Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Gigitan Hewan general_alomedika 2024-01-23T11:36:26+07:00 2024-01-23T11:36:26+07:00
Gigitan Hewan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Edukasi dan Promosi Kesehatan Gigitan Hewan

Oleh :
dr. Luthfi Saiful Arif
Share To Social Media:

Upaya edukasi dan promosi kesehatan pada kasus gigitan hewan perlu mencakup tanda-tanda infeksi yang mungkin muncul, misalnya demam, bengkak serta kemerahan pada area gigitan, dan keluarnya pus. Pasien diinformasikan untuk segera mencari dokter bila ada tanda-tanda infeksi. Masyarakat yang memiliki hewan peliharaan juga perlu diajak untuk memvaksinasi hewan dengan vaksin rabies sebagai upaya preventif, terutama pada daerah dengan interaksi manusia dan hewan yang tinggi.

Edukasi Pasien

Edukasi pasien pada kasus gigitan hewan dapat meliputi upaya penanganan awal ketika gigitan terjadi hingga pemantauan gejala yang mungkin timbul akibat gigitan hewan.  Edukasi pasien untuk segera membersihkan luka dengan menggunakan air mengalir dan sabun, segera pasca gigitan terjadi.[40]

Jika terdapat benda asing, seperti gigi dan kuku hewan, tanah, kaca, yang menempel pada luka, upayakan untuk mengangkatnya. Jika benda asing sulit dihilangkan, penanganan harus dilakukan oleh tenaga ahli. Jika terdapat perdarahan aktif, ajarkan pada pasien untuk menutup luka dengan menggunakan kain bersih yang ditekankan pada area luka selama 20 menit. Umumnya luka akibat gigitan hewan dapat membaik dalam kurun waktu 7 hingga 10 hari.[56]

Perhatikan tanda infeksi yang muncul. Evaluasi keluhan sistemik dan lokal yang dirasakan terutama dalam 48 hingga 72 jam pasca gigitan hewan terjadi. Luka yang telah ditangani dengan baik masih dapat mengalami kemungkinan infeksi. Keluhan dapat berupa demam, nyeri, bengkak serta kemerahan pada area gigitan, keluarnya pus, serta timbulnya area kemerahan yang melebar pada area kaki atau tangan yang mengalami gigitan menunjukan adanya infeksi mikroorganisme akibat gigitan hewan. Sarankan untuk segera mengunjungi tenaga kesehatan jika menemukan tanda-tanda tersebut.[2,12,56]

Pada pasien anak-anak, pastikan orang tua telah memberikan vaksin tetanus sesuai jadwal. Pemberian vaksin dapat mencegah terjadi komplikasi fatal sehingga penting untuk dilakukan. Lakukan edukasi serupa pada wanita yang sedang mengandung.[56]

Upaya Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk memahami bagaimana cara berinteraksi dengan hewan, baik dengan peliharaan dan hewan liar. Masyarakat sebaiknya dianjurkan untuk tidak mengganggu hewan terutama pada saat makan, tidur, bersenggama dan pada saat induk hewan sedang menjaga anak anaknya.[19]

Pemilik hewan peliharaan harus diedukasi mengenai bagaimana cara merawat serta melakukan pemantauan pada kesehatan hewan peliharaannya. Pemberian vaksin harus dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap bahaya rabies. Bagi pemilik hewan peliharaan yang memiliki anak kecil, sebaiknya anak diajarkan untuk menghindar dari hewan liar dan hanya bermain dengan hewan peliharaannya pada saat diawasi oleh orang tua. Anak belum dapat membedakan emosi yang ditampakkan oleh hewan peliharaan, sehingga tidak menyadari adanya bahaya dan lebih mudah mengalami gigitan hewan.[22,40]

Anjing dengan riwayat perilaku agresif juga sebaiknya dijauhkan dari lokasi bermain anak ataupun akses ke tempat umum. Jika perilaku agresif hewan peliharaan dirasa membahayakan, sebaiknya pemiliki hewan berkonsultasi dengan dokter hewan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.[19]

Vaksinasi Hewan Peliharaan

Vaksinasi pada hewan peliharaan perlu dilakukan sebagai upaya preventif pada kasus rabies. Pemberian vaksin pada hewan peliharaan terutama anjing dapat menurunkan risiko terjadinya rabies pasca gigitan anjing.[3]

