Diagnosis Sinusitis
Diagnosis sinusitis dititikberatkan pada diagnosis klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis sinusitis pada dewasa ditegakkan berdasarkan dua atau lebih gejala, satu diantaranya harus berupa sumbatan (kongesti hidung) atau munculnya sekret hidung dengan atau tanpa nyeri (tekan) pada wajah atau gangguan fungsi penghidu.
Diagnosis sinusitis pada anak-anak ditegakkan berdasarkan dua atau lebih gejala, satu diantaranya harus berupa sumbatan (kongesti hidung) atau munculnya sekret hidung dengan atau tanpa nyeri tekan wajah atau batuk. Gejala tersebut didukung pula dengan hasil pemeriksaan penunjang yang positif. [7]
Anamnesis
Anamnesis pasien sinusitis meliputi gejala khas seperti hidung tersumbat, produksi ingus purulen, nyeri pada wajah, dan gangguan mencium bau. Tanyakan pula mengenai gejala sistemik atau gejala lain yang dirasakan pasien seperti sakit kepala, rasa lemas, demam, nyeri tenggorok, batuk, dan halitosis.
Tanyakan durasi dari gejala-gejala yang dialami pasien untuk membedakan sinusitis akut dan kronis. Gali faktor-faktor risiko yang mungkin menimbulkan sinusitis seperti riwayat asma / rhinitis alergi, riwayat merokok, penyakit sistemik, riwayat sakit gigi (terutama pada maxilla), riwayat diagnosis sinusitis sebelumnya, dan riwayat pengobatan. [2,4,7,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diutamakan pada pengukuran tanda vital dan pemeriksaan fisik daerah kepala leher. Lakukan penilaian intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS). Nilai VAS 0-3 menandakan nyeri ringan, nilai 4-7 menandakan nyeri sedang, nilai VAS 8-10 menandakan nyeri berat.
Lakukan inspeksi dari luar, perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Pembengkakan di daerah pipi hingga kelopak mata bawah dengan perubahan warna kulit menjadi kemerahan dapat dicurigai sebagai adanya sinusitis maksila. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin dapat disebabkan oleh sinusitis frontal. Inspeksi dengan rinoskopi anterior pada pasien sinusitis dapat memberikan gambaran konka edema, mukosa nasal hiperemis, dan sekret hidung yang purulen. Pada rinoskopi posterior dapat ditemukan post nasal drip ataupun infeksi pada gigi. [1,2,4,7,8]
Pemeriksaan fisik palpasi dilakukan dengan cara memberi penekanan di beberapa daerah wajah. Nyeri tekan di daerah pipi bisa menunjukkan sinusitis maksila. Nyeri tekan di dahi mungkin disebabkan oleh sinusitis frontal. Sinusitis etmoid dapat menyebabkan nyeri tekan di daerah kantus medial mata. Pada sinusitis sfenoid biasanya pasien merasakan nyeri yang menjalar ke vertex, oksipital, dan mastoid. Nyeri dapat dirasakan pada pemeriksaan perkusi pada gigi di rahang atas yang mungkin disebabkan oleh sinusitis maksila. Pada pemeriksaan fisik lihat juga perubahan seperti penonjolan bola mata, gerakan bola mata yang tidak normal, dan pemeriksaan kaku kuduk. [1,4,10]
Diagnosis Banding
Diagnosis sinusitis biasanya cukup jelas, namun pada beberapa kasus dapat dipikirkan diagnosis banding berikut :
Rhinitis Alergi
Pada rhinitis alergi rhinorrhea biasanya jernih, disertai rasa gatal pada hidung, bersin, iritasi okuler, dan gejala hanya timbul pada saat tertentu yang menandakan adanya alergi. Rhinitis alergi dapat menjadi komorbid sinusitis.
Tumor Sinonasal
Gejala tumor sinonasal bisa sangat mirip dengan sinusitis. Adanya tumor sinonasal juga dapat menyebabkan sinusitis. Membedakan penyakit ini dengan sinusitis dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik dimana didapatkan massa intra nasal, serta melalui pemeriksaan penunjang berupa CT scan atau MRI yang akan menunjukkan adanya destruksi jaringan sekitar jika tumor bersifat malignan. Pemeriksaan biopsi juga dapat membedakan dengan sinusitis.
Benda Asing Hidung
Adanya benda asing dalam hidung biasa terjadi pada anak-anak. Gejala biasanya unilateral, dan pada pemeriksaan rhinoskopi anterior atau endoskopi akan mudah terlihat adanya benda asing.
Migraine
Pasien sinusitis dapat datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah yang harus didiagnosis banding dengan migraine. Gejala yang spesifik pada migraine meliputi fotofobia, sakit kepala sebelah yang berdenyut, dan gangguan visual.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk menunjang diagnosis sinusitis antara lain :
Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi hanya dapat digunakan untuk pemeriksaan sinus maksila dan frontal. Pemeriksaan dilakukan bila pemeriksaan penunjang radiologi tidak tersedia. Pemeriksaan transiluminasi dilakukan pada ruangan yang gelap atau cahaya minimal.
Untuk pemeriksaan sinus maksila, pasien diminta untuk duduk dan mendongakkan kepalanya ke belakang sambil membuka mulut. Pemeriksa menempelkan penlight/ otoskop/ transiluminator pada bagian pipi di area sinus maksila. Cahaya yang tembus dan terang pada bagian palatum merupakan pemeriksaan yang normal. Bila cahaya redup atau tidak tampak sama sekali dapat dicurigai adanya cairan yang kental (pus), penebalan mukosa, atau bisa juga massa yang mengisi rongga sinus. Bandingkan hasil pemeriksaan sinus maksila kanan dan kiri.
