Epidemiologi Kanker Sinonasal
Epidemiologi kanker sinonasal adalah sebesar 3% dari keganasan kepala dan leher secara keseluruhan. Tipe yang paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa, yaitu pada 70-80% kasus. Dilaporkan bahwa 60% kasus kanker sinonasal berasal dari sinus maksilaris.[2,4]
Data epidemiologi di Indonesia masih terbatas, namun mengindikasikan angka kejadian yang jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan epidemiologi global. Oleh karenanya, dokter perlu meningkatkan kewaspadaan untuk penapisan kanker sinonasal, terutama pada pasien dengan gejala tidak spesifik berulang yang memiliki faktor risiko.[9]
Global
Kanker sinonasal berkontribusi sebesar 0,2 hingga 0,8% dari seluruh tumor invasif. Kanker ini mencakup 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher. 60% kasus berasal dari sinus maksilaris. Jenis tersering adalah karsinoma sel skuamosa, yaitu pada 70-80% kasus. Sekitar 7-15% kasus kanker sinonasal melibatkan nodus limfatik di leher.[2,4]
30% kasus kanker sinonasal tipe karsinoma sel skuamosa dilaporkan berkaitan dengan infeksi human papilloma virus (HPV). HPV related multiphenotypic sinonasal carcinoma with adenoid cystic–like features (HMSC) memiliki angka rekurensi sekitar 38%, lebih sering ditemukan pada wanita, dan 89% terjadi di kavitas nasal dengan atau tanpa keterlibatan sinus paranasal.[5]
Indonesia
Belum banyak data epidemiologi kanker sinonasal di Indonesia. Dalam penelitian di satu rumah sakit di Bandung, kejadian kanker sinonasal merupakan kanker kedua terbanyak setelah kanker nasofaring, dengan angka kejadian sebesar 16,8% dari semua kanker kepala leher. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan epidemiologi global. Hal ini mungkin disebabkan oleh masih banyaknya paparan terhadap faktor risiko, misalnya debu kayu dan kayu bakar.[9]
Mortalitas
Kebanyakan kasus kanker sinonasal datang dalam kondisi sudah lanjut. Hal ini kemungkinan karena gejalanya yang tidak spesifik, sehingga sering terjadi misdiagnosis, misalnya terdiagnosis sinusitis. Oleh karena itulah, angka kesembuhan pasien kanker sinonasal umumnya ≤50%.
Kegagalan terapi umumnya ditemukan pada tahun kedua. 33% pasien mengalami kanker primer kedua di traktus aerodigestif. Metastasis jauh ditemukan pada 20-40% kasus.[1,2]