Penatalaksanaan Sinusitis
Penatalaksanaan sinusitis bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, mengatasi infeksi, memperbaiki drainase mukus, mencegah perubahan sinusitis akut menjadi kronis, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Terapi Simptomatis
Terapi medikamentosa pada kasus sinusitis akut umumnya berupa pengobatan simtomatis seperti penggunaan dekongestan, kortikosteroid, dan analgesik.
Dekongestan
Dekongestan oral (pseudoefedrin atau fenilefrin) atau dekongestan topikal (pseudoefedrin HCl) yang diberikan selama 14 hari. Dekongestan topikal berupa oksimetazolin dapat diberikan dengan durasi tidak lebih dari 3 hari untuk mencegah kongesti rebound.
Kortikosteroid
Kortikosteroid intranasal. Regimen yang biasa digunakan adalah mometasone furoate 200/ 400/ 800 µg sebanyak 2 kali sehari selama 15 hari pemberian. Kortikosteroid dapat digunakan sebagai terapi tunggal pada sinusitis akut ataupun sebagai terapi tambahan bersama antibiotik untuk kasus sinusitis bakterial akut.
Kortikosteroid oral jangka pendek bermanfaat untuk mengurangi keluhan sakit kepala, nyeri pada wajah, kongesti nasal, dan sebagainya. Regimen obat yang dapat digunakan misalnya metilprednisolon dengan dosis 3 x 8 mg selama 5 hari pemberian.
Walaupun begitu, studi yang ada menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid intranasal sebaiknya hanya digunakan pada sinusitis yang berhubungan dengan alergi, dan kortikosteroid oral bersama antibiotik hanya menunjukkan manfaat moderat jangka pendek. Beragam studi lebih merekomendasikan penggunaan kortikosteroid hanya pada pasien sinusitis kronis yang disertai polip nasal.
Antihistamin
Antihistamin tidak rutin diberikan. Antihistamin dapat bermanfaat pada sinusitis akut dengan gejala ringan (mengurangi keluhan bersin dan pengeluaran sekret hidung) atau yang diduga berhubungan dengan rhinitis alergi. [19]
Analgetik
Analgetik non-narkotik seperti paracetamol atau ibuprofen dapat digunakan pada pasien dengan sinusitis untuk meringankan keluhan demam dan nyeri. [2,4-8, 19]
Antibiotik
Pada kasus sinusitis akut yang dicurigai adanya infeksi bakterial, pasien diberikan terapi antibiotik.
Sinusitis Akut
Pada kasus sinusitis akut yang tidak komplikasi, penggunaan antibiotik tidak disarankan. Berdasarkan tinjauan sistematik Cochrane, setengah pasien dengan sinusitis akut tanpa komplikasi dapat sembuh sendiri walaupun tidak diberikan antibiotik. Dua pertiga pasien dilaporkan dapat sembuh setelah 14 hari. Studi ini menyimpulkan bahwa antibiotik tidak diperlukan pada sinusitis akut yang tidak komplikasi. [23] Antibiotik mungkin dapat diberikan pada pasien dengan sinusitis yang berat, immunocompromised, atau pada anak-anak.
Beberapa pilihan antibiotik pada kasus sinusitis bakterial akut dewasa adalah :
- Amoxicillin 3 x 500 mg per oral atau amoksisilin klavulanat 3 x 625 mg per oral selama 10-14 hari pemberian
- Klaritromisin : 2 x 500 mg
- Azithromycin : 500 mg pada pemberian hari pertama, kemudian 1 x 250 mg selama 4 hari [2]
Untuk sinusitis bakterial akut pada anak, pilihan antibiotik adalah :
- Amoxicillin : 45 mg/kgBB dibagi menjadi 2 dosis perhari
- Ceftriaxone: digunakan pada anak yang tidak mampu mentoleransi obat oral. Diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB dosis tunggal secara intramuskular atau intravena. [20]
Sinusitis Kronis
Antibiotik pada sinusitis kronis diberikan dalam durasi 3-4 minggu dan dapat diberikan secara empiris pada awal tatalaksana. Jika terapi empiris gagal, maka penggunaan antibiotik harus berdasarkan hasil kultur. Obat yang menjadi pilihan adalah amoxicillin clavulanate 2 gram per oral dua kali sehari, atau 90 mg/kgBB/hari dua kali sehari. Pada pasien yang alergi penisilin dapat digunakan levofloxacin, moxifloxacin, atau cephalosporin generasi ketiga. [8,19]
Antifungal
Pada kasus sinusitis akibat jamur terapi medikamentosa yang dapat digunakan adalah amphotericin B 1 - 1,5 mg/kgBB/hari untuk kasus sinusitis jamur invasif akut. Pada kasus kronis, dosis amphotericin B yang digunakan adalah 2 g/hari. Setelah pemberian amphotericin B, antifungal dapat diganti menjadi itraconazole atau ketoconazole dengan dosis 400 mg/ hari. [7]
Pembedahan
Tindakan pembedahan ditujukan pada pasien sinusitis kronis yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronis disertai pembentukan kista atau kelainan lain yang ireversibel, adanya polip ekstensif, sinusitis jamur, atau adanya komplikasi sinusitis lain.
Jenis pembedahan yang sekarang paling sering dikerjakan adalah Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS). Komplikasi FESS yang dapat terjadi antara lain kerusakan otot ekstraokular, kehilangan penglihatan, kebocoran cairan serebrospinal, dan meningitis. Namun, komplikasi ini sangat jarang. [1,7,21]
Persiapan Rujukan
Persiapan rujukan segera ke dokter spesialis THT harus dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami hal berikut :
- Edema atau eritema periorbital
- Diplopia
- Kelainan posisi bola mata
- Oftalmoplegia
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri berat area frontal baik unilateral atau bilateral
- Bengkak pada area frontal
- Adanya gejala meningitis
- Adanya defisit neurologis [7]
Terapi Suportif
Terapi suportif non medikamentosa yang dapat dilakukan pada pasien sinusitis adalah :
- Humidifikasi atau menghirup uap air panas untuk mengurangi sumbatan hidung
-
Nasal wash menggunakan NaCl 0,9%
- Kompres hangat pada area sinus
- Minum air putih yang cukup [2]