Untuk pemeriksaan sinus frontal, penlight / otoskop / transiluminator ditempelkan pada bagian medial orbita di bawah alis dengan cahaya diarahkan ke bagian atas. Perhatikan cahaya yang muncul di area sinus frontal, bandingkan antara sinus frontal kanan dan kiri. Cahaya yang gelap bisa disebabkan karena sinusitis atau karena sinus yang tidak berkembang. [1,7]
Endoskopi Nasal
Endoskopi nasal dapat dilakukan dengan atau tanpa pemberian dekongestan. Endoskopi nasal memberikan visualisasi yang lebih baik untuk mengevaluasi meatus medial dan superior serta area nasofaring. Endoskopi nasal dapat dilakukan pada pasien anak-anak maupun dewasa tetapi belum tentu tersedia di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Evaluasi menggunakan endoskopi nasal dapat melihat kondisi mukosa serta menilai karakteristik seperti ada tidaknya polip, edema, dan sekret. Evaluasi pasca operasi menilai ada tidaknya jaringan parut ataupun krusta. Evaluasi sinusitis kronis dapat dilakukan pada bulan ke-3, 6, 12, dan 24 setelah diagnosis pertama ditegakkan. [7, 17]
Radiologi
Pemeriksaan radiologi tidak selalu diperlukan pada pasien dengan sinusitis. Pemeriksaan pencitraan biasanya hanya dilakukan pada pasien sinusitis kronis atau jika gejala sangat atipikal dan diperlukan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding. Sebelum melakukan pemeriksaan radiologi, klinisi harus mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko, serta paparan terhadap radiasi. Teknik pencitraan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis sinusitis dapat berupa rontgen, ultrasonografi, MRI, dan CT-scan.
Rontgen
Pemeriksaan rontgen dapat dilakukan pada posisi Waters (evaluasi sinus maksila dan frontal), posisi Caldwell (visualisasi etmoid), dan posisi lateral (untuk evaluasi adenoid dan sfenoid). Sinusitis ditandai dengan gambaran opak difus pada rongga sinus, penebalan mukosa (>4 mm), atau adanya air fluid level.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi memiliki keterbatasan hanya untuk mengevaluasi sinus maksila. Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya cairan pada rongga sinus, penebalan mukosa, atau massa jaringan lunak di dalam rongga sinus.
MRI
Pemeriksaan MRI digunakan bila dicurigai adanya tumor, komplikasi intrakranial atau infeksi jamur pada kasus-kasus sinusitis yang lebih kompleks.
CT Scan
Pemeriksaan CT-scan adalah teknik pencitraan yang dianjurkan untuk sinusitis. Pemeriksaan CT-scan dilakukan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi yang adekuat atau pada sinusitis kronis. Pemeriksaan CT-scan berguna untuk menegakkan diagnosis sinusitis jamur invasif akut atau alergi serta untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti tumor. CT-scan harus dilakukan sebelum tindakan operasi sinus endoskopik terutama bila ada komplikasi sinusitis yang melibatkan area periorbital atau intrakranial. CT-scan yang disarankan adalah dengan potongan setebal 3-4 mm yang kemudian dapat dievaluasi gambaran opak pada sinus, air-fluid level, penebalan mukosa (>4 mm), dan displacement dinding sinus. [7,10,11]
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah tidak memiliki gambaran spesifik untuk sinusitis. Pemeriksaan darah dapat berguna pada sinusitis yang berhubungan dengan rhinitis alergi, fibrosis kistik, atau imunodefisiensi. Pemeriksaan darah lengkap bisa dalam batas normal atau terjadi leukositosis pada sinusitis bakterial akut. Hasil pemeriksaan laju endap darah dan C-reactive protein dapat meningkat pada sinusitis, namun tidak spesifik. [2,8]
Lain-lain
Pemeriksaan lain-lain yang dapat dilakukan adalah sitologi nasal (untuk menyingkirkan rhinitis alergi, sensitivitas terhadap aspirin, dan poliposis nasal), kultur sekret nasal, dan skin test untuk alergi. [2,6,8]
Kriteria Diagnosis
Terdapat kriteria diagnosis yang bisa membantu klinisi dalam menegakkan diagnosis sinusitis akut dan kronik.
Sinusitis Akut
Diagnosis sinusitis akut dapat ditegakkan jika memenuhi setidaknya 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor ditambah ≥2 kriteria minor.
Tabel 1. Kriteria Mayor dan Minor Sinusitis Akut
Kriteria Mayor | Kriteria Minor |
Discharge nasal anterior yang purulen | Sakit kepala |
Discharge nasal posterior yang purulen atau berubah warna | Keluhan telinga berupa nyeri, rasa penuh, atau tertekan |
Kongesti atau obstruksi nasal | Halitosis |
Kongesti atau rasa penuh regio fasialis | Nyeri gigi |
Hiposmia atau anosmia | Demam (untuk sinusitis subakut atau kronis) |
Demam (untuk sinusitis kronis) | Fatigue [10] |
Sinusitis Kronis
Sinusitis kronis dapat ditegakkan jika terdapat setidaknya 2 gejala kardinal selama 12 minggu berturut-turut, yang ditambah dengan bukti objektif dari pemeriksaan fisik atau penunjang.
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Sinusitis Kronis
Ada setidaknya 2 gejala kardinal selama 12 minggu berturut-turut : |
- Obstruksi nasal |
DAN |
Bukti Objektif pada Pemeriksaan |
Pada pemeriksaan fisik : drainase mukopurulen, edema, atau polip pada meatus medius |
Pada pemeriksaan radiologi : bukti sinusitis pada foto polos atau CT Scan [18] |