Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Gigitan Hewan general_alomedika 2024-01-23T11:35:36+07:00 2024-01-23T11:35:36+07:00
Gigitan Hewan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Prognosis Gigitan Hewan

Oleh :
dr. Luthfi Saiful Arif
Share To Social Media:

Prognosis untuk gigitan hewan biasanya baik. Prognosis dapat memburuk pada kasus lansia dan anak anak. Pada negara dengan tingkat vaksinasi yang baik, risiko komplikasi tetanus dan rabies dapat diminimalisir.

Komplikasi

Komplikasi akibat gigitan hewan dapat berupa kejadian infeksi pada 10-20% kasus. Infeksi seringkali disebabkan oleh gigitan kucing sebesar 30-50% dan gigitan anjing sebesar 5-25%. Risiko infeksi tergantung pada lokasi gigitan dan spesies hewan yang menjadi penyebab. Angka infeksi yang tinggi ditemukan pada luka yang dalam (terutama luka gigitan kucing), luka dengan kontaminasi, luka dengan kerusakan jaringan edema dan perfusi yang buruk, serta luka yang melibatkan kerusakan tulang, sendi dan tendon.[4,18,46]

Angka infeksi akibat gigitan hewan juga lebih sering ditemui pada neonatus dan balita. Pasien dengan gangguan sistem imun akibat HIV/AIDS, kanker, diabetes, penggunaan obat imunosupresan, memiliki risiko infeksi tertinggi. Komplikasi infeksi yang dapat terjadi akibat gigitan hewan yaitu selulitis, rabies dan tetanus.[12,47]

Selulitis

Selulitis merupakan infeksi bakteri kuman pada kulit. Umumnya selulitis disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus. Namun pada kasus gigitan hewan, selulitis dapat disebabkan oleh P. multocida. Pasien akan mengeluhkan nyeri hebat, edema dan eritema pada lokasi gigitan dalam 12-17 jam setelah onset. Pasien imunokompromais dapat selulitis dapat disertai dengan infeksi pada sistem respirasi dan infeksi organ lain (endokarditis, meningitis).[48-50]

Rabies

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan family Rhabdoviridae. Rabies umumnya ditularkan melalui gigitan hewan, namun juga dapat menyebar melalui inhalasi, ingesti, transplasenta dan transplantasi organ. Rabies memiliki 5 fase yaitu inkubasi, prodromal, gangguan neurologis akut, koma dan kematian. Inkubasi dapat berlangsung dalam beberapa hari hingga tahun.[51,52]

Pada fase prodromal, gejala dapat menyerupai flu disertai dengan demam, gangguan pencernaan dan nyeri otot. Gejala neurologis muncul berupa bentuk ensefalitis maupun paralitik. Gejala kejang dapat terjadi namun tidak umum ditemukan. Koma terjadi 10 hari pasca fase ketiga, dan tanpa tatalaksana pasien dapat mengalami fase kelima dalam 2 hingga 3 hari.[53]

Tetanus

Infeksi tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang umum ditemukan di tanah dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Pada saat terjadi gigitan oleh hewan, mikroorganisme pada luka bekas gigitan bereplikasi dan memproduksi toksin yang menyebabkan gejala tetanus. Angka kejadian tetanus bergantung pada keberhasilan suatu negara untuk melaksanakan pemberian vaksin pada masa anak anak ibu hamil.[54,55]

Infeksi lainnya

Pada pasien dengan riwayat gigitan hewan infeksi lain dapat berupa osteomyelitis, tenosinovitis, tendinitis, selulitis orbital ataupun abses otak. Pada kasus dengan pasien anak, abses otak dan meningitis perlu dipertimbangkan jika terdapat luka gigitan pada regio kepala karena dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.[2]

Prognosis

Prognosis gigitan hewan umumnya baik jika tatalaksana dapat segera dilakukan. Kejadian fatal dapat dipengaruhi oleh usia dan kelalaian dalam penanganan. Tatalaksana segera disertai edukasi penanganan dan evaluasi kasus pada orang tua pasien dapat meningkatkan prognosis.[3,9]

