Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Retardasi Mental general_alomedika 2023-07-17T11:12:09+07:00 2023-07-17T11:12:09+07:00
Retardasi Mental
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Retardasi Mental

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis retardasi mental atau intellectual disability ditegakkan berdasarkan skor intelligence quotient (IQ) dan keterampilan adaptif pasien. Penentuan derajat beratnya gangguan ditentukan berdasarkan kriteria dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) X atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) 5.[1,6,7]

Anamnesis

Pasien dengan retardasi mental sering kali dibawa oleh orang tuanya ke dokter dengan keluhan utama keterlambatan dalam perkembangan, ketidakmampuan mengikuti pelajaran, kesulitan dalam berkomunikasi, perilaku tantrum, dan kesulitan mengendalikan emosi.[1,3]

Sebelum melakukan pemeriksaan kepada pasien, klinisi perlu mengeksplorasi secara lengkap mengenai riwayat kehamilan, kondisi ibu pada waktu hamil, proses kelahiran dan kondisi bayi segera setelah kelahiran, serta riwayat retardasi mental dan gangguan herediter dalam keluarga.[1]

Ketika melakukan wawancara kepada pasien, klinisi perlu memperhatikan tingkat perkembangan kognitif dan emosional pasien, serta kemampuan komunikasinya. Untuk pasien yang mengalami retardasi mental berat yang mengganggu kemampuan komunikasinya, orang tua bisa menjadi penerjemah.[1]

Pemeriksaan IQ sebaiknya dilakukan oleh psikolog. Klinis perlu melakukan penilaian kemampuan adaptasi, misalnya kemampuan berbahasa, bekerja, sosialisasi, dan rawat diri. Anamnesis juga dilakukan untuk mengungkapkan riwayat perkembangan pasien dan bagaimana koping pasien dalam berbagai fase perkembangan, kemampuan dalam mentoleransi frustasi, mengendalikan impuls, agresivitas, dan perilaku seksual.[1]

Pasien dengan gangguan ringan umumnya mampu menyadari kekurangannya bila dibandingkan dengan anak lain, sehingga mungkin akan menunjukkan perilaku malu atau cemas selama wawancara. Pada usia prasekolah, guru atau orang tua sering melaporkan kesulitan dalam berbahasa atau belajar.[1,3]

Pemeriksaan Fisik

Beberapa sindrom dengan retardasi mental menunjukkan fisik yang khas. Karakteristik wajah yang perlu diperhatikan adalah hipertelorisme, batang hidung yang datar, penampakan alis yang menonjol, lipatan epicanthus, dan ukuran kepala.[1]

Karakteristik lainnya mencakup opasitas kornea, perubahan retina, bentuk telinga letak rendah, jarak antara kedua mata, dan lidah yang panjang.[1]

Temuan abnormal pada pemeriksaan fisik bayi seperti mikrosefali atau makrosefali, gambaran dismorfik, anomali kongenital multipel, atau kesulitan dalam pemberian makan harus menjadi perhatian karena sering berhubungan dengan retardasi mental di kemudian hari. Keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar juga sering ditemui.[3]

Gangguan sensorik juga sering ditemukan pada pasien dengan retardasi mental, seperti gangguan pendengaran dan penglihatan. Pada pasien dengan retardasi mental juga sering ditemukan gangguan motorik yang bermanifestasi sebagai tonus otot yang abnormal (spasitas atau hipotonia), gangguan refleks (hiperrefleksia), dan gerakan-gerakan involunter.[1]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan IQ dan umumnya dilakukan oleh psikolog. Pemeriksaan IQ yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan Stanford Binet, yang membandingkan antara usia kognitif dan usia kronologis pasien. Misalnya, hasil pemeriksaan menunjukkan usia kognitif pasien adalah 5 tahun, sedangkan usia pasien saat pemeriksaan adalah 10 tahun. Bila dihitung, maka IQ pasien adalah 5/10 x 100 = 50.

