20 mg pada 154 serangan sakit kepala cluster dan menemukan pengurangan nyeri dalam 30 menit pada 57% kelompok sumatriptan dibandingkan 26% kelompok plasebo. Sekitar 47% pasien dalam kelompok sumatriptan bahkan melaporkan hilangnya nyeri dalam 30 menit dibandingkan 18% pasien kelompok plasebo. Tidak didapatkan gejala adverse event bermakna pada studi tersebut.[4]

Sumatriptan intranasal spray 20 mg atau zolmitriptan intranasal spray 10 mg dapat menjadi alternatif bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi injeksi atau memiliki serangan lebih dari 1 jam, meskipun kedua sediaan ini tidak seefektif injeksi karena lambatnya peresapan pada mukosa.[3]

Oksigen

Pemberian oksigen high-flow dengan kecepatan 7–12 liter/menit selama 15 menit merupakan salah satu terapi lini pertama yang terbukti efektif (level bukti 1B) untuk mengurangi sakit kepala cluster. Pemberian oksigen ini tidak memiliki risiko adverse event. Efikasi pemberian suplemen oksigen berkecepatan tinggi ini terbukti pada beberapa studi di mana sekitar 75% pasien dengan sakit kepala cluster melaporkan pengurangan nyeri yang signifikan pada 7 dari 10 serangan.[3]

Sebuah studi pada tahun 2017 bahkan menyarankan penggunaan masker khusus yang menggunakan demand valve oxygen (DVO). Penggunaan masker DVO ini dilaporkan mampu menghilangkan sakit kepala cluster setelah penggunaan rata-rata 12 menit dan dapat mengurangi kebutuhan rescue medicine dibandingkan masker biasa. Namun, sampel studi ini berukuran kecil sehingga masih dibutuhkan studi lebih lanjut.[5]

Beberapa studi lain juga menyatakan bahwa oksigen high-flow dapat diberikan dengan kecepatan bervariasi antara 6–15 liter/menit sesuai kebutuhan, melalui nonrebreather mask. Respons terhadap pemberian oksigen ini dapat mencapai 78%. Hal ini membuat oksigen menjadi salah satu terapi abortif lini pertama bersama triptan.[1,2]

Lidocaine

Lidocaine intranasal juga dapat digunakan sebagai terapi abortif, tetapi memiliki level bukti ilmiah yang lebih lemah (2B). Sebanyak 1 ml lidocaine dengan konsentrasi 4–10% dapat diteteskan pada lubang hidung ipsilateral dengan kepala diposisikan 45 derajat dan dirotasikan ke sisi yang terdampak sebanyak 30–40 derajat.[6]

Costa et al meneliti efek lidocaine intranasal pada sakit kepala cluster yang diinduksi oleh pemberian nitrogliserin. Pada studi tersebut, pemberian lidocaine intranasal dikatakan efektif dalam mengurangi intensitas sakit kepala cluster, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu modalitas terapi.[7]

Oktreotida

Penggunaan oktreotida sebagai terapi abortif juga memiliki level bukti yang masih lemah (2B). Matharu et al meneliti pemberian injeksi subkutan oktreotida sebanyak 100 mcg pada 57 penderita sakit kepala cluster dan dibandingkan dengan plasebo. Pada penelitian tersebut, didapatkan respons penurunan intensitas sakit kepala sebanyak 52% pada grup oktreotida dibandingkan dengan 36% pada plasebo. Oktreotida dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif terapi.[8]

Dihydroergotamine

Ergotamine sebenarnya telah lebih dahulu digunakan untuk terapi sakit kepala cluster. Namun, level buktinya masih lemah (2B) dan penggunaannya sudah berkurang karena efek sampingnya yaitu infark miokard dan iskemia. Pada sebuah penelitian, ditemukan bahwa penggunaan dihydroergotamine 1 mg intranasal dapat mengurangi intensitas serangan, tetapi tidak superior dibandingkan plasebo dalam menghilangkan serangan sakit kepala cluster.[3]

Pilihan Terapi Preventif pada Sakit Kepala Cluster

Terapi preventif pada sakit kepala cluster bertujuan untuk mengurangi frekuensi, durasi, dan keparahan serangan selama periode cluster. Terdapat berbagai opsi seperti lithium, verapamil, steroid, asam valproat, dan ergotamine, tetapi verapamil dan lithium adalah yang paling umum digunakan.

Verapamil

Verapamil oral dengan dosis 240–960 mg/hari (dalam dosis terbagi) merupakan terapi preventif lini pertama. Studi berkualitas tinggi yang mendukung masih terbatas, tetapi studi yang telah ada menunjukkan bahwa pemberian dosis rendah pun (360 mg/hari) mampu menurunkan frekuensi serangan dan kebutuhan terapi abortif dibandingkan plasebo dalam waktu 2 minggu. Verapamil juga dinyatakan lebih efektif daripada lithium dan steroid.[1,2]

Lithium

Lithium 600–1500 mg/hari memiliki bukti medis yang lebih lemah daripada verapamil, tetapi juga menunjukkan efikasi dalam prevensi sakit kepala cluster. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi preventif lini kedua.[1,2]

Kesimpulan

Terapi abortif lini pertama untuk mengatasi serangan akut sakit kepala cluster adalah pemberian triptan (sumatriptan atau zolmitriptan) dan oksigen high-flow 7–12 liter/menit. Kedua modalitas terapi ini memiliki bukti efikasi yang paling kuat. Alternatif terapi abortif lain dengan bukti yang lebih lemah adalah lidocaine, oktreotida, dan ergotamine.

Terapi preventif lini pertama untuk mengurangi frekuensi sakit kepala cluster adalah verapamil. Lithium dapat digunakan sebagai terapi preventif lini kedua. Beberapa obat lain seperti steroid dan asam valproat belum memiliki cukup bukti, sehingga tidak disarankan dan bila digunakan, hanya dapat digunakan sebagai terapi transisional.[1,2]

Referensi