Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Gangguan Waham Menetap general_alomedika 2022-11-10T14:47:52+07:00 2022-11-10T14:47:52+07:00
Gangguan Waham Menetap
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Gangguan Waham Menetap

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Gangguan waham menetap atau persistent delusional disorder, merupakan gangguan mental yang jarang ditemukan, dengan waham sebagai satu-satunya gejala utama. Waham adalah gangguan isi pikir berupa keyakinan yang salah, tidak realistis, tidak bisa dikoreksi/digoyahkan, sangat diyakini pasien, dan tidak sesuai dengan budaya. Umumnya, waham yang muncul disertai dengan afek yang kuat terhadap wahamnya dan kewaspadaan yang berlebihan.[1]

Diagnosis gangguan waham ditegakkan pada pasien yang mengalami waham non-bizarre, selama setidaknya satu bulan. Waham tersebut dipastikan tidak berhubungan dengan gangguan psikiatrik lainnya. Waham yang muncul pada gangguan waham menetap biasanya hanya satu, dan bukan waham bizarre yang khas untuk schizophrenia.[1,2]

Gangguan Waham Menetap-min

Pasien dengan gangguan waham menetap umumnya masih bisa bersosialisasi dan berfungsi dengan baik, kecuali pada hal-hal yang berhubungan dengan wahamnya. Pasien juga umumnya tidak menunjukkan perilaku aneh. Hal ini merupakan salah satu ciri yang membedakannya dengan gangguan psikotik lain. Walau demikian, pasien yang mengalami preokupasi terhadap wahamnya juga bisa mengalami gangguan dalam kesehariannya.[3,4]

Penatalaksanaan gangguan waham menetap meliputi psikoterapi, seperti cognitive behaviour therapy (CBT), yang dikombinasikan dengan farmakoterapi. Pilihan farmakoterapi dapat menggunakan antipsikotik tipikal, misalnya haloperidol, atau antipsikotik atipikal, seperti risperidone dan olanzapine.[3,4]

Prognosis gangguan waham menetap cukup baik, dengan perkiraan separuh pasien dapat mengalami kesembuhan. Komplikasi yang cukup sering terjadi akibat gangguan waham adalah gangguan mood dan depresi. Terjadinya depresi pada pasien dapat meningkatkan risiko munculnya ide-ide bunuh diri, sehingga perlu diwaspadai oleh dokter.[3]

Edukasi bagi pasien dan keluarganya bertujuan untuk menjaga kepatuhan pasien selama masa pengobatan. Hingga saat ini, belum didapatkan metode pencegahan untuk gangguan waham menetap. Namun, untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa, sejak usia sekolah anak-anak dapat dilibatkan dengan aktivitas psikososial. Selain itu, menurunkan faktor risiko gangguan jiwa dapat dilakukan dengan promosi kesehatan untuk menghindari substance abuse dan meningkatkan aktivitas fisik.[5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Ibanez-Casas I, Cervilla JA. Neuropsychological Research in Delusional Disorder: A Comprehensive Review. Psychopathology 2012;45:78–95. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22269940
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. Eleventh edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
3. Joseph SM, Siddiqui W. Delusional Disorder. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539855/
4. Bourgeois JA. Delusional Disorder. Medscape. 2022 https://emedicine.medscape.com/article/292991-overview#a5
5. Youth.gov. Mental Health Promotion and Prevention. 2022 https://youth.gov/youth-topics/youth-mental-health/mental-health-promotion-prevention

Patofisiologi Gangguan Waham Men...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 11:11
Vitamin A
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok untuk pemberian vitamin A yg rutin di bulan Febuari dan Agustus itu rutin diberikan sampai anak umur berapa? apa cukup di 1 tahun perrama saja atau harus...
Anonymous
Hari ini, 09:42
Induksi persalinan.
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok.Izin bertanya, kapan kita bisa memutuskan induksi persalinan dg oxytocin jika setting nya di puskesmas ?Dan bagaimana prosedurnya yang tepat dlm...
Anonymous
Hari ini, 08:51
Pengunaan obat topikal antijamur kombinasi steroid
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter, izin berdiskusi mengenai pemberian salep pada kasus jamur atau tinea. Kapan diperlukan pemberian salep yang mengadung kombinasi antijamur dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.