Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Teknik Vena Seksi general_alomedika 2020-07-03T09:20:33+07:00 2020-07-03T09:20:33+07:00
Vena Seksi
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Vena Seksi

Oleh :
dr. Rifan Eka Putra Nasution
Share To Social Media:

Teknik vena seksi termasuk mempersiapkan pasien dan peralatan, memposisikan pasien, prosedur, dan pemantauan pasca tindakan (follow-up).

Vena seksi merupakan tindakan invasif yang diawali dengan penentuan lokasi tindakan (sering dilakukan pada vena saphena di pergelangan kaki), kemudian dilanjutkan dengan tindakan asepsis dan anestesi pada pasien yang sadar. Palpasi vena saphena dapat dilakukan pada lokasi anterior maleolus medial. Seluruh peralatan untuk tindakan vena seksi harus sudah tersedia sebelum memulai tindakan.[7]

Persiapan Pasien

Persetujuan tindakan kedokteran secara tertulis (informed consent) harus didapatkan dari pasien atau keluarga pasien sebelum tindakan dilakukan. Dokter pelaksana tindakan harus menjelaskan tujuan, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, dan penanganan komplikasi tindakan sebelum pasien atau keluarga pasien memberikan informed consent.[7]

Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan vena seksi antara lain[7]:

  1. Cairan antiseptik: povidone iodine atau klorheksidin
  2. Cairan anestesi lokal (misalnya lidokain 1% atau 2% dengan atau tanpa epinefrin)
  3. Spuit 5 mL dan 10 mL
  4. Jarum (Nald) 22 G
  5. Alat pelindung diri: gaun, masker, kacamata, sarung tangan steril
  6. Scalpel blade nomor 10 atau 11 dengan gagang scalpel nomor 3

  7. Benang silkam 3-0 atau 4-0
  8. Hemostat lengkung (Kelley)
  9. Hemostat kecil (Mosquito)
  10. Vein pick
  11. Forcep
  12. kateter intravena, IV line dan cairan intravena (NaCl 0,9%)
  13. Gunting benang
  14. Gunting jaringan
  15. Duk steril
  16. Central line kit (bila menggunakan metode Seldinger)
  17. Retraktor kulit
  18. Perban dan kasa steril
  19. Salep antibiotik

Posisi Pasien

Untuk melakukan tindakan vena seksi maka pasien diposisikan supinasi. Pasien juga dapat diposisikan Trendelenburg, meskipun posisi Trendelenburg kurang ideal untuk pelaksanaan tindakan ini.[7]

Prosedural

Prosedur vena seksi dimulai melalui tindakan asepsis dan anestesi, visualisasi vena hingga kanulasi vena.

Tindakan Asepsis dan Anestesi

Setelah lokasi vena saphena distal diidentifikasi dan diberi tanda, bersihkan kulit dari kotoran dan debris menggunakan NaCl 0,9% dan kasa. Lalu, keringkan kulit. Lakukan tindakan asepsis menggunakan povidone iodine atau klorheksidin dan tunggu hingga mengering. Setelah kering, tempatkan duk steril pada daerah tindakan. Lakukan infiltrasi anestesi menggunakan anestesi lokal (lidocaine) pada jaringan subkutan dimana insisi akan dilakukan. Tunggu hingga anestesi lokal bekerja dan dekatkan peralatan vena seksi.[2,7,8]

Teknik untuk Visualisasi Vena Saphena

Vena saphena dapat ditemukan dengan mudah di atas pergelangan kaki. Identifikasi maleolus medial tibia. Lalu,tentukan lokasi 2,5 cm superior dan 2,5 cm anterior dari maleolus medial tibia. Vena saphena yang berukuran lebih besar dapat ditemukan pada lokasi tersebut. Cara alternatif menemukan lokasi vena saphena adalah dengan menempatkan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) di atas maleolus medial tibia dan 2 jari anterior dari maleolus medial tibia. Vena dapat terpalpasi bila pasien tidak mengalami hipovolemia atau obesitas. Vena juga dapat divisualisasikan dengan mudah pada pasien dengan kulit tipis, posisi vena lebih superfisial, jaringan subkutan minimal, atau pembuluh darah berwarna lebih gelap.[2,7]

Langkah selanjutnya setelah lokasi vena saphena ditemukan adalah sebagai berikut:

