Penatalaksanaan Gangguan Psikotik Akut
Penatalaksanaan gangguan psikotik akut bertujuan untuk mengembalikan fungsi premorbid, meredakan dan mengontrol gejala. Penatalaksanaan dimulai dengan identifikasi dan penanganan kondisi kegawatdaruratan, Apabila gangguan psikotik akut disertai kondisi kegawatdaruratan psikiatri, maka pasien perlu dilakukan rawat inap.[5]
Penanganan Awal
Kondisi kegawatdaruratan psikiatri yang menyertai gangguan psikotik akut di antaranya adalah gaduh gelisah, perilaku menyakiti diri sendiri dan/atau lingkungan, serta percobaan bunuh diri. Dokter harus mengidentifikasi kondisi kegawatdaruratan ini dan memberikan penanganan yang sesuai, misalnya deeskalasi verbal atau pemberian terapi farmakologis untuk pasien agitasi dengan obat oral sebagai pilihan lini pertama diikuti dengan terapi parenteral jika pasien tidak mau mengonsumsi obat oral. Terapi farmakologis yang umum digunakan untuk penanganan awal adalah antipsikotik atau benzodiazepine. Selain itu, ketamin juga dapat diberikan, khususnya pada pasien yang membutuhkan sedasi secara cepat.[5,20]
Tabel 1. Panduan Injeksi pada Fase Akut sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Ilmu Kedokteran Jiwa
Nama Obat | Dosis | Rute Pemberian |
Olanzapine | 10 mg/injeksi | Intramuskular Dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimal 30 mg/hari. |
Aripriprazole | 9.75 mg/injeksi | Intramuskular Dosis maksimal 29,25 mg/ hari |
Haloperidol | 5 mg/injeksi | Intramuskular Dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimal 20 mg/hari |
Diazepam | 10 mg/injeksi | Intramuskular Dosis maksimal 30 mg/hari |
Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015.[20]
Pemberian Antipsikotik
Apabila kondisi kegawatdaruratan psikiatri teratasi, terapi dilanjutkan dengan pemberian obat oral antipsikotik yang kemudian dilakukan evaluasi dalam 1-3 minggu pertama sampai dosis optimal. Pemberian antipsikotik pada gangguan psikotik akut serupa dengan pemberian untuk schizophrenia (Tabel 2).
Antipsikotik atipikal (generasi kedua) bekerja lebih selektif dan berpengaruh pada reseptor serotonin sehingga memperbaiki fungsi suasana perasaan. Golongan obat ini juga memiliki risiko efek samping yang lebih rendah dibandingkan antipsikotik tipikal sehingga menjadi pilihan terapi untuk gangguan psikotik akut.[5]
Tabel 2. Daftar Obat Antipsikotik, Dosis dan Sediaan sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Ilmu Kedokteran Jiwa
Obat Antipsikotik | Rentang dosis anjuran | Sediaan |
Antipsikotik Generasi I | ||
Chlorpromazine | 300-1000 mg/hari | Tablet (25 mg; 100 mg) |
Perfenazin | 16-64 mg/hari | Tablet (4 mg) |
Trifluoperazin | 15-50 mg/hari | Tablet (1 mg; 5 mg) |
Haloperidol | 5-20 mg/hari | Tablet (0.5 mg; 1 mg; 1.5 mg; 2 mg; 5 g), injeksi short acting (5 mg/ml), tetes (2 mg/5 ml), injeksi long acting (50 mg/ml) |
Antipsikotik Generasi II | ||
Aripiprazole | 10-30 mg/hari | Tablet (5 mg; 10 mg; 15 mg), tetes (1 mg/ml), discmelt (10 mg; 15 mg), injeksi (9.75 mg/ml) |
Clozapine | 150-600 mg/hari | Tablet (25 mg; 100 mg) |
Olanzapine | 10-30 mg/hari | Tablet (5 mg; 10 mg), injeksi (10 mg/ml) |
Quetiapine | 300-800 mg/hari | Tablet immediate release (IR) (25 mg; 100 mg; 200 mg; 300 mg), tablet extended release (XR) (50 mg; 300 mg; 400 mg) |
Risperidone | 2-8 mg/hari | Tablet (1 mg; 2 mg; 3 mg), tetes (1 mg/ml), injeksi long acting (25 mg; 37.5 mg; 50 mg) |
Paliperidone | 3-9 mg/hari | Tablet (3 mg; 6 mg; 9 mg) |
Zotepin | 75-150 mg/hari | Tablet (25 mg; 50 mg) |
Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015.[20]
Psikoterapi
Psikoterapi individual dan kelompok dapat dilaksanakan sebagai sarana mendiskusikan pendapat pasien gangguan psikotik akut mengenai stresor yang dihadapi. Apabila gangguan psikotik akut muncul tanpa adanya suatu stresor yang jelas, maka perlu digali faktor risiko lain, karena didapatkan kemungkinan kondisi psikotik akut berulang selama masa kehidupan dan kecenderungan kebutuhan klinis yang tidak terpenuhi. [21]
Psikoedukasi merupakan intervensi yang ditujukan untuk mengurangi stimulus berlebih, stresor lingkungan dan peristiwa kehidupan. Psikoterapi umumnya dilakukan saat kontrol setelah gejala awal tertangani. [20]