Epidemiologi Gangguan Mood
Epidemiologi gangguan mood bervariasi menurut diagnosisnya. Prevalensi gangguan mood juga dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin pasien.
Global
Menurut laporan WHO tahun 2015, diperkirakan gangguan depresi terjadi pada 4,4% penduduk, dengan prevalensi lebih besar pada perempuan (5,1%) dibanding pria (3,6%). Penderita gangguan depresi banyak ditemukan pada Asia Timur-Selatan dan Pasifik. Depresi dapat dialami oleh anak dan remaja di bawah 15 tahun, namun lebih banyak ditemukan pada usia tua. [16]
Sedangkan sebuah meta-analisis menemukan prevalensi penderita bipolar tipe I dan II, masing-masing 1,06% dan 1,57%. Sebagian besar studi dilakukan di Amerika Utara, Amerika Selatan, Inggris, Jerman, dan Italia. [17]
Indonesia
Dari studi yang dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ditemukan bahwa 1,4 juta orang, atau 6% dari penduduk Indonesia, mengalami gangguan mood dan emosi tahun 2013. [18]
Mortalitas
Mortalitas gangguan mood sangat dipengaruhi oleh risiko bunuh diri, dimana sekitar 25% bunuh diri yang terjadi secara umum dilakukan oleh pasien bipolar. Sebaliknya, pasien dengan bipolar diperkirakan memiliki risiko percobaan bunuh diri 15 kali lebih besar dibanding populasi umum. Upaya bunuh diri meningkat pada pasien dengan riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya dan lamanya fase depresi. [3,19]
Pasien dengan gangguan bipolar II menunjukkan upaya bunuh diri yang lebih letal, dibanding gangguan bipolar I. Sekitar 1/3 pasien dengan bipolar II pernah melakukan upaya percobaan bunuh diri. Hal ini diperkirakan berhubungan dengan genetik, yaitu pasien bipolar II dengan riwayat keluarga lini pertama gangguan bipolar II, memiliki risiko 6,5 kali lebih besar untuk melakukan bunuh diri dibanding penderita gangguan bipolar I. [3,19]
Risiko bunuh diri juga sering ditemukan pada pasien dengan gangguan depresi mayor. Pada pasien dengan depresi mayor dokter harus menggali keinginan bunuh diri yang dialami pasien, bagaimana dia merencanakan bunuh diri dan riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya, tetapi kebanyakan upaya bunuh diri yang berhasil biasanya tidak didahului percobaan bunuh diri sebelumnya. Beberapa faktor risiko peningkatan upaya bunuh diri pada pasien depresi mayor adalah laki-laki, tidak menikah, tinggal sendiri dan perasaan tidak berharga dan tidak punya harapan yang terus menerus serta gangguan kepribadian borderline. [3,19]