Di Indonesia, vaksinasi hewan harus diberikan pada minimal 70% anjing, kucing ataupun kera dalam radius 10 km dari lokasi kasus rabies ditemukan. Hewan yang telah diberi vaksin harus diberi tanda bukti dan pemilik hewan mendapatkan sertifikat vaksin dari pelayanan kesehatan di lingkungannya.[8]

Vaksinasi pada Individu Sehat

Vaksinasi profilaksis rabies sebelum paparan terjadi atau Pre-exposure prophylaxis (PrEP) dapat diberikan pada orang dengan risiko tinggi infeksi rabies. Resiko dapat berupa resiko pekerjaan (dokter hewan, pengawas hewan liar) maupun tinggal di daerah dengan endemik rabies. PrEP juga dapat diberikan pada daerah dengan akses PEP yang sulit dan daerah dengan insidensi gigitan anjing >5%. Pemberian PrEP dilakukan secara intramuskular sebanyak 3 dosis.[7,25]

Vaksin rabies sebagai PrEP diberikan dalam 3 dosis, dengan rincian sebagai berikut:

  • Dosis pertama: diberikan sebelum berkunjung ke daerah yang sering terjadi penularan rabies, atau sebelum melakukan aktivitas yang berisiko tinggi menularkan virus rabies
  • Dosis kedua: diberikan 7 hari setelah dosis pertama
  • Dosis ketiga: diberikan 21–28 hari setelah dosis pertama

Vaksinasi tetanus dapat diberikan kepada pasien jika sudah melebihi 5 tahun pasca pasien diimunisasi terakhir kali. Jika jangka waktu vaksin terakhir adalah 10 tahun, maka pemberian vaksin tetanus diberikan bersama dengan imunoglobulin tetanus.[4,22,43]

Referensi

2. Maniscalco K, Edens MA. Animal bites. StatPearlsTreasure Island. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430852/
3. Khazaei S, Karami M, Veisani Y, Solgi M, Goodarzi S. Epidemiology of Animal Bites and Associated Factors with Delay in Post-Exposure Prophylaxis; A Cross-Sectional Study. Bull Emerg Trauma. 2018 Jul; 6(3): 239–244.
4. Bula-Rudas FJ, Olcott JL. Human and Animal Bites. Pediatr Rev. 2018; 39(10) 490-500
7. WHO. Rabies vaccines and immunoglobulins: WHO position April 2018. WHO. 2018. https://www.who.int/immunization/policy/position_papers/pp_rabies_summary_2018.pdf
8. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Rabies di indonesia. 2017. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-rabies-2017.pdf
12. Garth AP. Animal Bites in Emergency Medicine. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/768875-overview#a2
19. Rothe K, Tsokos M, Hendrick W. Animal and Human Bite Wounds. Dtsch Arztebl Int. 2015; 112(25): 433–443.
20. Quirk JT. Non-fatal dog bite injuries in the U.S.A., 2005-2009. Public Health. 2012;126(4):300–302
22. Murphy J, Qaisi M. Management of Human and Animal Bites. Oral and Maxillofacial Surgery Clinics. 2021 Aug 1;33(3):373-80.
25. KEMENKES RI. Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di indonesia. 2016
40. World Health Organization. Rabies: key facts. 2017. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/
43. Mendoza JM, Chi JJ. Reconstruction of animal bite injuries to the head and neck. Current opinion in otolaryngology & head and neck surgery. 2019 Oct 1;27(5):407-12.
56. UptoDate. Patient education: Taking care of cuts and scrapes. 2021. https://www.uptodate.com/contents/taking-care-of-cuts-and-scrapes-the-basics?source=related_link#H11043590

Prognosis Gigitan Hewan
Panduan E-Prescription Alomedika...

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
  • Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
    Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 02 Juni 2025, 11:51
Apakah perlu diberikan vaksin rabies pasca pajanan pada pasien dengan riwayat vaksin 9 bulan yang lalu
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya mendapat pasien yang tergigit kucing liar, namun pasien punya riwayat vaksin antirabies 9 bulan yang lalu, apakah pasien perlu divaksin anti...
dr. Vania Azalia Gunawan
Dibalas 19 Mei 2025, 13:40
Jari tangan masih bengkak setelah gigitan kucing 2 tahun yang lalu, apa penyebabnya? - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Vania Azalia Gunawan
1 Balasan
Alo dokter, pasien laki laki 48th riwayat digigit kucing 2 tahun lalu di jari telunjuk, kemudian bengkak berulang pada ujung dan sendi tidak dapat digerakkan...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.