Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kanker Sinonasal general_alomedika 2021-07-12T08:15:05+07:00 2021-07-12T08:15:05+07:00
Kanker Sinonasal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kanker Sinonasal

Oleh :
dr. Monik Alamanda
Share To Social Media:

Diagnosis kanker sinonasal umumnya ditegakkan terlambat. Gejala yang timbul tidak spesifik, misalnya epistaksis, rhinorrhea, dan hidung tersumbat, sehingga sering terjadi underdiagnosis. Pemeriksaan histologi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Anamnesis

Pada tahap awal, kanker sinonasal bisa bersifat asimptomatik. Apabila ada, gejala yang timbul bervariasi, bersifat unilateral, dan dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

  • Nasal: Obstruksi nasal, rhinorrhea, epistaksis
  • Orbita: Proptosis, diplopia, oftalmoplegia, nyeri
  • Neurologi: Nyeri atau baal pada wajah, defisit nervus kranialis
  • Fasial: Deformitas, massa[7]

Gejala-gejala tersebut tidak spesifik dan dapat menyebabkan upaya diagnosis menjadi sulit. Namun gejala yang dikeluhkan dapat memprediksi ekstensi penyakit dan penyebaran tumor. Sebagai contoh, adanya epifora menunjukkan obstruksi atau infiltrasi tumor ke duktus lakrimal.[4]

Di Indonesia, data epidemiologi terbatas yang tersedia mengindikasikan bahwa kanker sinonasal lebih sering terjadi dibandingkan angka epidemiologi global. Oleh karenanya, pasien dengan gejala non spesifik berulang yang memiliki faktor risiko (misalnya pekerjaan yang memaparkan terhadap karsinogen atau penggunaan kayu bakar di rumah) perlu diperiksa secara seksama agar dapat mendeteksi kemungkinan kanker sinonasal secara dini.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya massa pada saat dilakukan rinoskopi anterior maupun posterior. Namun pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan hasil yang negatif apabila ukuran tumor masih kecil.

Pemeriksaan fisik telinga-hidung-tenggorok lengkap perlu dilakukan untuk menilai ekstensi tumor. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan saraf kranial, kepala, leher, dan kelenjar getah bening lengkap.[7]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keganasan sinonasal adalah penyakit inflamasi dan tumor jinak sinonasal.

Penyakit Inflamasi Sinonasal

Kondisi inflamasi sinonasal dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan keganasan. Beberapa kondisi yang harus dipikirkan adalah infeksi, riwayat trauma, dan adanya benda asing.

Karakteristik yang mengarah pada keganasan dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut antara lain usia lanjut >50 tahun, awitan gejala atau tanda yang cepat dan progresif, serta adanya faktor risiko seperti riwayat paparan karsinogenik, infeksi HPV, dan papiloma.

Tumor Jinak Sinonasal

Tumor jinak sinonasal dapat menimbulkan manifestasi yang mirip dengan keganasan. Tumor jinak yang sering ditemukan adalah polip nasal, kista, inverted papilloma, ensefalokel, fibroma, atau angiofibroma nasofaring.

Tumor jinak dapat dibedakan dari keganasan secara definitif dengan biopsi. Meski demikian, perlu diingat bahwa ensefalokel dan tumor vaskular, seperti angiofibroma nasofaring, adalah kontraindikasi biopsi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam evaluasi kanker sinonasal perlu mencakup endoskopi hidung, MRI, CT Scan, dan biopsi.[7]

Endoskopi

Endoskopi dapat menjadi pemeriksaan inisial yang menemukan adanya massa pada kavitas nasal.

Magnetic Resonance Imaging

MRI memiliki keunggulan dalam membedakan densitas jaringan, sehingga dapat bermanfaat untuk perencanaan operasi dan tata laksana. Invasi perineural juga dapat jelas telihat melalui pemeriksaan ini.

Computed Tomography Scan

CT scan dapat menunjukkan tumor yang bersifat erosif atau destruktif terhadap tulang. Adanya karakteristik tersebut dapat membedakan keganasan dari tumor jinak. CT scan lebih superior dibandingkan MRI dalam memperlihatkan destruksi tersebut, dengan pengecualian pada area sinus, palatum durum, dan basis cranii.

