Patofisiologi Deviasi Septum Nasal
Patofisiologi deviasi septum nasal sebagian besar berkaitan dengan trauma. Tulang rawan septum berperan sebagai penyangga struktural dorsum hidung serta mempertahankan tingkat elastisitasnya. Septum nasal dapat menerima gaya dalam jumlah besar tanpa deformitas permanen. Ketika jumlah gaya yang diberikan pada kartilago nasal melebihi titik stres biomekanisnya, maka kartilago nasal akan patah.
Pada kondisi yang tidak disebabkan oleh trauma, kartilago septum berstruktur lurus. Setiap sisi tulang rawan memiliki ketegangan internal yang seimbang. Trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan yang asimetris, yang mengakibatkan dominasi satu sisi. Seiring waktu, sisi dominan kartilago septum menunjukkan pertumbuhan berlebih yang relatif terhadap sisi kontralateral. Sisi cembung menunjukkan pola pertumbuhan yang dominan dan sering kali merupakan sisi ipsilateral yang mengalami cedera.
Besarnya cedera yang diperlukan untuk menghasilkan deviasi septum yang signifikan berbanding terbalik dengan usia pasien. Di masa kanak-kanak, terutama selama masa pertumbuhan remaja, trauma yang sangat minor pada hidung dapat menyebabkan mikrofraktur unilateral yang memiliki dampak berat pada pola pertumbuhan kartilago septum pasien.
Jika deviasi septum sangat berat dan tidak dikoreksi, pasien bisa mengalami masalah hidung kronik, misalnya sinusitis.[6,7]