Teknik Endoskopi
Teknik endoskopi adalah dengan memasukkan alat endoskop ke dalam organ berongga atau melalui insisi bedah.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien secara umum diambil dengan mengambil informed consent sebelum prosedur. Anamnesis diambil secara tepat dan detail, berhubungan dengan pemeriksaan tes diagnostik ini.
Apabila pasien memiliki komorbiditas, sebaiknya dilakukan pemeriksaan pre operatif untuk memastikan pasien memenuhi syarat untuk menjalani prosedur ini. Pada pasien yang mengonsumsi antikoagulan, pemeriksaan dilakukan untuk memutuskan apakah obat dapat dilanjutkan, dihentikan,atau diganti dengan heparin.
Pada umumnya, pasien diinstruksikan untuk berpuasa sekitar 6 hingga 8 jam sebelum prosedur ini dilakukan. Namun, pasien dapat minum air sesekali hingga 2 jam sebelum jadwal tindakan.
Tergantung tipe pemeriksaannya, pasien dapat sadar, atau perlu anestesi. Untuk prosedur intervensi medis, maka anestesia, analgesia, dan sedasi biasanya diperlukan
Persiapan Pelaksana
Hal yang esensial bagi pelaksana yang akan melakukan endoskopi kepada pasien adalah memahami prosedur keselamatan dalam menggunakan alat diagnostik, untuk mencegah terjadinya eror medis, dan menerapkan protokol penggunaan alat ini, untuk memastikan hasil dengan kualitas tinggi.
Pelaksana yang menggunakan alat endoskop ini, sepatutnya seorang yang ahli, telah terlatih baik dan memiliki kualifikasi.
Peralatan
Suatu endoskop terdiri dari tube yang kaku ataupun fleksibel, sistem penghantaran cahaya untuk mengiluminasikan organ atau objek yang sedang diperiksa, dan sistem lensa yang mentransmisikan image dari lensa objektif sehingga dapat dilihat oleh pemeriksa. Pada instrumen yang modern, lensa okular telah digantikan dengan videoskop. Kamera pada ujung endoskop akan mentransmisikan image untuk ditangkap pada layar.
Peralatan lain adalah saluran tambahan pada alat endoskop, yang berguna untuk masuknya instrumen medis lainnya, atau manipulator.
Posisi Pasien
Tergantung bagian tubuh mana yang akan diperiksa, maka pasien diposisikan sesuai dengan jenis prosedur endoskopinya. Pada esofagogastroduodenoskopi, pasien berbaring dengan posisi miring kearah pelaksana, atau secara medis disebut sebagai dekubitus lateral. Kedua lengan bawah dapat difleksikan dan diposisikan saling bertumpu. Atau tangan pada sisi meja baring diletakkan pada pinggang, sedangkan tangan sisi lainnya diletakkan pada paha atas. Untuk menghindarkan tekanan intra abdomen yang meningkat, maka kedua lutut difleksikan
Pasien dapat berbaring dengan posisi supinasi. Pada posisi ini, dipasang “mouthpiece” pada mulut pasien sebagai jalan masuknya endoskop. Posisi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi hemiplegia, atau pada pasien yang terdapat trakeostomi.
Pasien diminta tenang dengan sikap diam pada waktu pemeriksaan sedang berjalan. Posisikan pasien senyaman mungkin, dengan tidak mengesampingkan prosedur tes.
Prosedural
Pelaksana dapat berdiri dalam melakukan endoskopi ini. Namun, apabila posisi ini menjadikan pelaksana mengalami ketidaknyamanan, atau mengalami hambatan yang berlebihan, maka pelaksana dapat memosisikan diri dengan duduk.
Terdapat dua tipe kesadaran pasien saat berlangsungnya prosedur endoskopi traktus gastrointestinal bagian atas, yaitu kesadaran penuh dan prosedural sedasi.
Pada pasien dengan kesadaran penuh, pemeriksa atau perawat akan menyemprotkan obat anestesi pada tenggorokan atas bagian belakang. Setelah itu, tunggu beberapa saat agar daerah tersebut menjadi baal atau tidak berasa. Tujuannya agar pasien mudah menelan tube endoskop. Selanjutnya, pelaksana akan memasukkan endoskop tube kedalam mulut pasien, lalu mengarah ke kerongkongan. Pasien dimintauntuk menelan seiring dengan dimasukkannya tube kedalam esofagus. Tube berukuran sedikit lebih besar dari sebuah pena, jadi pasien dapat mengalami ketidaknyamanan namun seharusnya tidak nyeri. Bila diperlukan, pelaksana dapat menyuntikkan sedikit udara kedalam tube supaya organ dalam seperti mukosa esofagus, lambung, dan duodenum bagian atas dapat terlihat.
Dalam keadaan disedasi, mengantuk, dan tenang, pemeriksa sebaiknya menunggu beberapa menit hingga sedasi bekerja. Kemudian, baru memasukkan tube kedalam mulut pasien hingga ke organ dalam yang akan diperiksa.
Kadangkala, endoskop tube dikaitkan dengan probe ultrasound, yang disebut sebagai endoskopik ultrasound. Ultrasound menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar pada daerah paparannya. Tujuan penggunaannya adalah untuk melihat dinding esofagus, gaster, kandung empedu, atau duktus empedu. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu dokter dalam menilai ukuran tumor dan seberapa dalamnya tumor tersebut telah tumbuh kedalam jaringan tubuh. Kombinasi alat ini juga membantu untuk menilai apakah terjadi pembesaran kelenjar limfe di sekitarnya.
Pasien dapat merasakan distensi, apabila selama prosedur dilakukan pemompaan udara. Keadaan ini ringan dan hanya sebentar saja. Endoskop yang akan ditarik keluar, tidak semata-mata ditarik begitu saja karena terdapat beberapa lekukan organ dalam yang mesti dilalui. Apabila ditarik keluar dengan arah lurus, maka pada kebanyakan kasus, ujung distal endoskop akan terlepas dan jatuh ke dalam bulbus duodenum. Karenanya, endoskop yang akan ditarik keluar digerakan mundur ke belakang, sementara itu ujung distal endoskop dirotasikan ke arah kanan, hingga membentuk sudut J dan U.
Pada saat ditarik keluar, kamera endoskop akan mengambil gambar bagian dalam organ yang tidak dapat terlihat sebelumnya, seperti sudut gaster, cincin pilorik, antrum, kurvatura mayor , kurvatura minor, serta dinding mukosa gaster sisi kanan dan kiri.
Follow up
Pasien diobservasi dan dimonitor oleh petugas medis yang terlatih dan berkualifikasi dalam ruang endoskopi atau area pemulihan. Observasi ini dilakukan hingga efek obat-obatan yang diberikan pada pasien selama berlangsungnya prosedural telah menghilang. Pasien biasanya dapat dipulangkan pada hari itu juga.
Kadang, pasien mendapatkan sakit tenggorokan ringan. Keadaan ini dapat diobati dengan saline kumur atau teh chamomile. Keluhan akan menghilang dalam beberapa minggu atau tidak sama sekali.