CT scan juga dapat mendeteksi kalsifikasi, kartilago, atau tulang di dalam tumor yang dapat mempersempit diagnosis banding. Sebagai contoh, esthesioneuroblastoma sering memiliki deposit kalsium, sedangkan kondrosarkoma atau osteosarkoma mencakup jaringan asalnya (kartilago atau tulang).

CT scan juga dapat menunjukkan detail penting untuk mengevaluasi keterlibatan intraorbit dan intrakranial. Meskipun tidak sedetail MRI dalam menunjukkan invasi perineural, CT scan dapat menunjukkan fenomena tersebut secara tidak langsung, seperti adanya pelebaran dan erosi fisura dan foramen pada tulang.

Positron Emission Tomography

Positron emission tomography (PET) digunakan untuk mengevaluasi adanya metastasis jauh sebelum dan setelah terapi dilakukan.

Biopsi

Biopsi jaringan merupakan pemeriksaan baku emas untuk kanker sinonasal. Biopsi harus dilakukan sebelum inisiasi terapi, dengan pengecualian pada ensefalokel dan tumor vaskular yang merupakan kontraindikasi biopsi karena dapat menyebabkan bocornya cairan serebrospinal atau pendarahan yang sulit dihentikan.

Biopsi dapat dilakukan secara transnasal. Apabila tidak memungkinkan, biopsi dapat dilakukan melalui antrostomi maksila atau sfenoidotomi menggunakan endoskopi. Kedua jalur tersebut dapat mencapai drainase sinus alamiah tanpa mengganggu lesi atau merusak area operasi di kemudian hari.[1-3,7,8,10]

Stadium Kanker Sinonasal

Berikut adalah pembagian kanker sinonasal berdasarkan tumor primer, nodus limfa, dan metastasis oleh American Joint Committee on Cancer Staging Classification (AJCC).[2,11]

Tabel 1. Klasifikasi TNM oleh American Joint Committee on Cancer Staging Classification (AJCC) : Tumor (T)

Kriteria
Tumor Primer Pada Sinus Maksilaris
TX Tumor primer tidak dapat dievaluasi
Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor terbatas pada mukosa sinus maksila tanpa erosi atau destruksi tulang
T2 Tumor menyebabkan erosi atau destruksi tulang, mencakup ekstensi palatum durum atau meatus media, dengan pengecualian ekstensi pada dinding posterior sinus maksila dan pterygoid plate

T3 Tumor menginvasi paling tidak satu dari lokasi berikut: tulang dinding posterior sinus maksila, jaringan subkutan, dasar atau dinding orbita media, fossa pterigoid, atau sinus etmoidalis
T4 Tumor yang lebih meluas
T4a Tumor menginvasi isi orbita, kulit pipi, pterygoid plates, fossa infratemporal, cribriform plate, sinus sfenoid atau frontalis
T4b Tumor menginvasi apeks orbita, dura, otak, fossa krania media, nervus kranialis selain cabang maksila dari nervus trigeminal, nasofaring, atau klivus
Tumor Primer Pada Kavum Nasi Atau Sinus Etmoid
Tx Tumor primer tidak dapat dievaluasi
Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor terbatas pada satu area, dengan atau tanpa invasi tulang
T2 Tumor menginvasi dua area pada satu regio yang sama atau ekstensi ke regio yang berdempetan di dalam kompleks nasoetmoid, dengan atau tanpa invasi tulang
T3 Tumor ekstensi ke dinding media atau dasar dari orbita, sinus maksila, palatum, atau cribriform plate

T4 Tumor lebih meluas
T4a Tumor menginvasi isi orbita anterior, kulit pipi atau hidung, ekstensi minimal ke fosa kranial anterior, pterygoid plates, sinus sfenoid atau frontal
T4b Tumor menginvasi apeks orbita, dura, otak, fossa krania media, nervus kranial selain nervus maksila, nasofaring, atau klivus

Tabel 2. Klasifikasi TNM oleh American Joint Committee on Cancer Staging Classification (AJCC) : Keterlibatan Limfonodus (N) dan Metastasis (M)

Keterlibatan Limfonodi
NX Limfonodus regional tidak dapat dievaluasi
N0 Tidak ditemukan metastasis ke limfonodus regional
N1 Metastasis pada satu limfonodus ipsilateral, dengan ukuran 3 cm atau lebih kecil pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N2

Metastasis pada limfonodus ipsilateral, ukuran lebih dari 3 cm tapi kurang dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal;

