Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Indikasi Electroconvulsive Therapy general_alomedika 2020-02-25T13:30:26+07:00 2020-02-25T13:30:26+07:00
Electroconvulsive Therapy
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Indikasi Electroconvulsive Therapy

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Electroconvulsive therapy (ECT) diindikasikan pada pasien dewasa dengan katatonia, depresi berat, skizofrenia dan bipolar affective disorder (BPAD).

Indikasi Electroconvulsive therapy atau ECT antara lain:

  • Depresi berat yang mengancam nyawa pasien (dengan risiko tinggi untuk bunuh diri dan/atau intake nutrisi dan cairan yang buruk)

  • Depresi yang resisten terhadap terapi (tidak berespon dengan terapi 2 obat antidepresan dengan dosis dan durasi yang optimal) atau kondisi dimana pilihan terapi terbatas karena efek samping obat yang berat
  • Katatonia akut (dimana pemberian benzodiazepine intramuskular seperti diazepam injeksi dan antipsikotik gagal untuk menimbulkan perbaikan)
  • BPAD Episode manik yang gagal ditangani dengan farmakoterapi atau dibatasi oleh efek samping yang berat
  • Indikasi relatif pada pasien yang sebelumnya berespon dengan baik terhadap ECT atau mereka yang hanya berespon terhadap ECT[3,4,7]

ECT juga bisa dilakukan pada kondisi-kondisi dimana obat psikotropika tidak bisa diberikan, misalnya depresi pada kehamilan. Namun ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan ECT pada kehamilan. Tindakan ini harus didampingi oleh dokter obgyn, serta mempertimbangkan kemungkinan risiko pada ibu (aspirasi dan partus prematur) dan fetus (abortus spontan dan kematian) pada pasien dengan risiko tinggi. Penggunaan tokolitik mungkin diperlukan pada pasien yang mempunyai riwayat abortus berulang.[3,4,7]

Meskipun terdapat indikasi untuk dilakukan ECT, namun pemberiannya tetap harus mempertimbangkan:

  • Keinginan pasien dan/atau keluarga
  • Riwayat penyakit dan respon terhadap terapi
  • Derajat penderitaan yang dialami pasien
  • Kebutuhan untuk respon terapi yang cepat, misalnya risiko bunuh diri
  • Risk and benefits dari ECT dibandingkan dengan modalitas terapi lainnya[4]

Referensi

3. Kulkarni A, Manji M, Rayner I. Anaesthesia for electro-convulsive therapy. Anaesthesia Tutorial of The Week 2014; 306: 7. https://www.wfsahq.org/documents/306%20Anaesthesia%20for%20Electro-convulsive%20Therapy%20ECT.pdf
4. Queensland Health. Guideline for The Administration of Electroconvulsive Therapy. Australia: State of Queensland; 2018. [https://www.health.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0028/444763/2018_Guideline-for-the-administration-of-Electroconvulsive-Therapy-v0.7.pdf]
7. Andrade C, Arumugham SS, Thirthalli J. Adverse Effects of Electroconvulsive Therapy. Psychiatric Clinics of North America 2016;39:513–30. [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27514303]

Pendahuluan Electroconvulsive Th...
Kontraindikasi Electroconvulsive...

Artikel Terkait

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT) VS Antidepresan pada Penatalaksanaan Depresi
    Cognitive Behavioral Therapy (CBT) VS Antidepresan pada Penatalaksanaan Depresi
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
  • Kesehatan Mental dalam Kondisi Pandemik Virus Corona
    Kesehatan Mental dalam Kondisi Pandemik Virus Corona
  • Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja
    Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Dizi Bellari Putri
17 Maret 2022
Kaitan Resistensi Insulin dengan Gangguan Depresi Mayor - Artikel SKP
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO Dokter!Apakah dokter tahu? Tidak hanya diabetes melitus tipe 2, Gangguan depresi mayor (MDD) ternyata juga dilaporkan berhubungan dengan resistensi...
dr.Nailla Fariq Alfiani
13 Januari 2022
Penghentian amitriptilin - Jiwa Ask The Expert
Oleh: dr.Nailla Fariq Alfiani
2 Balasan
Selamat sore Dr. Citra, Sp.KJ. izin bertanya dok: seorang wanita mengalami depresi memperoleh amitriptilin selama 2 minggu. Saat minggu ke awal pasien...
Anonymous
13 Januari 2022
Kapan SSRI boleh dihentikan? - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo, dr. Theresia Citraningtyas, SpKJ,Ijin bertanya, dok. Pasien perempuan usia 39 tahun dengan post major depressive disorder dan premenstrual dysmorphic...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.