Patofisiologi HIV
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi yang tinggi.
Fase Infeksi HIV
Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.
Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian, keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi oportunistik berupa:
- Demam > 2 minggu
- Tuberkulosis paru
- Tuberkulosis ekstra paru
- Sarkoma kaposi
- Herpes rekuren
- Limfadenopati
- Candidiasis orofaring
- Wasting syndrome
Stadium Infeksi HIV
Stadium infeksi HIV menurut WHO dibagi ke dalam 4 stadium.
Stadium 1
Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai dengan limfadenopati persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit pada 2 atau lebih lokasi yang tidak berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan waktu lebih dari 3 bulan).
Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun tergantung pada pengobatan. Status performa 1: aktif penuh dan asimtomatik.
Stadium 2
Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa tubuh. Risiko penyakit infeksi antara lain:
- Herpes zoster
- Manifestasi minor mukokutan
- Infeksi saluran pernafasan atas rekuren
Status performa 2: simtomatik namun hampir aktif penuh.
Stadium 3
Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10% massa tubuh. Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:
- Diare kronik lebih dari 1 bulan
- Demam prolong lebih dari 1 bulan
- Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik
- Oral hairy leukoplakia
- Infeksi bakteri parah
- Tuberkulosis paru
Status performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan terakhir.
Stadium 4
Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal sebagai AIDS defining infections, antara lain:
- Tuberkulosis ekstrapulmoner
-
Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
- Meningitis kriptokokal
- Infeksi HSV lebih dari 1 bulan
- Kandidiasis pulmoner dan esofageal
- Toksoplasmosis
- Kriptosporidiosis
- CMV
- HIV wasting syndrome
- Ensefalopati HIV
- Sarkoma Kaposi
- Limfoma
- Pneumonia rekuren
Status performa 4: hanya dapat beraktivitas diatas tempat tidur lebih dari 50% waktu keseharian.[2-4]