  1. Renggangkan kulit di atas lokasi dengan tangan tidak dominan. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah cedera yang tidak diinginkan selama proses insisi (sayatan) kulit
  2. Lakukan insisi dengan menggunakan pisau bedah nomor 10. Insisi dilakukan secara transversa di atas vena saphena dari batas tibialis anterior ke batas tibialis posterior. Sayatan harus dangkal sehingga jaringan subkutan nyaris tidak terkena sayatan. Sayatan yang dalam dapat memotong vena secara tidak sengaja dan menimbulkan perdarahan yang signifikan. Kondisi ini menyebabkan kesulitan untuk memvisualisasikan bidang operasi, dan kesulitan untuk menyelesaikan tindakan karena retraksi vena subkutan
  3. Kemudian tempatkan retraktor kulit pada kedua sisi sayatan untuk memvisualisasikan struktur pada sayatan. Tindakan ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan tangan yang tidak dominan atau dibantu oleh asisten
  4. Visualisasikan vena saphena yang berukuran lebih besar. Pada pasien syok atau pasien dengan Trendelenburg visualisasi vena dapat menjadi sulit
  5. Tempatkan hemostat mosquito ujung menghadap ke bawah di atas kulit yang telah diinsisi. Susuri jaringan subkutan antara kulit pada batas posterior dan anterior tibia. Jika dilakukan dengan benar, semua jaringan antara kulit dan tibia akan berada di atas hemostat mosquito
  6. Saat vena saphena teridentifikasi putar hemostat mosquito dengan sudut 180 derajat hingga ujung hemostat menghadap ke atas. Buka hemostat mosquito dengan lebar untuk memisahkan vena dengan saraf saphena dan jaringan fibrosa serta jaringan ikat sekitar vena. Bila kesulitan dalam mengidentifikasi vena, cobalah untuk membendung vena sehingga vena terisi dengan darah
  7. Masukkan hemostat lurus atau klem Kelly di antara hemostat mosquito dan dibawah vena saphena
  8. Lepaskan hemostat mosquito dan angkat vena menggunakan klem Kelly. Klem Kelly berperan sebagai tahanan atau dasar saat melakukan transeksi vena dan memungkinkan kontrol vena yang lebih baik[2,7]

Teknik Kanulasi Vena

Setelah vena tervisualisasi dengan baik maka terdapat beberapa teknik untuk melakukan kanulasi vena. Cara kanulasi yang paling cepat dan minim risiko infeksi adalah kanulasi vena menggunakan kateter intravena.

Adapun langkah teknik ini adalah sebagai berikut:

  1. Angkat klem Kelly sedikit ke atas
  2. Masukkan benang silkam di bawah vena pada ujung proksimal dan ujung distal
  3. Jepit ujung benang silkam menggunakan hemostat untuk mempertahankan posisi dan memungkinkan manipulasi vena
  4. Ikat benang silkam bagian distal untuk menyumbat aliran darah dari vena bagian distal
  5. Jangan potong sisa benang yang telah diikat. Benang pada bagian proksimal dibiarkan tanpa diikat untuk memungkinkan kontrol dan manipulasi vena
  6. Lakukan insisi pada vena dengan klem Kelly sebagai alas. Buat sayatan kecil 1/3 hingga ½ lebar vena dengan ujung pisau bedah nomor 11. Jangan memotong seluruh vena karena ini akan menyebabkan perdarahan yang signifikan dan kehilangan ujung proksimal. Jika sayatan terlalu besar (lebih dari ½ lebar vena) maka dapat merobek vena seluruhnya. Jika sayatan terlalu kecil maka akan sulit memasukkan kateter intravenapada lumen vena
  7. Masukkan kateter intravena ke lumen vena melalui sayatan vena. Masukkan kateter hingga kepala kateter intravena tepat di atas sayatan vena
  8. Lepaskan jarum kateter intravena, pasang IV line dan mulai untuk memberikan cairan intravena
  9. Ikat jahitan bagian proksimal untuk menahan kateterkateter intravena di dalam vena[2,7]

Tidak dianjurkan untuk menjahit sayatan kulit segera setelah tindakan vena seksi dilakukan. Tutup lokasi sayatan kulit dengan kasa yang dibasahi dengan NaCl 0,9%. Kemudian bungkus lokasi sayatan dengan teknik pembalutan steril di sekitar ekstremitas dan lokasi sayatan kulit. Penjahitan sayatan kulit dilakukan setelah akses vena yang lebih pasti telah dapat dilakukan. Kulit dijahit tertutup dan kateter intravena dilepaskan dari insisi vena.[7]

