Aktivitas Fisik pada Masa Kehamilan dan Postpartum

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah

Bukti ilmiah terkini menunjukkan bahwa aktivitas fisik pada masa kehamilan dan masa postpartum dapat memberikan manfaat bagi kesehatan ibu dan bayi. Namun, ibu hamil mengalami perubahan hormonal dan biomekanis yang menyebabkan penambahan volume darah, denyut jantung, dan berat badan, serta perubahan titik tengah tubuh. Oleh sebab itu, olahraga untuk ibu hamil juga perlu disesuaikan.[1]

Di Indonesia dan berbagai daerah lain, banyak mitos turun temurun menyatakan bahwa aktivitas fisik perlu dibatasi selama kehamilan. Namun, berbagai studi menunjukkan bahwa aktivitas fisik memberikan pengaruh positif pada kesehatan fisik dan mental ibu hamil, serta menghindarkan ibu dari komplikasi selama kehamilan dan postpartum.[1,2]

Aktivitas Fisik pada Masa Kehamilan dan Postpartum-min

Kurangnya aktivitas fisik justru dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional. Dokter berperan penting untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang risiko komplikasi ini dan menyarankan aktivitas fisik yang tepat.[3-7]

Fisiologi Masa Kehamilan dan Postpartum

Secara alami, kehamilan akan membuat perubahan fisiologi agar tubuh wanita dapat mengakomodasi pertumbuhan fetus. Penambahan massa tubuh karena pertumbuhan fetus terutama memengaruhi sistem kardiovaskular, respirasi, dan gastrointestinal.[8]

Selama hamil, organ dari sistem-sistem tersebut mendapatkan aliran darah lebih besar. Ibu hamil diketahui mengalami peningkatan cardiac output dan konsumsi oksigen. Organ lain seperti ginjal juga menerima banyak darah untuk menyaring darah baik dari sirkulasi ibu maupun fetus.[8]

Perubahan fisiologi juga terjadi di masa postpartum. Denyut nadi meningkat beberapa jam setelah melahirkan karena eksitasi dan akan normal pada hari ke-2. Laju napas akan kembali normal seperti sebelum hamil dalam 2–3 hari. Berat badan akan menurun sebanyak 5–6 kg karena pengeluaran produk kehamilan dan kehilangan volume darah. Dengan adanya perubahan selama kehamilan dan setelah persalinan ini, penyesuaian aktivitas fisik sangatlah diperlukan.[9]

Rekomendasi Aktivitas Fisik pada Masa Kehamilan

Menurut Canadian Guideline for Physical Activity throughout Pregnancy, semua wanita yang tidak memiliki kontraindikasi harus aktif secara fisik selama kehamilan. Wanita hamil direkomendasikan untuk menjalani aktivitas fisik dengan total durasi minimal 150 menit per minggu, dengan intensitas moderat. Contoh aktivitas berintensitas moderat adalah jalan cepat, senam ibu hamil, dan berenang.[3,4]

Frekuensi minimal yang direkomendasikan adalah 3 hari per minggu. Namun, aktivitas fisik setiap hari sangat dianjurkan. Wanita hamil dianjurkan untuk menggabungkan latihan aerobik dan latihan beban untuk mencapai manfaat kesehatan yang lebih besar. Penambahan aktivitas seperti yoga dan/atau peregangan ringan juga dapat bermanfaat bagi wanita hamil.[3,4]

Latihan otot dasar panggul seperti senam Kegel dapat dilakukan setiap hari untuk mengurangi risiko inkontinensia urine. Akan tetapi, instruksi dengan teknik yang tepat diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang optimal.[3,4]

Wanita hamil yang mengalami pusing, mual, atau rasa tidak enak badan saat olahraga dengan posisi terlentang dapat mengubah posisinya atau menghindari olahraga yang memerlukan posisi terlentang.[3,4]

Kontraindikasi Aktivitas Fisik pada Masa Kehamilan

Kontraindikasi absolut latihan fisik saat hamil adalah ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam persisten yang tidak bisa dijelaskan, plasenta previa setelah minggu ke-28 kehamilan, preeklampsia, serviks inkompeten, intrauterine growth restriction (IUGR), dan kehamilan multiple yang high-order (triplet atau lebih).[3,4]

Diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol, hipertensi tidak terkontrol, dan penyakit tiroid tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi absolut. Penyakit kardiovaskular, penyakit respirasi, dan penyakit sistemik yang serius juga merupakan kontraindikasi absolut untuk melakukan aktivitas fisik selama kehamilan.[3,4]

Kontraindikasi relatif adalah abortus rekuren, hipertensi gestasional, riwayat persalinan preterm spontan, penyakit kardiovaskular atau respirasi ringan hingga sedang, anemia simtomatik, malnutrisi, gangguan makan, kehamilan kembar setelah 28 minggu, dan kondisi medis yang signifikan lainnya.[3,4]

