Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Tympanosclerosis general_alomedika 2023-01-11T13:18:27+07:00 2023-01-11T13:18:27+07:00
Tympanosclerosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Tympanosclerosis

Oleh :
dr. Monik Alamanda
Share To Social Media:

Diagnosis tympanosclerosis dapat ditegakkan secara klinis bila terdapat penurunan pendengaran konduktif, timpanogram yang datar, dan kekakuan membran timpani. Namun, keparahan tympanosclerosis baru bisa ditegakkan secara pasti saat eksplorasi telinga tengah.[1,7]

Secara klinis, tympanosclerosis dapat dibagi menjadi myringosclerosis dan intratimpani. Pada myringosclerosis, sclerosis hanya melibatkan membran timpani, sedangkan pada tipe intratimpani, sclerosis telah melibatkan kavum timpani atau area telinga tengah.[2]

Pada mayoritas kasus, myringosclerosis bersifat asimtomatik. Plak tympanosclerosis yang telah melibatkan area luas dari membran timpani atau telah menempel pada anulus, malleus, atau promontori akan menyebabkan mobilitas membran berkurang dan menyebabkan penurunan pendengaran.[2]

Ahli lain membagi tympanosclerosis menjadi empat tipe yaitu:

  1. Tipe 1: melibatkan membran timpani dengan atau tanpa maleus, perforasi dapat ditemukan
  2. Tipe 2: terdapat fiksasi kompleks maleus-inkus dengan tulang stapes yang masih bebas
  3. Tipe 3: tulang stapes terfiksasi dengan kompleks maleus-inkus yang bebas atau tidak ditemukan
  4. Tipe 4: fiksasi total kompleks maleus-inkus-stapes[15]

Anamnesis

Pada anamnesis, gejala yang`paling sering dikeluhkan adalah penurunan pendengaran yang progresif. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan sistem konduktif di telinga tengah. Derajat keparahan penurunan pendengaran bervariasi.[1]

Pasien jarang mengeluhkan supurasi atau otorrhea pada telinga yang bermasalah. Otorrhea hanya ditemukan pada 5,5% kasus. Pada sebagian kasus, pasien bersifat asimtomatik. Kebanyakan kasus tympanosclerosis ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan atau saat operasi untuk kondisi telinga lain.[1,6]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada tympanosclerosis adalah pemeriksaan fisik telinga lengkap dengan menggunakan otoskopi dan tes penala.

Otoskopi

Pada otoskopi, membran timpani pada tympanosclerosis terlihat tidak jernih.  Selain itu, dapat terlihat penebalan dan plak berwarna putih pada membran timpani. Sering kali, luas plak yang terlihat pada otoskopi tidak sebanding dengan penurunan pendengaran yang dikeluhkan pasien. Plak yang menyeluruh pada membran timpani dapat ditemukan pada pasien dengan penurunan pendengaran ringan.[7]

Tes Penala

Tes penala disarankan menggunakan garpu tala 512 Hz. Tipe penurunan pendengaran konduksi ditemukan pada 85% kasus, dengan hasil tes Weber menunjukkan lateralisasi ke telinga sakit. Tes Rinne menunjukkan konduksi tulang lebih besar daripada konduksi udara.[3]

Namun, literatur-literatur lain menunjukkan penurunan pendengaran yang lebih berat pada beberapa kasus tympanosclerosis yang telah melibatkan ruang telinga tengah, bukan hanya membran timpani. Pada beberapa kasus langka, ditemukan komponen penurunan pendengaran sensorineural. Hal ini dapat disebabkan oleh keterlibatan telinga dalam oleh tympanosclerosis.[1,7]

Selain perubahan warna, perforasi membran timpani juga dapat ditemukan. Lokasi tersering perforasi adalah pada pars tensa atau sentral. Dokter juga dapat menemukan perforasi yang telah sembuh atau menutup. Melalui perforasi membran timpani, dapat terlihat masa sklerosis pada telinga tengah.[1]

Otoskopi pneumatik dapat dilakukan pada pasien dengan membran timpani yang masih intak dengan hasil terlihat lebih kaku dan pergerakan lebih terbatas. Di beberapa kasus, mobilitas membran timpani bahkan bisa hilang sepenuhnya. Hal ini dapat disebabkan oleh sclerosis yang menyebabkan membran timpani kaku atau plak tympanosclerosis yang menempel pada sulkus timpani, tulang maleus, atau promontori.[7]

Diagnosis Banding

Tympanosclerosis harus dibedakan dengan kolesteatoma dan otosklerosis, terutama untuk kepentingan operasi.