Bila pasien survive dan tidak memungkinkan untuk segera mendapatkan akses vena yang lebih pasti lainnya maka sayatan pada kulit segera ditutup dengan jahitan benang silkam 4.0 sederhana. Jahit kulit dan lilitkan benang pada sekitar kateter kateter intravena untuk mengikatkan kateter kateter intravena ke kulit. Kateter bisa bertahan hingga 7-10 hari, ganti kateter vena pada jangka waktu 3-4 hari.[7]

Oleskan salep antibakteri pada sayatan, jahitan kulit, dan sekitar kateter kateter intravena. Amankan IV Line dengan cara dililitkan di sekitar jari kaki dan diamankan dengan dibungkus kasa gulung atau elastic bandage. Bidai dapat dipasang pada kaki untuk mencegah terlepasnya kateter intravena secara tidak sengaja.[7]

Follow Up

Penilaian kelancaran pemberian cairan intravena merupakan hal yang paling penting selama masa follow up. Selain itu, penilaian komplikasi harus dilakukan secara rutin disertai dengan perawatan luka jahitan pada kulit. Pasien juga sangat disarankan untuk tidak banyak menggerakkan ekstremitas bawah untuk mencegah terlepasnya kateter intravena secara tidak sengaja. Salah satu cara untuk memobilisasi vena seksi adalah menggunakan splint pada lokasi tempat vena seksi dilakukan.[7]

Tindakan vena seksi merupakan prosedur gawat darurat yang dilakukan untuk tindakan resusitasi segera sehingga penting untuk melakukan penilaian keberhasilan resusitasi. Vena seksi merupakan tindakan invasif dan untuk mengurangi angka komplikasi,

Resusitasi pada kondisi syok hipovolemik dianggap berhasil apabila:

  • Terdapat perbaikan tanda vital (tekanan darah dan denyut nadi kembali normal)
  • Urine output: Resusitasi dinyatakan berhasil bila volume urin keluar sebanyak 0,5 - 1 mL/kgBB/jam pada pasien dewasa, 1-2 mL/kgBB/jam pada pasien anak, dan 2 mL/kgBB/jam pada anak di bawah 1 tahun
  • Penilaian defisit basa dan kadar laktat juga dapat dilakukan untuk menilai beratnya syok dan menilai keberhasilan resusitasi[8,9]

Referensi

2. Kile J, John K, Aghera A. Peripheral Venous Cutdown. In: Ganti L, editor. Atlas Emerg. Med. Proced., New York, NY: Springer New York; 2016, hal. 39–44. doi:10.1007/978-1-4939-2507-0_6.
7. Rotoli JM, Nobay F. Peripheral Venous Cutdown. In: Eric F. Reichman, editor. Reichman’s Emerg. Med. Proced. Third Edition, China: 2019.
8. Fullagar CJ. Shock and Hemorrhage. In: Cooney DR, editor. Cooney’s EMS Med., New York, NY: McGraw-Hill Education; 2016.
9. American College of Surgeons: The Committee on Trauma . Chapter 3: Shock. In: Merrick C, editor. Advanced Trauma Life Support® Student Course Manual, Tenth Edition, Chicago: American College of Surgeons; 2018.

Kontraindikasi Vena Seksi
Komplikasi Vena Seksi

Artikel Terkait

  • Hipotensi Permisif pada Resusitasi Cairan Pasien Trauma dengan Syok Hemoragik
    Hipotensi Permisif pada Resusitasi Cairan Pasien Trauma dengan Syok Hemoragik
  • Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan
    Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan
  • Penggunaan Fluid Challenge pada Syok
    Penggunaan Fluid Challenge pada Syok
  • Terapi Cairan Intravena pada Anak
    Terapi Cairan Intravena pada Anak
  • Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
    Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
15 hari yang lalu
Penggunaan sulfas atropin - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Hendra Sp.PD. izin bertanya, apakah boleh menggunakan sulfas atropin jika didapat irama sinus bradikardi+ kondisi syok hipovolemik+sepsis yang belum...
dr. Hudiyati Agustini
01 Maret 2022
Lansia dengan demam tinggi sebaiknya diberikan cairaan apa? - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Kholidatul SpPD.. Lansia 72 tahun dengan keluhan demam dan disfagia, riwayat demensia dan gagal ginjal kronis. Karena asupan makanan sangat minimal...
dr. Reren Ramanda
19 Juni 2021
Resusitasi cairan pasien dengan riwayat gangguan ginjal
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, bagaimana ya dok tips mudah untuk menentukan euvolemi pada saat resusitasi cairan pasien dengan riwayat gangguan ginjal?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.