Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Rabies general_alomedika 2019-11-29T15:46:58+07:00 2019-11-29T15:46:58+07:00
Rabies
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Rabies

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Rabies adalah penyakit ensefalitis viral zoonotik yang disebabkan oleh beragam spesies virus neurotropik anggota famili Rhaboviridae. Dengan angka kematian per tahun antara 55.000 hingga 100.000 kasus per tahun, rabies masih merupakan penyakit klasik dengan tingkat kematian yang tinggi dan memiliki dampak ekonomi dan medis yang nyata bagi penderitanya. Salah satu faktor yang berperan terhadap hal ini, terutama di negara berkembang adalah tidak mendapat obat pencegahan pasca paparan (post-exposure prophylaxis, PEP), baik karena ketidaktahuan orang yang tergigit, jauhnya lokasi fasilitas kesehatan, atau ketidaktersediaan PEP[1].

Diagnosis rabies diawali dengan gejala neurologis akut disertai riwayat gigitan hewan liar penular virus rabies (misalnya anjing, kera, kelelawar, sigung, dan rakun). Diagnosis rabies biasanya tidak terlalu sulit jika terdapat kasus akut dengan riwayat gigitan hewan di area yang rendah cakupan imunisasi rabies pada hewan peliharaan. Namun, diagnosis rabies menjadi tantangan tersendiri apabila catatan imunisasi rabies hewan lengkap dan uji laboratorium standar tak cukup dapat diandalkan untuk membedakan rabies dengan ensefalitis viral lainnya. Bahkan, pada sebagian besar kasus rabies yang fatal, diagnosis antemortem dengan menguji sampel kulit, saliva, dan cairan otak untuk pewarnaan imunofluoresens virus rabies sering menjadi jalan keluar guna memastikan penyebab manifestasi ensefalitis akut yang fatal tersebut[2].

Mengingat tingginya angka kematian penyakit rabies dan sulitnya diagnosis rabies ketika gejala ensefalitis muncul, maka PEP menjadi langkah efektif untuk menekan angka kematian akibat rabies. Teknik pembersihan luka yang efektif merupakan dasar pencegahan pertama. Kemudian, PEP dilanjutkan dengan pemberian vaksin dan imunoglobulin rabies[3].

Sumber: PHIL CDC. Sumber: PHIL CDC.

Referensi

1. Bourhy H, Dautry-Varsat A, Hotez PJ, Salomon J. Rabies, still neglected after 125 years of vaccination. PLoS Negl Trop Dis. 2010;4(11):4–7.
2. Soun V V, Eidson M, Wallace BJ, Drabkin PD, Jones G, Leach R, et al. Antemortem diagnosis of new york human rabies case and review of u.s. Cases. Int J Biomed Sci [Internet]. 2006;2(4):434–45. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3614649&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
3. Centers for Disease Control and Prevention. Morbidity and Mortality Weekly Report Human Rabies Prevention — United States , 2008 Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices. Vol. 57. 2008.

Patofisiologi Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
dr.Ciho Olfriani
28 September 2021
Dosis kedua vaksin rabies terlambat, apakah perlu diulang - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
1 Balasan
ALO, dr. Hendra Gunawan, Sp.PD..Bila pemberian dosis kedua vaksin rabies terlambat, misalnya 1 hari, apakah perlu diulang, Dok? Atau tetap dapat diangggap...
Anonymous
28 September 2021
Kontraindikasi vaksin rabies - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Hendra, Sp.PDIzin bertanya dok, apakah ada kontraindikasi tertentu untuk vaksin rabies? Mohon informasinya ya dok. Terima kasih
Anonymous
28 September 2021
Penanganan lain jika tidak terdapat vaksin rabies - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Hendra Gunawan, Sp. PD, izin bertanya dok, bagaimana penanganannya jika seseorang yg habis terkena gigitan anjing liar tapi di faskes daerah dia...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.