Atau

Metastasis pada beberapa limfonodus ipsilateral, tidak ada yang lebih besar dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal;

Atau

Metastasis limfonodus bilateral atau kontralateral, ukuran tidak ada yang lebih besar dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal

N2a Metastasis pada limfonodus ipsilateral, ukuran lebih dari 3 cm tapi kurang dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N2b Metastasis pada beberapa limfonodus ipsilateral, tidak ada yang lebih besar dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N2c Metastasis limfonodus bilateral atau kontralateral, ukuran tidak ada yang lebih besar dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N3

Metastasis pada satu limfonodus dengan ukuran lebih besar dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal;

Atau

Metastasis pada limfonodus manapun dengan ekstensi ekstranodal

N3a Metastasis pada satu limfonodus dengan ukuran lebih besar dari 6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N3b Metastasis pada limfonodus manapun dengan ekstensi ekstranodal
Metastasis Jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh

Setelah menentukan TNM, stadium kanker sinonasal dapat ditentukan seperti yang tercantum pada Tabel 3.[2,11]

Tabel 3. Penentuan Stadium Kanker Sinonasal

T N M Stadium
Tis N0 M0 0
T1 N0 M0 I
T2 N0 M0 II
T3 N0 M0 III
T1, T2, T3 N1 M0 III
T4a N0, N1 M0 IVA
T1, T2, T3, T4a N2 M0 IVA
Semua T N3 M0 IVB
T4b Semua N M0 IVB
Semua T Semua N M1 IVC

 

Referensi

1. Devi CP, Devi KM, Kumar P, Amrutha Sindhu RV. Diagnostic challenges in malignant tumors of nasal cavity and paranasal sinuses. J Oral Maxillofac Pathol. 2019;23(3):378-382. doi:10.4103/jomfp.JOMFP_300_18
2. PDQ Adult Treatment Editorial Board. Paranasal Sinus and Nasal Cavity Cancer Treatment (Adult) (PDQ®): Health Professional Version. 2019 Aug 22. In: PDQ Cancer Information Summaries [Internet]. Bethesda (MD): National Cancer Institute (US); 2002-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK65831/
3. Fasunla AJ, Lasisi AO. Sinonasal malignancies: a 10-year review in a tertiary health institution. J Natl Med Assoc. 2007;99(12):1407-1410.
7. López F, Grau JJ, Medina JA, Alobid I. Spanish consensus for the management of sinonasal tumors. Acta Otorrinolaringol Esp. 2017; 68:226---234.
8. Shirazi N, Bist SS, Selvi TN, Harsh M. Spectrum of Sinonasal Tumors: A 10-year Experience at a Tertiary Care Hospital in North India. Oman Med J. 2015;30(6):435-440. doi:10.5001/omj.2015.86
10. Klem C. Malignant Tumors of The Sinuses. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/847189-overview
11. Amin MB, Greene FL, Edge SB, Compton CC, Gershenwald JE, Brookland RK, Meyer L, Gress DM, Byrd DR, Winchester DP. The Eighth Edition AJCC Cancer Staging Manual: Continuing to build a bridge from a population-based to a more "personalized" approach to cancer staging. CA Cancer J Clin. 2017 Mar;67(2):93-99. doi: 10.3322/caac.21388. Epub 2017 Jan 17. PMID: 28094848.

Epidemiologi Kanker Sinonasal
Penatalaksanaan Kanker Sinonasal
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
04 Februari 2022
Pengaruh siklus radioterapi terlambat pada pengobatan KNF - Onkologi Radiasi Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Steven, Sp.Onk.Rad, izin bertanya dokter.Bagaimana pengaruhnya jika terjadi keterlambatan menjalani siklus radioterapi pada pasien dengan kanker...
dr. Reren Ramanda
16 November 2021
Hubungan infeksi HPV pada kejadian kanker - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dr. Sekti Sp. THT-KL(K), izin bertanya dokter, apakah memang terdapat hubungan antara infeksi HPV dengan kejadian Ca pada bidang THT terutama pada pasien...
dr. Hudiyati Agustini
16 November 2021
Kissing disease mononukleosis - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Sekti SpTHT(K), apakah benar mononukleosis risiko tinggi menyebabkan kanker nasofaring? berapa besar prevalensinya? apakah ada faktor yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.