Kolesteatoma

Tympanosclerosis dan kolesteatoma biasanya tidak terjadi secara bersamaan. Tidak ada hubungan khusus antara keduanya. Apabila ditemukan pada satu pasien yang sama, kondisi ini dianggap hanya kebetulan semata.[1]

Tympanosclerosis berupa massa putih di telinga tengah harus dibedakan dengan kolesteatoma. Berbeda dengan tympanosclerosis yang relatif jinak, kolesteatoma bersifat destruktif, sehingga perlu tindakan operatif sesegera mungkin. Kolesteatoma mengerosi tulang melalui penekanan, inflamasi, dan aktivasi osteoklas terlokalisasi.[3]

Tympanosclerosis sulit dibedakan dengan kolesteatoma. Diagnosis biasanya baru bisa ditegakkan pada saat operasi berlangsung.[3]

Otosclerosis

Otosclerosis juga bisa menimbulkan penurunan pendengaran konduktif progresif. Pada kasus ini, terjadi penurunan pendengaran progresif tanpa otorrhea. Tympanosclerosis dapat dibedakan dengan terlihatnya plak pada membran timpani.[6]

Massa di Telinga Tengah

Meskipun sebagian besar kasus tympanosclerosis bermanifestasi sebagai plak pada membran timpani, terdapat beberapa kasus dengan massa di telinga tengah. Apabila ditemukan massa berwarna putih di balik membran timpani yang intak, harus dipikirkan kemungkinan lain selain tympanosclerosis, seperti kolesteatoma, adenoma telinga tengah, neuroma, dan osteoma osikel. Pencitraan dengan CT scan temporal dapat membantu penegakan diagnosis.[16,17]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan tympanosclerosis adalah audiometri nada murni ataupun tes penala, timpanometri, dan pencitraan.

Audiometri dan Tes Penala

Audiometri nada murni dilakukan pada pasien tympanosclerosis untuk mengevaluasi penurunan pendengaran. Tipe penurunan pendengaran yang paling sering ditemukan adalah penurunan konduksi derajat sedang. Bila fasilitas tidak tersedia, dokter juga bisa melakukan tes penala.[1]

Timpanometri

Timpanometri tidak dilakukan secara rutin pada pasien dengan tympanosclerosis. Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan pada pasien dengan membran timpani masih intak. Hasil yang biasa ditemukan adalah pendataran kurva atau kurva tipe B.[7]

Pencitraan

Pencitraan dengan CT scan temporal dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis. Pada potongan aksial, CT scan temporal dapat menilai telinga tengah dengan baik, sehingga dapat membedakan tympanosclerosis dan diagnosis banding lainnya.[3,17,18]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Asarkar A, Gosavi S. Tympanosclerosis - a Beginner’s Worry: a Case Series and Review of Literature. Otolaryngology: Open Access. 2013 May 11;3(2):1–5.
2. Arumugam K. Incidence of Tympanosclerosis in Chronic Suppurative Otitis Media Patients in a Tertiary Care Hospital. 2019;7(6):4.
3. Barry JY, Reghunathan S, Jacob A. Tympanosclerosis Presenting as Mass: Workup and Differential. Case Rep Otolaryngol. 2016. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5021455/
6. Horlbeck DM, Ng M. Tympanosclerosis, Treatment. In: Kountakis SE, editor. Encyclopedia of Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Berlin, Heidelberg: Springer; 2013:p.2927–31. https://doi.org/10.1007/978-3-642-23499-6_744
7. Rensink MJ. Through the Otoscope: The mysterious tympanosclerosis: The Hearing Journal. 2012 Jan;65(1):6.
15. Dedmon MM, O’Connell BP, Rivas A. Ossiculoplasty for Tympanosclerosis. Curr Otorhinolaryngol Rep. 2020 Mar 1;8(1):65–72.
16. Mansour S, Magnan J, Nicolas K, Haidar H. Middle Ear Diseases: Advances in Diagnosis and Management. Springer; 2018.
17. Choi JH. A Scutum Presenting as a White Mass Behind an Intact Tympanic Membrane. Journal of Medical Cases. 2012 Dec 5;4(2):89-91–91.
18. Lemmerling M. Temporal Bone CT. Journal of the Belgian Society of Radiology. 2018 Nov 17;102(S1):16.

Epidemiologi Tympanosclerosis
Penatalaksanaan Tympanosclerosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 06:13
Data Rekam Medis Pasien Hilang Setelah Update Aplikasi Alomedika Dengan Tampilan Baru
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Sejak update terbaru tampilan alomedika yang merubah tampilan data rekam medis pasien ditemukan banyak rekam medis yang hilang terutama data rekam medis...
Anonymous
Kemarin, 11:37
Bintik berair di ujung bibir anak usia 2 tahun
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo Dokter, izin berdiskusi kasus, pasien anak usia 2 tahun dengan keluhan satu minggu sebelumnya demam kemudian demamnya sudah membaik dan muncul keluhan...
dr. Dini Cynthia
Kemarin, 10:07
Vaksin TT untuk ibu hamil yang sudah menerima vaksinasi lengkap sewaktu kecil
Oleh: dr. Dini Cynthia
1 Balasan
Alo dok, izin bertanya, semisal ada ibu hamil nulipara dtg untuk ANC, dan ternyata status vaksinasi TT nya sewaktu SD sudah lengkap, bagaimana pemberian...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.