Etiologi Gangguan Psikotik Akut
Etiologi spesifik gangguan psikotik akut tidak diketahui, tetapi terdapat faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya penyakit ini. Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik, biologi, kepribadian, dan respons terhadap stres.[13]
Faktor Genetik
Sebuah studi kohort yang dilakukan oleh Castagnini, et al. (2013) mengemukakan bahwa seseorang memiliki peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat ketika memiliki faktor risiko genetik (terutama pada first-degree relative, seperti hubungan langsung antara ayah atau ibu dan anak) dibandingkan tanpa riwayat genetik. Risiko ini semakin besar apabila dalam garis keluarga memiliki riwayat schizophrenia dan/atau gangguan bipolar. [14]
Faktor Biologi
Faktor biologi dikaitkan dengan komponen biokimia, fisiologi dan aktivitas otak. Komponen biokimia dan fisiologi didasarkan pada hipotesis dopamin di dalam otak yang mengalami peningkatan terutama pada area mesolimbik sehingga memunculkan gejala seperti delusi, halusinasi, perilaku bizarre dan pembicaraan yang kacau. [1]
Hasil studi mengemukakan adanya pasien gangguan psikotik akut yang memiliki kelainan berupa mikrodelesi kromosom 2q37 yang menyebabkan pasien memiliki gejala agitasi, pembicaraan berulang, waham nihilistik hingga gangguan tidur. Studi yang berbeda menunjukkan adanya perubahan terhadap komponen aktivitas otak pada orang yang terpapar stres tinggi dan berulang seperti halnya pasien gangguan psikotik akut. [15]
Paparan kronis stres psikis yang berasal dari masalah kehidupan sehari-hari dan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses dan konektivitas regio kortikostriatal yang mengarah pada gangguan psikotik. Hasil resting state MRI pada orang yang sering terpapar stress psikososial menunjukkan peningkatan konektivitas antara ventral striatum inferior, girus supramarginal kanan, operculum insular dan girus temporal tengah. [16]
Faktor Ciri Kepribadian
Kepribadian schizoid sering menjadi kepribadian dasar seseorang yang mengalami gangguan psikotik akut, namun ciri kepribadian lain juga memiliki risiko mengalami gangguan serupa, di antaranya ciri kepribadian cemas, dependen, histrionik, narsisistik, paranoid dan anankastik. [17]
Seseorang dengan kerentanan terhadap masalah, pendiam, tertutup, selalu memilih aktivitas sendiri, kurang bisa menunjukkan kehangatan dalam sosial dan aspek hidup, kurang bisa menerima kritik memiliki kerentanan mengalami gangguan psikotik akut. Kondisi ini akan membawa seseorang masuk dan lebih nyaman dengan fantasi yang dimiliki dan mengalami alienasi dari lingkungan sekitar hingga akhirnya muncul manifestasi gejala psikotik.[12]