Penatalaksanaan Cannabis Use Disorder
Penatalaksanaan cannabis use disorder (penyalahgunaan ganja) dilakukan sesuai dengan manifestasi klinis, usia pasien, dan ada tidaknya substance use disorder lainnya. Pemberian medikamentosa bersifat suportif, terutama diberikan pada fase akut. Selanjutnya, tata laksana psikiatri diperlukan untuk membantu pasien berhenti menggunakan ganja.
Tata Laksana Akut
Pada tata laksana akut, pasien yang datang dilakukan pemeriksaan menyeluruh secara cepat. Prinsip penanganan kegawatdaruratan harus dilakukan pada pasien. Lakukan penilaian jalan napas, pernapasan, dan pencegahan terjadinya aspirasi pada pasien. Jika pasien mengalami penurunan kesadaran, singkirkan penyebab penurunan kesadaran lainnya, misalnya cedera otak traumatik atau gangguan elektrolit. Identifikasi kegawatdaruratan yang terjadi dan lakukan penatalaksanaan yang sesuai, misalnya resusitasi jantung paru untuk pasien dengan henti jantung.
Pasien yang gaduh gelisah, baik dengan atau tanpa gejala psikosis, dapat diberikan benzodiazepine, misalnya diazepam 5 mg sehari.[1,16]
Medikamentosa
Sampai saat ini belum ada terapi farmakologis yang menunjukkan hasil yang efektif untuk cannabis use disorder. Studi yang dilakukan oleh Levin et al, menggunakan dronabinol sebagai terapi untuk penyalahgunaan ganja. Dronabinol 20 mg 2 kali sehari, diberikan kepada 156 orang dengan penyalahgunaan ganja secara double-blind, placebo controlled selama 12 minggu. Walau demikian, studi ini menunjukkan hasil yang kurang signifikan.[17]
Medikamentosa dapat dipertimbangkan sebagai terapi simtomatik untuk mengatasi gejala withdrawal pasien. Obat yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
- Gangguan tidur, gelisah, iritabilitas: benzodiazepine
- Nyeri perut: hiosin
- Nyeri kepala atau nyeri lainnya: paracetamol, obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS
- Mual: promethazine, metoclopramide
Dokter harus berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya benzodiazepine use disorder pada pasien yang mendapat benzodiazepine dan melakukan tindakan pencegahan, yaitu dengan memberikan edukasi mengenai penggunaan yang aman serta membatasi peresepan hanya untuk jangka pendek (2-4 minggu).
Terapi Suportif
Terapi suportif pada penyalahgunaan ganja adalah terapi perilaku. Terapi perilaku yang disarankan adalah cognitive behavioural therapy (CBT).
Cognitive Behavioural Therapy
Cognitive behavioural therapy (CBT) berfokus dengan mengajarkan orang yang ketergantungan keahlian yang relevan untuk dapat membuatnya berhenti dan mencegah kekambuhan. Pasien diajarkan untuk dapat menganalisis penggunaan ganja dan cara untuk dapat menghindari keinginan untuk menggunakan ganja. CBT biasa dilakukan selama 45-60 menit per minggu dalam bentuk individu atau berkelompok.
Motivational Enhancement Therapy
Motivational Enhancement Therapy (MET) adalah pendekatan konseling yang membantu individu untuk mengatasi masalah yang terlibat dalam perawatan dan menghentikan penggunaan obat. Pendekatan ini bertujuan untuk membangkitkan dengan cepat perubahan motivasional dalam diri. MET dilaporkan sukses untuk membantu orang dengan penyalahgunaan ganja ketika dikombinasikan dengan CBT.
Contingency Management
Contingency management (CM) adalah sebuah terapi perilaku di mana sebuah perilaku diubah dengan menerapkan “reward” untuk setiap perubahan perilaku yang dilakukannya (reward and reinforced). Dengan terapi ini diharapkan terjadi perubahan perilaku yang bersifat sukarela. CM umumnya digunakan sebagai terapi perilaku ajuvan. Walau demikian, studi menemukan bahwa penggunaan metode ini tidak menunjukkan hasil perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan CBT saja.[18-20]
Rawat Inap untuk Cannabis Withdrawal
Pasien dengan cannabis withdrawal yang gagal terapi rawat jalan, rawat inap selama 1-2 minggu dapat dipertimbangkan selain untuk memonitor dan mengatasi gejala withdrawal pada pasien, tetapi terutama untuk menjauhkan pasien dari sumber ganja dan memberikan dukungan psikososial pada pasien. Rawat inap juga dapat dipertimbangkan pada kondisi berikut ini:
- Pasien memiliki gangguan psikiatri lainnya seperti schizophrenia atau gangguan bipolar
- Riwayat kekerasan atau agresi berat
- Memiliki ketergantungan beberapa obat sekaligus[16]