Rekomendasi Aktivitas Fisik pada Masa Postpartum

Aktivitas fisik yang direkomendasikan selama masa postpartum hampir sama dengan aktivitas fisik yang direkomendasikan selama kehamilan. Aktivitas fisik selama masa postpartum bermanfaat untuk menguatkan tonus dan kekuatan otot perut. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan energi.[10]

Aktivitas fisik selama masa postpartum diketahui dapat mencegah depresi postpartum. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kualitas tidur serta mengurangi stress. Selama periode postpartum, aktivitas fisik dapat membantu menurunkan berat badan yang meningkat saat periode kehamilan.[2,10]

Durasi yang direkomendasikan adalah 150 menit per minggu dengan jenis olahraga aerobik intensitas moderat. Wanita di masa postpartum juga direkomendasikan untuk membagi durasi 150 menit per minggu tersebut menjadi sesi 5 kali 30 menit atau menjadi lebih kecil lagi. Sebagai contoh, aktivitas fisik dapat dibagi menjadi 3 kali jalan santai selama 10 menit setiap harinya.[2,10]

Jenis olahraga yang direkomendasikan adalah aerobik, yaitu olahraga yang melibatkan pergerakan otot-otot besar pada tubuh secara ritmis. Contoh aktivitasnya adalah jalan dan bersepeda.[10]

Wanita yang menginginkan aktivitas yang lebih berat selama masa postpartum perlu berkonsultasi dengan dokter. Aktivitas fisik yang lebih berat mungkin dilakukan oleh wanita yang sebelum kehamilan sudah terbiasa dengan aktivitas fisik berat.[10]

Latihan penguatan otot direkomendasikan sebagai tambahan pada aktivitas aerobik. Frekuensi yang direkomendasikan adalah 2 kali sehari. Latihan penguatan otot yang direkomendasikan adalah latihan otot besar, seperti tungkai, lengan, dan pinggang.[10]

Beberapa latihan lain seperti yoga, pilates, angkat beban, sit-up dan push-up juga bisa direkomendasikan. Senam Kegel dianjurkan untuk penguatan otot dasar panggul.[10]

Bukti Klinis tentang Aktivitas Fisik pada Masa Kehamilan dan Postpartum

Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa wanita yang menjalani aktivitas fisik selama masa pra-kehamilan dan selama kehamilan memiliki risiko diabetes gestasional yang lebih rendah sekitar 25–30% dibandingkan mereka yang tidak aktif secara fisik.[1]

Wanita dengan diabetes gestasional berisiko tinggi melahirkan melalui sectio caesarea dan berisiko melahirkan bayi dengan makrosomia atau hipoglikemia neonatal. Diabetes gestasional juga berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2 hingga 7 kali lipat lebih tinggi setelah kehamilan.[1]

Aktivitas fisik selama kehamilan juga terbukti mengurangi risiko depresi postpartum. Sekitar 10% wanita mengalami depresi postpartum dan sebanyak 25% masih menjalani pengobatan setelah 1 tahun melahirkan. Oleh sebab itu, aktivitas fisik perlu dianjurkan kepada wanita postpartum.[1,2]

Aktivitas fisik juga dapat mencegah peningkatan berat badan yang berlebih selama kehamilan, mencegah inkontinensia urine, mencegah nyeri lumbopelvis, dan mencegah hipertensi. Inaktivitas fisik seperti gaya hidup sedentary dapat meningkatkan risiko komplikasi terhadap ibu dan janin.[11,12]

Dari aspek sosial, masih banyak mitos yang mengatakan bahwa wanita dalam masa kehamilan dan postpartum tidak boleh melakukan aktivitas fisik, bahkan hanya boleh berdiam saja. Namun, hal ini bertentangan dengan bukti ilmiah terbaru. Dokter perlu menjelaskan bukti yang ada dan membantu meningkatkan motivasi serta suasana agar ibu hamil dan ibu postpartum dapat aktif secara fisik.[12]

Kesimpulan

Aktivitas fisik pada masa kehamilan dan postpartum terbukti bermanfaat untuk ibu hamil dan bayi. Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko diabetes gestasional, inkontinensia urine, depresi postpartum, dan peningkatan berat badan berlebih selama kehamilan, sehingga perlu dianjurkan kepada semua ibu hamil yang sehat.

Jenis dan intensitas aktivitas fisik bisa disesuaikan dengan level aktivitas fisik sebelum kehamilan dan kondisi medis setiap pasien. Secara umum, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik dengan total durasi minimal 150 menit per minggu, dengan intensitas moderat. Latihan aerobik dan latihan beban bisa dipadukan untuk mencapai manfaat yang lebih besar. Rekomendasi ini juga berlaku untuk ibu postpartum.

Namun, sebelum menganjurkan latihan fisik, dokter harus memeriksa ada tidaknya kontraindikasi, seperti ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam persisten, plasenta previa setelah usia gestasi 28 minggu, preeklampsia, serviks inkompeten, intrauterine growth restriction, dan kehamilan multiple yang high-order. Penyakit kardiovaskular atau penyakit kronis lain yang signifikan juga menjadi kontraindikasi.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha

Referensi