Rhinitis Alergi akibat Polusi dalam Ruangan

Oleh :
dr.Saphira Evani

Sudah banyak studi menunjukkan kaitan antara polusi dalam ruangan dengan penyakit alergi pada traktus respiratorius, salah satunya rhinitis alergi. Dilaporkan bahwa adanya polusi udara dapat berinteraksi dengan berbagai alergen airborne, sehingga meningkatkan risiko sensitisasi alergi dan mengeksaserbasi gejala pada pasien yang sudah memiliki alergi.[1]

Polusi Udara Dalam Ruangan

Polusi udara dalam ruangan adalah adanya kontaminan kimia, fisik, dan biologi pada udara dalam ruangan (misalnya: rumah dan kantor). Environmental Protection Agency (EPA) menilai kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) berdasarkan konsentrasi polutan dan kondisi termal (temperatur dan kelembapan relatif) yang mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, dan performa kerja.[2]

Beberapa sumber polusi di dalam ruangan antara lain :

  • Asap rokok (environmental tobacco smoke)
  • Polutan hasil pembakaran, misalnya karbon dioksida dan karbon monoksida dari kayu bakar atau propane dari liquified petroleum gas (LPG) untuk memasak, atau penggunaan lampu petromaks
  • Polutan biologis seperti tungau, jamur, dan fragmen bakteri yang dapat berasal dari kotoran binatang peliharaan, adanya hama, atau higienitas ruangan yang rendah (misal berdebu)
  • Senyawa organik yang mudah menguap termasuk formaldehid, benzene, dan perchloroethylene. Biasanya senyawa ini berasal dari furnitur baru atau renovasi rumah.
  • Asbestos yang terkadang digunakan sebagai anti api atau atap rumah pada bangunan
  • Polusi udara dari luar yang masuk melalui ventilasi, seperti kalium, nikel, dan silikon
  • Penggunaan insektisida, obat antinyamuk, bahan kimia dari cairan pembersih, dan pewangi ruangan[2,3]

rhinitis alergi

Efek Polusi Udara dalam Ruangan Terhadap Kesehatan

Polusi dalam ruangan menjadi relevan terhadap kesehatan, karena manusia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan. Polusi dalam ruangan dilaporkan 5 kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju. Penyebabnya antara lain penggunaan bahan bakar padat untuk memasak dan kebiasaan merokok.[4]

Keberadaan polutan dalam ruangan dilaporkan berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan seperti rhinitis alergi, bronkitis, pneumonia, asthma, dermatitis atopik, bahkan gangguan kardiovaskuler.[5-7]

Polusi Udara Dalam Ruangan dan Rhinitis Alergi

Sebuah studi di Polandia melaporkan bahwa kualitas udara dalam ruangan mempengaruhi timbulnya rhinitis alergi secara signifikan. Kualitas udara ini dikatakan berkaitan dengan usia dari bangunan, sistem pemanas ruangan yang digunakan, dan polusi dari proses memasak.[8]

Hasil yang sama juga didapatkan oleh studi lain di Perancis. Dilaporkan bahwa kualitas udara dalam ruangan yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko rhinitis pada anak usia sekolah. Pada studi ini, konsentrasi formaldehid yang tinggi di ruang kelas ditemukan berkaitan dengan peningkatan risiko timbulnya gejala rhinokonjungtivitis.[9]

Selain dari polusi akibat formaldehida, adanya paparan dini terhadap tungau ≥ 2 mcg/g meningkatkan risiko sensitisasi hingga 2 kali lipat, serta meningkatkan kemungkinan timbulnya rhinitis alergi sebelum usia 7 tahun.[10]

Penatalaksanaan Rhinitis Alergi yang Disebabkan Polusi Udara Dalam Ruangan

Prinsip penatalaksanaan rhinitis alergi adalah dengan menghindari paparan terhadap alergen dan penggunaan antihistamin seperti fexofenadine.

Antihistamin

Medikamentosa lini utama yang digunakan sebagai terapi rhinitis alergi adalah golongan antihistamin. Sebagian besar antihistamin dapat digunakan untuk mengurangi gejala rhinitis alergi seperti bersin, hidung gatal dan berair.

Fexofenadine merupakan antihistamin generasi kedua yang tidak menyebabkan efek sedatif, memiliki masa kerja yang panjang, dan onset kerja yang lebih cepat dibanding antihistamin generasi kedua lainnya.[11,12]

Fexofenadine, dengan dosis dewasa 120 mg per hari atau dosis anak 6-11 tahun 30 mg dua kali sehari, dapat digunakan untuk mengurangi gejala rhinitis alergi. Sebuah uji klinis acak terkontrol pada pasien rhinitis alergi akibat tungau melaporkan bahwa fexofenadine secara signifikan mengurangi gejala rhinitis alergi dibandingkan plasebo setelah 7 hari pemberian. Hal ini lebih cepat dibandingkan dengan mizolastine yang baru memberikan perbaikan gejala setelah 4 minggu.[13]

Antihistamin generasi kedua lain yang dapat digunakan adalah loratadine 5-10 mg/hari dan cetirizine 5-10 mg/hari.[14]

Antihistamin generasi pertama, seperti diphenhydramine dan chlorpheniramine, tidak direkomendasikan sebagai obat lini pertama kasus alergi karena efek samping sedasinya.

Air Purifier

Penatalaksanaan rhinitis alergi akibat polusi di dalam ruangan dapat juga dibantu dengan penggunaan air purifier. Studi oleh Stillerman et al terhadap 35 pasien rhinitis alergi tungau, menunjukkan bahwa penggunaan air purifier selama 12 minggu berkaitan dengan perbaikan gejala rhinitis alergi dan perbaikan kualitas hidup penderita.[15]

Acaricide

Tungau debu merupakan salah satu polusi di dalam ruangan yang dapat menjadi alergen dan memicu timbulnya gejala rhinitis alergi. Tungau debu hampir dapat ditemukan di semua rumah pada sprei, karpet, perabot rumah tangga, dan dinding rumah. Kadar tungau debu yang tinggi dapat bertahan cukup lama hingga berbulan-bulan.

Penggunaan acaricide atau zat kimia untuk membunuh tungau merupakan salah satu cara untuk menurunkan paparan tungau debu. Studi acak terkontrol yang membandingkan penggunaan acaricide dan aerosol plasebo menunjukkan adanya perbaikan gejala rhinitis dan  menurunkan kebutuhan terhadap obat-obatan pada pasien rhinitis alergi.[16]

Acaricide juga harus dibarengi pencucian sprei berkala dengan air hangat, pembersihan lantai dengan uap, penggunaan dehumidifier dan ventilasi yang adekuat.[17]

Kesimpulan

Polusi udara dalam ruangan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti asap memasak, tungau, rokok, dan penggunaan insektisida atau pengharum ruangan. Adanya polusi udara dalam ruangan berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya rhinitis alergi.

Tatalaksana rhinitis alergi yang disebabkan oleh polusi udara dalam ruangan dapat dilakukan dengan pemberian antihistamin generasi kedua (seperti fexofenadine), penggunaan air purifier, dan acaricide untuk tungau.

Referensi