Patofisiologi Gonorrhea
Patofisiologi gonorrhea, dikenal juga sebagai gonore atau gonorea, terjadi melalui penyebaran bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui penularan secara kontak seksual atau melalui jalan lahir. Bakteri tersebut akan menyebabkan infeksi purulen pada membran mukosa.
Kuman penyebab gonorrhea masuk ke dalam tubuh dengan karakteristik yang berbeda-beda pada protein yang terdapat di permukaan masing-masing kuman, subtipe tertentu dapat menghindari respon imun dan bahkan cenderung menyebabkan infeksi yang meluas (sistemik). Neisseria gonorrhoeae bersifat patogen, dipengaruhi oleh keberadaan fili pada permukaannya, yakni berupa rambut halus di permukaan membran. Fili tersebut mencegah fagositosis oleh neutrofil, dan juga mengandung IgA protease yang mencerna IgA pada permukaan mukosa, baik pada uretra, tuba falopi serta endoserviks, sehingga dapat menempel dan menyebabkan reaksi inflamasi yang mencetuskan timbulnya eksudat purulen.
Pada kehamilan, bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat ditransmisikan kepada bayi pada saat persalinan, yang umumnya menyebabkan inflamasi supuratif pada konjungtiva mata.[1,4,5]