Diagnosis Gangguan Waham Menetap
Diagnosis gangguan waham menetap dipersulit oleh tilikan pasien yang buruk dan tidak terlihatnya perubahan perilaku yang nyata. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan wawancara klinis serta observasi perilaku pasien menggunakan kriteria Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa 3 (PPDGJ-III) atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM-5).
Anamnesis
Pasien biasanya mempunyai penampilan yang baik dan tidak menunjukkan adanya gangguan fungsi atau aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Pasien sering kali banyak menuntut pengakuan dan menunjukkannya pada dokter. Hasil wawancara psikiatri pada pasien dengan gangguan waham biasanya wajar dan normal, kecuali yang terkait dengan sistem waham yang dimilikinya [2,8].
Tipe Waham
Waham yang dialami pasien dengan gangguan waham umumnya sangat spesifik dan sistematik. Tema-tema waham yang sering ditemukan adalah waham curiga, waham cemburu, erotomania (meyakini ada seseorang / beberapa orang yang mencintainya secara diam-diam), waham kebesaran, waham somatik, atau campuran [2]. Di Indonesia, salah satu jenis waham yang banyak ditemukan adalah waham magis-mistik dan waham keagamaan.
Jenis-jenis waham yang banyak ditemukan:
-
Waham erotomania: pasien percaya bahwa ada seseorang yang mencintainya. Sering kali obyek cintanya adalah orang yang penting atau terkenal. Waham ini bisa menimbulkan perilaku stalking
- Waham kebesaran: pasien percaya bahwa dirinya mempunyai nilai, kekuatan, kekuasaan, kemampuan, atau identitas yang tinggi. Bisa juga pasien merasa mempunyai bakat hebat atau telah membuat penemuan hebat
- Waham cemburu: pasien percaya bahwa pasangannya tidak setia
- Waham kejar/curiga: pasien percaya bahwa dirinya atau seseorang yang dekat dengan dirinya disakiti atau ada orang yang memata-matai mereka, atau ada orang yang berencana menyakiti mereka. Sering kali waham ini berakibat laporan berulang ke polisi
- Waham somatik: pasien percaya bahwa dia mempunyai cacat fisik atau penyakit medis
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan waham menetap berupa penyakit yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis, termasuk penyakit Huntington's, infark serebral hemisfer kanan, dan ensefalopati diabetik. Diagnosis banding lainnya berupa gangguan psikiatri seperti gangguan skizoafektif, delirium, substance use disorder, dementia, malingering, dan gangguan factitious.
Gangguan Mental Organik
Diagnosis banding yang pertama kali disingkirkan adalah kemungkinan adanya gangguan medis yang mendasari yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis, di antaranya:
- Penyakit Huntington
- Infark serebral hemisfer kanan
- Epilepsi
- Lesi sistem saraf pusat
- Defisiensi vitamin B12
- Ensefalopati
- Hipotiroidisme [2]
Penyakit Psikiatri Lainnya
Diagnosis banding lainnya adalah gangguan jiwa dengan komponen schizophrenia (misalnya gangguan skizoafektif), gangguan kepribadian (misalnya gangguan kepribadian paranoid, skizoid), gangguan afektif dengan gejala psikotik, gangguan dengan gambaran obsesif kompulsif (misalnya gangguan obsesif kompulsif, anoreksia nervosa, gangguan body dysmorphic), fobia sosial, somatisasi, dan gangguan disosiatif [7].
Delirium dan Substance Use Disorder
Gangguan waham juga perlu dibedakan dari delirium dan gangguan terkait penyalahgunaan zat. Perbedaan yang jelas adalah pada tingkat kesadarannya. Gangguan waham menetap tidak mengalami penurunan kesadaran berbeda dengan delirium dan gangguan terkait penyalahgunaan zat.
Dementia
Pasien dengan dementia juga bisa mengalami waham semu yang umumnya disebabkan defisit kognitif (misalnya meyakini ada yang terus menerus memindahkan barang-barangnya karena lupa tempat meletakkannya).
Malingering dan Gangguan Factitious
Diagnosis banding lainnya adalah malingering dan gangguan factitious [2].
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang disarankan untuk dilakukan hanya bila ada kecurigaan penyebab organo-biologik. Kecurigaan penyebab organo-biologik apabila didapatkan onset yang relatif cepat, riwayat kejang, demam tinggi, trauma, atau perburukan penyakit fisik sebelum onset gangguan. Pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kecurigaan penyakit penyebabnya.
Kriteria Diagnostik PPDGJ-III
Kriteria gangguan waham menetap berdasarkan PPDGJ-III adalah
- Waham merupakan satu satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai satu sistem waham) harus ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat
- Kriteria umum gejala schizophrenia tidak terpenuhi
-
Gejala-gejala depresif atau bahkan episode depresif yang lengkap/ “full brown” mungkin terjadi secara intermiten dengan syarat, bahwa waham tersebut tetap ada pada saat gangguan afektif mereda
- Tidak ada bukti tentang adanya penyakit otak
-
Tidak ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat sementara. Namun bukan halusinasi orang ketiga yang membicarakan atau mengomentari[9]
Kriteria Diagnostik DSM-5
Kriteria diagnostik untuk gangguan waham berdasarkan DSM-5 adalah
- Adanya satu (atau lebih) waham selama lebih dari 1 bulan
-
Kriteria A untuk schizophrenia tidak terpenuhi. Bila terdapat halusinasi, maka halusinasi tidak boleh menonjol dan harus berhubungan dengan wahamnya
- Selain waham atau ramifikasinya, tidak ada gangguan fungsi lainnya dan tidak ada perilaku yang aneh atau tidak wajar
- Bila terdapat episode manik atau depresi, maka durasinya lebih pendek bila dibandingkan dengan durasi periode waham
Gangguan yang timbul bukan akibat penggunaan zat atau kondisi medis, dan tidak bisa dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan body dismorfik atau gangguan obsesif kompulsif[10]