Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Kanker Sinonasal general_alomedika 2022-12-15T18:25:21+07:00 2022-12-15T18:25:21+07:00
Kanker Sinonasal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Kanker Sinonasal

Oleh :
dr. Monik Alamanda
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kanker sinonasal biasanya berupa operasi reseksi yang diikuti oleh radioterapi atau kemoradiasi adjuvan. Diseksi leher radikal atau radioterapi leher elektif hanya direkomendasikan pada pasien dengan keterlibatan nodus limfa.[2,7]

Pembedahan

Pilihan tata laksana awal umumnya adalah pembedahan radikal untuk menghilangkan massa dan menjaga drainase sinus. Pembedahan eksploratif mungkin diperlukan untuk menentukan apakah massa operable. Selain itu, penting juga untuk merencanakan rekonstruksi dan rehabilitasi dengan tujuan perbaikan fungsi dan kosmetik pasien. Saat ini, pembedahan banyak menggunakan endoskopi apabila memungkinkan. Tujuan dari operasi adalah reseksi dengan batas pengangkatan yang bebas tumor.

Kontraindikasi operasi antara lain metastasis jauh, invasi otak luas, invasi basis kranii tengah, dan infiltrasi nervus atau kiasma optik bilateral. Pengangkatan bola mata mungkin diperlukan jika telah terjadi invasi yang ekstensif ke orbita.

Apabila terdapat keterlibatan nodus limfa leher, maka dapat dilakukan diseksi leher radikal.[2]

Radioterapi

Saat ini radioterapi banyak dilakukan sebagai terapi pasca pembedahan. Radioterapi dapat menimbulkan berbagai efek samping, seperti retinopati, glaukoma, keratitis, oklusi arteri retina sentral, hingga kebutaan.

Volume terapi perlu mencakup antrum maksila dan meliputi sinus hemiparanasal. Orbita dan area sekitarnya sebaiknya dieksklusi, kecuali jika tidak memungkinkan.

Pasien yang menjalani terapi radiasi eksternal (external-beam radiation therapy) yang melibatkan kelenjar tiroid atau pituitari berisiko mengalami hipotiroidisme. Lakukan pemeriksaan fungsi tiroid sebagai pemantauan.[2]

Kemoterapi

Kemoterapi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan penyakit yang rekuren. Kemoterapi telah dilaporkan efektif pada pasien dengan karsinoma sel skuamosa area kepala leher sebagai terapi paliatif dan dapat meningkatkan kesintasan serta kualitas hidup pasien.

Pilihan kemoterapi dapat mencakup cisplatin, fluorouracil, dan methotrexate.[2]

Pemilihan Terapi Berdasarkan Stadium

Pada prinsipnya, pemilihan terapi kanker sinonasal bersifat individual, tergantung pada kondisi klinis masing-masing pasien. Secara umum, terapi dapat dipilih berdasarkan stadium dan jenis kanker yang terjadi.

Stadium I

Untuk kanker stadium I, terapi dapat dipertimbangkan berdasarkan lokasi tumor, yaitu:

  • Tumor sinus maksilaris: reseksi bedah. Dapat diikuti terapi radiasi tergantung dengan batas bebas tumor dari lesi.
  • Tumor sinus etmoidalis: External-beam radiation therapy dipilih pada lesi yang tidak dapat direseksi. Jika lesi terlokalisir, dapat dilakukan reseksi, namun umumnya diperlukan reseksi etmoid, maksila, atau orbita. Jika lesi dapat direseksi, pembedahan perlu dilanjutkan dengan terapi radiasi.
  • Tumor sinus sfenoid: Pilihan terapi adalah radioterapi dengan pendekatan yang serupa dengan kanker nasofaring.
  • Tumor kavitas nasal: Pembedahan dipilih jika lesi melibatkan septum. Radioterapi lebih disenangi untuk lesi pada dinding lateral dan superior. Sementara itu, pembedahan dan radioterapi umumnya diperlukan pada lesi di septum dan dinding lateral.
  • Tumor vestibula nasal: Jika lesi berukuran kecil, maka pembedahan dipilih apabila tidak menyebabkan deformitas atau membutuhkan rekonstruksi. Selain dari itu, radioterapi lebih disenangi.[2]

Stadium II

Untuk kanker sinonasal stadium II, terapi berdasarkan lokasi tumor dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

  • Tumor sinus maksilaris: Reseksi bedah dengan radioterapi dosis tinggi sebelum dan setelah operasi.
  • Tumor sinus etmoidalis: External-beam radiation therapy lebih disenangi dan umumnya memberi luaran lebih baik dibanding pembedahan. Jika lesi terlokalisir, dapat dilakukan reseksi, namun umumnya diperlukan reseksi etmoid, maksila, atau orbita. Jika lesi dapat direseksi, pembedahan perlu dilanjutkan dengan terapi radiasi.
  • Tumor sinus sfenoid: Pilihan terapi adalah radioterapi dengan pendekatan yang serupa dengan kanker nasofaring. Kemoterapi dapat dipertimbangkan sesuai klinis pasien.
  • Tumor kavitas nasal: Pembedahan dan radioterapi dipilih pada lesi yang melibatkan septum. Radioterapi lebih disenangi untuk lesi pada dinding lateral dan superior, dapat diikuti dengan kemoterapi.
  • Tumor vestibula nasal: Jika lesi berukuran kecil, maka pembedahan dipilih apabila tidak menyebabkan deformitas atau membutuhkan rekonstruksi. Selain dari itu, radioterapi lebih disenangi.[2]

