Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Gigitan Hewan general_alomedika 2021-11-19T13:45:51+07:00 2021-11-19T13:45:51+07:00
Gigitan Hewan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Epidemiologi Gigitan Hewan

Oleh :
dr. Luthfi Saiful Arif
Share To Social Media:

Epidemiologi gigitan hewan tergantung pada lokasi geografis, industrialisasi, dan faktor budaya. Jumlah kasus gigitan hewan turut dipengaruhi oleh budaya memelihara hewan di rumah dan pola vaksinasi hewan. Kasus gigitan hewan juga banyak ditemukan di daerah-daerah yang memiliki tingkat interaksi manusia dan hewan yang tinggi. Hewan dapat menjadi agresif ketika merasa terganggu terutama pada saat makan.[17,19]

Global

Data kesehatan menunjukan 2% populasi dunia mengalami luka gigitan setiap tahunnya. Kasus umumnya ditemukan pada jenis kelamin laki-laki.[22] Insidensi gigitan hewan di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 200 per 100.000 orang per tahun. Data menunjukan bahwa terdapat sekitar 400.000 kasus gigitan kucing, 4.5 juta kasus gigitan anjing setiap tahunnya.[4]

Di Bologna dan South Tyrol, Italia, angka kejadian gigitan mencapai 50-60 kasus per 100.000 orang per tahun [23]. Pada tahun 2010, di Jerman terdapat 3610 kasus gigitan hewan dan 75% kasus disebabkan oleh gigitan anjing atau kucing.[19]

Indonesia

Di Indonesia, pada tahun 2020, 26 dari 34 provinsi di Indonesia masih rentan terpapar oleh rabies akibat gigitan hewan, 98% diantaranya disebabkan oleh gigitan anjing, sedangkan 2% ditularkan oleh kucing dan kera. Dalam rentang tahun 2015-2019, ditemukan 404.306 laporan gigitan hewan dengan 544 kematian. Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan tingkat kematian akibat gigitan hewan tertinggi. Pada tahun 2019, Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat rabies terjadi di Nusa Tenggara Barat.[24,25]

Mortalitas

Mortalitas akibat gigitan hewan bersifat tidak langsung dan umumnya disebabkan oleh komplikasi yang timbul pasca gigitan hewan seperti sepsis, osteomyelitis, dan artritis septik.

Gigitan hewan seringkali disebabkan oleh hewan peliharaan dan dikenali oleh pasien.[1,26] Kasus dengan luka pada lebih dari 1 tempat dan gigitan berulang umumnya disebabkan oleh hewan liar.[18] Pada sebuah studi kasus di Jerman, didapatkan angka mortalitas akibat gigitan anjing mencapai 1-6 orang per tahun, sedangkan kasus kematian akibat gigitan anjing di Amerika Serikat mencapai 20-35 kematian setiap tahunnya.[12,27]

Anjing berukuran besar dan agresif, misalnya jenis pitbull, American Staffordshire terrier, bull terrier, rottweiler, dan German shepherd dapat menyebabkan luka yang lebih mematikan sehingga memerlukan izin khusus untuk pemeliharaannya. Sebuah penelitian pada 551 luka akibat gigitan anjing menunjukan bahwa 50.9% gigitan anjing disebabkan oleh jenis pitbull dan 8.9% disebabkan oleh rottweiler.[28,29]

Gigitan fatal biasanya terjadi pada anak dan lansia, dan dapat disebabkan oleh gigitan berulang, terutama pada daerah-daerah vital. 10-30% gigitan ditemukan pada daerah kepala dan leher, sedangkan 70-80% ditemukan pada anggota gerak.[19] Anjing berukuran besar dapat langsung mencederai tulang tengkorak anak usia balita, karena ukuran yang kecil dan lunak. Kasus fatal dapat terjadi akibat perdarahan hebat, cedera otak, dekaptasi maupun emboli udara.[27]

Mortalitas akibat gigitan hewan juga dapat disebabkan oleh transmisi infeksi rabies. Pada tahun 2015, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan 5508 kasus gigitan hewan yang berakibat rabies di Amerika dan Puerto Rico, 7.6% diantaranya disebabkan oleh gigitan hewan peliharaan. Angka kematian akibat rabies di Amerika sudah mengalami penurunan signifikan hingga 1-2 kasus per tahun. Penurunan ini terjadi akibat keberhasilan upaya profilaksis yang diberikan pada hewan peliharaan.[19,30]

Kontras dengan data di Amerika, secara global, 99% angka kematian akibat rabies disebabkan oleh gigitan anjing.[30] Di Indonesia, 98% kasus rabies disebabkan oleh anjing dengan angka kematian mencapai 100-156 kematian per tahun.[24]