Pada pasien anak dan lansia ataupun pada pasien dengan keterbatasan fisik, gigitan hewan dapat berakibat fatal karena keterbatasan upaya untuk mempertahankan diri ataupun mencari pertolongan. Kegagalan untuk mengenali hewan penyebab juga dapat meningkatkan risiko terjadinya perburukan kasus, terutama pada jika banyak hewan dibiarkan bebas berkeliaran di daerah tersebut.[12]

Referensi

2. Maniscalco K, Edens MA. Animal bites. StatPearlsTreasure Island. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430852/
3. Khazaei S, Karami M, et al Epidemiology of Animal Bites and Associated Factors with Delay in Post-Exposure Prophylaxis; A Cross-Sectional Study. Bull Emerg Trauma. 2018 Jul; 6(3): 239–244.
9. Sikka N, Jayam C, et al. Animal bite in a 6-month-old child and facial injury with associated unusual nasal injury: management of injuries along with 1-year follow-up. International journal of clinical pediatric dentistry. 2019 Nov;12(6):560.
18. Park JW, Kim DK, et al. Dog-bite injuries in Korea and risk factors for significant dog-bite injuries: A 6-year cross-sectional study. PloS one. 2019 Feb 21;14(2):e0210541
46. Bregman B, Slavinski S.Using emergency department data to conduct dog and animal bite surveillance in New York City, 2003-2006.Public Health Rep. 2012; 127(2):195-201.
47. Esposito S, Piccioli I, et al. Dog and cat bite-associated infections in children. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2013;32:971–976.
48. Brown BD, Watson KLH. Celulitis. StatPearlsTreasure Island. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549770/
49. Harper MB. Infection following bites. In: Long SS, Pickering LK, Prober CG, eds. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases. 4th ed. Philadelphia, PA: WB Saunders; 2012:521
50. Pak S, Valencia D, et al. Pasteurella multocida pneumonia in an immunocompetent patient: Case report and systematic review of literature. Lung India. 2018 May-Jun;35(3):237-240.
51. Yang DK, Kim HH, Cho IS. Strategies to maintain Korea's animal rabies non-occurrence status. Clin Exp Vaccine Res. 2018 Jul;7(2):87-92
52. Lu XX, Zhu WY, Wu GZ. Rabies virus transmission via solid organs or tissue allotransplantation. Infect Dis Poverty. 2018 Aug 15;7(1):8
53. Koury R, Warrington SJ. Rabies. StatPearlsTreasure Island. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448076/
54. Bae C, Bourget D. Tetanus. StatPearlsTreasure Island. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217/
55. American Academy of Pediatrics. Tetanus. In: Kimberlin DW, Brady MT, Jackson MA, Long SS, eds. Red Book: 2015 Report of the Committee on Infectious Diseases. 30th ed. Elk Grove Village, IL: American Academy of Pediatrics; 2015:773–778

Penatalaksanaan Gigitan Hewan
Edukasi dan Promosi Kesehatan Gi...

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
  • Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
    Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 02 Juni 2025, 11:51
Apakah perlu diberikan vaksin rabies pasca pajanan pada pasien dengan riwayat vaksin 9 bulan yang lalu
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya mendapat pasien yang tergigit kucing liar, namun pasien punya riwayat vaksin antirabies 9 bulan yang lalu, apakah pasien perlu divaksin anti...
dr. Vania Azalia Gunawan
Dibalas 19 Mei 2025, 13:40
Jari tangan masih bengkak setelah gigitan kucing 2 tahun yang lalu, apa penyebabnya? - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Vania Azalia Gunawan
1 Balasan
Alo dokter, pasien laki laki 48th riwayat digigit kucing 2 tahun lalu di jari telunjuk, kemudian bengkak berulang pada ujung dan sendi tidak dapat digerakkan...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.