Pemeriksaan electroencephalography (EEG) diindikasikan apabila ada riwayat kejang. Pemeriksaan neuroimaging, misalnya MS-CT scan atau MRI otak bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan struktur otak pada pasien dengan retardasi mental.[1]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk retardasi mental adalah gangguan neurokognitif, misalnya dementia dengan onset awal. Diagnosis banding lainnya adalah gangguan komunikasi, gangguan belajar spesifik (disleksia, agrafia, acalculia, dan lain-lain), dan autism spectrum disorder.[4,6]

Kriteria Diagnostik Retardasi Mental Menurut ICD X dan PPDGJ III

Retardasi mental adalah kondisi di mana perkembangan pikiran terhenti atau tidak sempurna, yang biasanya ditandai dengan gangguan keterampilan yang bermanifestasi pada masa perkembangan. Gangguan ini berkontribusi pada tingkat intelegensi secara keseluruhan, seperti kemampuan kognitif, berbahasa, motorik, dan sosial.[7]

Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan adanya penurunan tingkat intelegensi yang menyebabkan kehilangan kemampuan untuk beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sehari-hari. Derajat beratnya retardasi mental ditentukan berdasarkan skor IQ, yaitu:

  • Retardasi mental ringan: skor IQ 50–69
  • Retardasi mental sedang: skor IQ 35–49
  • Retardasi mental berat: skor IQ 20–34
  • Retardasi mental sangat berat: skor IQ <20[7]

Kriteria Diagnostik Retardasi Mental Menurut DSM-5

Kriteria diagnosis untuk retardasi mental mengalami perubahan dibandingkan kriteria sebelumnya. Tingkat keparahan gangguan ditentukan berdasarkan fungsi adapatif dan bukan fungsi intelektual (skor IQ) semata.[1]

DSM-5 menggunakan istilah intellectual disability sebagai pengganti istilah retardasi mental. Intellectual disability adalah gangguan perkembangan intelektual dan adaptif dalam domain konseptual, sosial, dan praktis dengan onset pada periode perkembangan.[6]

Kriteria diagnosis retardasi mental adalah:

  1. Defisit dalam fungsi intelektual, termasuk reasoning, pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, pembelajaran akademik, dan kemampuan belajar dari pengalaman. Hal ini harus dikonfirmasi dengan penilaian klinis dan pemeriksaan intelegensia secara standar dan individual
  2. Defisit dalam fungsi adaptif yang menyebabkan kegagalan dalam memenuhi standar perkembangan dan sosiokultural untuk kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan yang terus menerus, defisit fungsi adaptif akan membatasi kemampuan dalam satu atau lebih aktivitas sehari-hari, seperti komunikasi, partisipasi sosial, dan hidup mandiri. Hal ini akan terjadi pada berbagai lingkungan, misalnya rumah, sekolah, lingkungan kerja, dan komunitas
  3. Onset defisit fungsi intelektual dan adaptif terjadi selama masa perkembangan[6]

Derajat keparahan retardasi mental dalam DSM-5 ditetapkan berdasarkan fungsi adaptif, dan bukan berdasarkan skor IQ. Hal ini dikarenakan fungsi adaptif menentukan tingkat kebutuhan akan dukungan dalam kehidupan sehari-hari bagi pasien. Terlebih lagi, pemeriksaan IQ kurang valid pada nilai ambang batas bawah.[6]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. Eleventh edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
3. Patel DR, Cabral MD, et al. A clinical primer on intellectual disability. Transl Pediatr 2020;9:S23–35. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7082244/
4. Siegel M, McGuire K, et al. Practice Parameter for the Assessment and Treatment of Psychiatric Disorders in Children and Adolescents With Intellectual Disability (Intellectual Developmental Disorder). Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry 2020;59:468–96. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0890856719322233
6. APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2013.
7. WHO. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Geneva: World Health Organization; 2007.

Epidemiologi Retardasi Mental
Penatalaksanaan Retardasi Mental

Artikel Terkait

  • Mengenali Keterlambatan Bicara pada Anak
    Mengenali Keterlambatan Bicara pada Anak
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Gatal kulit pada anak
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat siang dok, terdapat pasien usia 5 tahun keluhan gatal dan pada kulit sejak 2 minggu. Pasien sering makan sosis. Gatal bertambah saat berkeringat dan...
Anonymous
Dibalas 21 jam yang lalu
Tatalaksana yang tepat untuk kembung pada bayi usia 3 bulan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Obat kembung pasa bayi usia 3 bulan apa yg aman dok? apakah cukup dengan pijat ILU dan gerakan mengayuh sepeda saja?
dr. Pionia Fajarwati
Dibalas 11 jam yang lalu
Pengganti Steroid pada Penderita DM
Oleh: dr. Pionia Fajarwati
1 Balasan
Alo dokter.Izin bertanya pada pasien DM, saya pernah melihat DPJP mengganti steroid dengan antihistamin saat sedang sakit radang. Pada kasus alergi, biasanya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.