Referensi

1. Chen F, Liu Q, Jiang Q, Shi J, Luba TR, Hundera AD, Fang P, Cao S, Lu Z. Risk of human exposure to animal bites in China: a clinic-based cross-sectional study. Ann. NY Acad. Sci. 2019 Sep 1;1452(1):78-87.
2. Maniscalco K, Edens MA. Animal bites. StatPearlsTreasure Island. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430852/
3. Khazaei S, Karami M, Veisani Y, Solgi M, Goodarzi S. Epidemiology of Animal Bites and Associated Factors with Delay in Post-Exposure Prophylaxis; A Cross-Sectional Study. Bull Emerg Trauma. 2018 Jul; 6(3): 239–244.
4. Bula-Rudas FJ, Olcott JL. Human and Animal Bites. Pediatr Rev. 2018; 39(10) 490-500
12. Garth AP. Animal Bites in Emergency Medicine. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/768875-overview#a2
13. Saadi R, Oberman BS, Lighthall JG. Dog-bite–related craniofacial fractures among pediatric patients: a case series and review of literature. Craniomaxillofacial trauma & reconstruction. 2018 Dec;11(4):249-55.
14. Dendle C, Looke D. Management of mammalian bites. Australian family physician. 2009 Nov;38(11).
15. Jazkowska J, Krol M, Falkowski D, Syad N, Kamienska A. Capnocytophaga canimorsus - an underestimated danger after dog or cat bite - review of literature. Przegl Epidemiol.2016;70(2): 289-295
16. Brandenburg WE, Levandowski W, Califf T, Manly C, Levandowski CB. Animal, Microbial, and Fungal Borne Skin Pathology in the Mountain Wilderness: A Review. Wilderness Environ Med. 2017 Jun;28(2):127-138
17. Salomão C, Nacima A, Cuamba L, Gujral L, Amiel O, Baltazar C, Cliff J, Gudo ES. Epidemiology, clinical features and risk factors for human rabies and animal bites during an outbreak of rabies in Maputo and Matola cities, Mozambique, 2014: Implications for public health interventions for rabies control. PLoS Negl Trop Dis. 2017 Jul 24;11(7):e0005787.
18. Park JW, Kim DK, Jung JY, Lee SU, Chang I, Kwak YH, Hwang S. Dog-bite injuries in Korea and risk factors for significant dog-bite injuries: A 6-year cross-sectional study. PloS one. 2019 Feb 21;14(2):e0210541
19. Rothe K, Tsokos M, Hendrick W. Animal and Human Bite Wounds. Dtsch Arztebl Int. 2015; 112(25): 433–443.
20. Quirk JT. Non-fatal dog bite injuries in the U.S.A., 2005-2009. Public Health. 2012;126(4):300–302
21. Ghafouri M, Yaghubi M, Nasiri Zarin ghabaee D, Seyed Sharifi S. An Epidemiologic Study of Animal Bites in Bojnurd City 2005- 2011. J North Khorasan Univ Med Sci. 2015;7(1):123–31.
22. Murphy J, Qaisi M. Management of Human and Animal Bites. Oral and Maxillofacial Surgery Clinics. 2021 Aug 1;33(3):373-80.
23. Morosetti G, Toson M, Piffer C. Lukaons caused by animals in the Autonomous Province of South Tyrol in 2010: fact-finding for prevention. Vet Ital. 2013; 49(1):37-50
24. Kementerian Kesehatan RI 2020. 8 dari 34 Provinsi di Indonesia Bebas Rabies. 2020. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200928/4735079/8-34-provinsi-indonesia-bebas-rabies/
25. KEMENKES RI. Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di indonesia. 2016
26. Golinko MS, Arslanian B, Williams JK. Characteristics of 1616 consecutive dog bite injuries at a single institution. Clinical pediatrics. 2017 Apr;56(4):316-25.
27. Heinze S, Feddersen-Petersen DK, Tsokos M, Buschmann C, Püschel K. Deadly attacks by dogs on children. Current genesis and motivation for specific case reports and certain pathomorphological changes. Rechtsmedizin. 2014;24:37–41
28. Kaye AE, Belz JM, Kirschner RE. Pediatric dog bite injuries: a 5-year review of the experience at the Children’s Hospital of Philadelphia. Plast Reconstr Surg. 2009;124(2):551–558
29. Heitz C, Louzada GP, Conci RA, Rodrigues RL, Fritscher GG. Primary repair of a complex panfacial fracture by dog bite. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2018 Apr;6(4).
30. Centers for Disease Control and Prevention. Rabies. https://www.cdc.gov/rabies/index.html

Etiologi Gigitan Hewan
Diagnosis Gigitan Hewan

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
Anonymous
29 hari yang lalu
Apakah semua pasien yang digigit kucing wajib diberikan injeksi antirabies?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Halo dok, izin bertanya apakah semua pasien yang di gigit kucing wajib diberikan injeksi anti rabies? kasusnya pasiennya di gigit kucing yg blm vaksin rabies...
Anonymous
06 Februari 2023
Jadwal untuk suntik vaksin rabies ketiga jika suntik kedua terlambat dari jadwal
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya dok, pasien suntik VAR, suntikan pertama sudah diberikan, namun saat jadwal suntik kedua terlambat 2 hari dari jadwal seharusnya. Apakah jadwal...
Anonymous
03 Januari 2023
Apakah pada kasus gigitan tikus wajib diberikan vaksin rabies?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, ijin bertanyaSaya dapat pasien habis digigit tikus dirumahnyaKeluhan hanya nyeri pada daerah gigitan, gejala2 rabies tidak adaTTV dbn, reflek cahaya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.