Penatalaksanaan Timpanosklerosis
Tujuan dari penatalaksanaan timpanosklerosis adalah perbaikan fungsi pendengaran. Tata laksana definitif adalah dengan pembedahan. Apabila operasi tidak memungkinkan, penggunaan alat bantu dengar dapat membantu memperbaiki kualitas pendengaran pasien.
Terapi Suportif
Sama seperti penurunan pendengaran konduktif lainnya, alat bantu dengar dapat membantu memperbaiki kualitas pendengaran pada pasien dengan timpanosklerosis.[4]
Pembedahan
Prinsip dari pembedahan yang dilakukan adalah eksisi area sklerosis dan rekonstruksi rangkaian osikel dengan timpanoplasti.[4] Pembedahan menunjukkan prognosis yang baik dengan perbaikan fungsi pendengaran pada sebagian besar pasien.[1] Pembedahan menunjukkan penyerapan cangkok dan perbaikan status pendengaran yang baik pada 80% kasus.[1,6]
Tingkat keparahan dan luasnya timpanosklerosis biasanya tidak bisa ditegakkan dengan pasti sebelum pembedahan, sehingga dokter yang melakukan operasi harus siap dengan segala kemungkinan yang mungkin ditemukan. Keputusan mengenai besar persentase plak yang diangkat biasanya ditentukan pada saat operasi.[1]
Pembedahan pada Miringosklerosis
Miringosklerosis biasanya tidak menyebabkan penurunan pendengaran yang signifikan pada pasien. Apabila disertai dengan perforasi, tujuan tindakan operasi biasanya hanya untuk menutup membran timpani.[6]
Pada pasien yang menjalani operasi miringoplasti, pengangkatan plak timpanosklerosis pada membran timpani tidak memperbaiki status pendengaran maupun memengaruhi penyerapan cangkok (graft).[1] Hal ini sesuai dengan kasus-kasus yang menunjukkan bahwa plak yang terbatas pada membran timpani biasanya tidak memengaruhi fungsi pendengaran secara signifikan.[7]
Di sisi lain, pengangkatan plak berisiko merobek membran timpani dan perluasan perforasi. Aplikasi cangkok pada membran timpani tanpa pengangkatan plak menunjukkan hasil yang memuaskan.[1,6]
Pembedahan pada Fiksasi Osikel
Tindakan operasi pada kondisi ini masih kontroversial. Beberapa ahli mengatakan fiksasi osikel merupakan kontraindikasi untuk operasi, sedangkan ahli lainnya justru berpendapat operasi adalah tata laksana terbaik.[6]
Apabila epitimpani adalah satu-satunya lokasi fiksasi osikel, dapat dilakukan pengangkatan dinding atik luar dengan mobilisasi osikel atau melakukan bypass osikel terfiksasi dengan rekonstruksi rangkaian osikel dari stapes yang masih bebas ke membran timpani. Jika tulang stapes juga terfiksasi, dapat dilakukan mobilisasi stapes dengan stapedektomi atau stapedotomi.[6]
Kerusakan pada telinga dalam sangat mungkin terjadi sebagai komplikasi dari operasi yang dilakukan dan dapat menyebabkan tuli sensorineural. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada operasi ini adalah paresis nervus fasialis dan dislokasi sendi inkudostapedial.[1,4]