Prognosis HIV
Prognosis infeksi HIV (human immunodeficiency virus) ditentukan oleh diagnosis dini dan pengobatan pemeliharaan dengan terapi antiretroviral (ARV). Hingga kini belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV.
Komplikasi
Komplikasi HIV berupa risiko infeksi oportunistik dan keganasan yang diakibatkan oleh penurunan CD4. Infeksi oportunistik yang dapat terjadi di antaranya adalah:
- Tuberkulosis paru
- Tuberkulosis ekstra paru
- Sarkoma kaposi
- Herpes rekuren
- Limfadenopati
- Candidiasis orofaring
- Wasting-syndrome
Prognosis
Penderita HIV yang tidak mendapatkan penanganan, memiliki prognosis yang buruk, dengan tingkat mortalitas > 90%. Rata-rata jangka waktu sejak infeksi hingga kematian adalah 8-10 tahun (tanpa intervensi ARV).
Terapi ARV membantu mengontrol dan mengurangi replikasi HIV hingga aktivitas virus (viral load) tidak terdeteksi dalam darah melalui pemeriksaan laboratorium, sehingga memberi kesempatan untuk tubuh melakukan restorasi dari sistem imun hingga mencapai tingkat aman dan menghindari progresifitas HIV. Terapi ARV juga mengurangi tingkat transmisi dan penularan dari HIV, terutama melalui paparan darah maupun hubungan seksual.
Tanpa pemberian terapi ARV, penderita infeksi HIV akan dapat mengalami penurunan sistem imun secara konstan sehingga dapat mencapai kondisi yang dikenal sebagai AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang umumnya ditandai dengan timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan dengan kadar sel CD4 <200/µl.[4,6]