Stadium III

Untuk kanker sinonasal stadium III, dapat dipertimbangkan terapi berdasarkan lokasi tumor sebagai berikut:

  • Tumor sinus maksilaris: Reseksi bedah dengan radioterapi dosis tinggi sebelum dan setelah operasi.
  • Tumor sinus etmoidalis: Reseksi kraniofasial yang diikuti radioterapi umumnya menjadi pilihan tata laksana.
  • Tumor sinus sfenoid: Pilihan terapi adalah radioterapi dengan pendekatan yang serupa dengan kanker nasofaring. Kemoterapi dapat dipertimbangkan sesuai kondisi klinis pasien.
  • Tumor kavitas nasal: Terapi dipilih sesuai klinis pasien, dapat melibatkan tindakan bedah saja, radioterapi saja, atau kombinasi keduanya, dengan atau tanpa kemoterapi.
  • Tumor vestibulum nasal: Radioterapi lebih disenangi untuk meminimalisir deformitas. Pembedahan dipertimbangkan jika opsi lain tidak memungkinkan.[2]

Stadium IV

Terapi kanker sinonasal stadium IV berdasarkan lokasi tumor adalah:

  • Tumor sinus maksilaris: Terapi radiasi dosis tinggi umumnya dipilih karena telah terdapat perluasan lesi ke basis kranium dan nasofaring. Jika radioterapi tidak diikuti pembedahan, pastikan drainase sinus baik.
  • Tumor sinus etmoidalis: Reseksi kraniofasial yang diikuti radioterapi sebelum dan setelah operasi umumnya menjadi pilihan tata laksana. Kemoterapi dapat dipertimbangkan pada pasien.
  • Tumor sinus sfenoid: Pilihan terapi adalah radioterapi dengan pendekatan yang serupa dengan kanker nasofaring. Kemoterapi dapat dipertimbangkan sesuai klinis pasien.
  • Tumor kavitas nasal: Terapi dipilih sesuai klinis pasien, dapat melibatkan tindakan bedah saja, radioterapi saja, atau kombinasi keduanya, dengan atau tanpa kemoterapi.
  • Tumor vestibulum nasal: Radioterapi lebih disenangi untuk meminimalisir deformitas. Pembedahan dipertimbangkan jika opsi lain tidak memungkinkan. [2]

Pemilihan Terapi Berdasarkan Stadium dan Jenis Tumor

Jenis tumor adalah melanoma, sarkoma, atau kasus midline granuloma. Pemilihan terapi berdasarkan jenis tumor dan stadiumnya adalah:

Stadium I

Pada melanoma dan sarkoma stadium I, eksisi bedah dipilih jika memungkinkan. Pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi umumnya diperlukan pada kasus rhabdomyosarcoma. Pada kasus midline granuloma stadium I, dilakukan terapi radiasi pada kavitas nasal dan sinus paranasal.[2]

Stadium II

Pada melanoma dan sarkoma stadium II, eksisi bedah dipilih jika memungkinkan. Pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi umumnya diperlukan pada kasus rhabdomyosarcoma. Pada midline granuloma, terapi radiasi pada kavitas nasal dan sinus paranasal dapat dipilih.[2]

Stadium III

Pada melanoma dan sarkoma stadium III, eksisi bedah dipilih jika memungkinkan. Pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi umumnya diperlukan pada kasus rhabdomyosarcoma. Midline granuloma stadium III dapat dilakukan terapi radiasi pada kavitas nasal dan sinus paranasal.[2]

Stadium IV

Pada melanoma dan sarkoma stadium IV, eksisi bedah dipilih jika memungkinkan. Radioterapi dan berbagai kombinasi agen kemoterapi umumnya diperlukan. Sedangkan kasus midline granuloma dipilih terapi radiasi pada kavitas nasal dan sinus paranasal.[2]

Referensi

2. PDQ Adult Treatment Editorial Board. Paranasal Sinus and Nasal Cavity Cancer Treatment (Adult) (PDQ®): Health Professional Version. 2019 Aug 22. In: PDQ Cancer Information Summaries [Internet]. Bethesda (MD): National Cancer Institute (US); 2002-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK65831/
7. López F, Grau JJ, Medina JA, Alobid I. Spanish consensus for the management of sinonasal tumors. Acta Otorrinolaringol Esp. 2017; 68:226---234.

Diagnosis Kanker Sinonasal
Prognosis Kanker Sinonasal
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
04 Februari 2022
Pengaruh siklus radioterapi terlambat pada pengobatan KNF - Onkologi Radiasi Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Steven, Sp.Onk.Rad, izin bertanya dokter.Bagaimana pengaruhnya jika terjadi keterlambatan menjalani siklus radioterapi pada pasien dengan kanker...
dr. Reren Ramanda
16 November 2021
Hubungan infeksi HPV pada kejadian kanker - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dr. Sekti Sp. THT-KL(K), izin bertanya dokter, apakah memang terdapat hubungan antara infeksi HPV dengan kejadian Ca pada bidang THT terutama pada pasien...
dr. Hudiyati Agustini
16 November 2021
Kissing disease mononukleosis - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Sekti SpTHT(K), apakah benar mononukleosis risiko tinggi menyebabkan kanker nasofaring? berapa besar prevalensinya? apakah ada faktor yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.