Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Deviasi Septum Nasal general_alomedika 2020-09-16T14:16:43+07:00 2020-09-16T14:16:43+07:00
Deviasi Septum Nasal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Deviasi Septum Nasal

Oleh :
dr. Regina Putri Apriza
Share To Social Media:

Diagnosis deviasi septum nasal perlu dilakukan secara komprehensif, karena hal ini akan mempengaruhi perencanaan tindakan korektif. Pada anamnesis, keluhan yang sering dialami pasien adalah hidung tersumbat, gangguan tampilan hidung, atau mengorok. Selain itu, deviasi septum nasal yang berat dapat menyebabkan gangguan hidung kronis, seperti sinusitis.[6]

Anamnesis

Pada anamnesis, pasien dengan deviasi septum nasal umumnya mengeluhkan hidung tersumbat, bentuk hidung yang kurang estetik, atau mengorok.

Pasien sering kali mengeluhkan gejala obstruksi hidung unilateral atau bilateral yang tidak berkurang dengan dekongestan atau steroid topikal. Hal ini terjadi karena pada sisi hidung yang mengalami deviasi terdapat konka yang hipotrofi, sementara pada sisi kontralateral konka hipertrofi sebagai mekanisme kompensasi.

Pasien juga dapat mengalami gejala sinusitis, rhinitis alergi, dan obstructive sleep apnea. Keluhan lain yaitu rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Penciuman juga dapat terganggu apabila deviasi septum terjadi di bagian atas.[7,9]

Perlu pula ditanyakan mengenai riwayat operasi hidung atau trauma hidung. Riwayat operasi hidung dapat mengindikasikan terbentuknya jaringan parut mukoperikondrial dan kartilago septum yang direseksi. Selain itu, pastikan riwayat rhinitis alergi, penyalahgunaan kokain, dan rhinitis medikamentosa.[7]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik awal, deviasi dorsal eksternal mungkin dapat tervisualisasi jelas. Pada kolumela dan caudal septum juga dapat ditemukan deviasi.

Sebelum melakukan pemeriksaan hidung, ada baiknya pasien diberi dekongestan dengan semprot hidung yang mengandung vasokonstriktor dan anestesi lokal menggunakan lidocaine semprot, agar visualisasi dan pemeriksaan lebih mudah.[7]

Deviasi septum yang berat umumnya sudah dapat terlihat melalui inspeksi langsung pada batang hidung. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, dapat ditemukan adanya penonjolan septum ke arah deviasi. Namun, pada deviasi yang ringan, hasil pemeriksaan dapat normal.

Pemeriksaan terhadap dinding lateral hidung juga diperlukan untuk menentukan besarnya konka dan mengevaluasi struktur di sekitar septum.[8,9]

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis deviasi septum nasal jarang membutuhkan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk memastikan penyebab dan untuk evaluasi preoperatif.

CT Scan

CT scan dilakukan jika dicurigai adanya patologi lain yang terjadi bersamaan dengan deviasi septum; untuk menilai sinus paranasal; atau mengevaluasi trauma kepala atau wajah. Deviasi septum mudah terlihat pada CT scan, namun pemeriksaan ini tidak disarankan pada pasien yang tidak memiliki indikasi.[7]

Referensi

6. Prasad S, Varshney S, Bist SS, Mishra S, Kabdwal N. Correlation study between nasal septal deviation and rhinosinusitis. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2013;65(4):363-366. doi:10.1007/s12070-013-0665-3
7. Watson D. Septoplasty. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/877677-overview
8. Budiman BJ, Asyari A. Pengukuran Sumbatan Hidung Pada Deviasi Septum Nasi. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas : Padang. 28 Juli 2011 : hlm 1-7
9. Nizar NW, Mangunkusumo E. Kelainan Septum. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 126-127.

Epidemiologi Deviasi Septum Nasal
Penatalaksanaan Deviasi Septum N...
Diskusi Terkait
Anonymous
12 Desember 2022
Hipertrofi konka dengan septum deviasi -THT ask the expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter Rano, Sp. THT-KL, izin bertanya bagaimana tatalaksana hipertrofi konka pada deviasi septum nasi ya dok? Apakah ada medikamentosa atau harus...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.