Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gigitan Hewan general_alomedika 2021-12-10T11:30:26+07:00 2021-12-10T11:30:26+07:00
Gigitan Hewan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Penatalaksanaan Gigitan Hewan

Oleh :
dr. Luthfi Saiful Arif
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gigitan hewan adalah manajemen luka yang harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat infeksi sekunder. Penatalaksanaan mencakup irigasi luka, debridemen, penutupan luka, dan penggunaan antibiotik sesuai indikasi. Kultur luka perlu dilakukan untuk memastikan kebutuhan antibiotik.

Irigasi Luka

Irigasi luka dilakukan di rumah dengan menggunakan air mengalir dan sabun. Tatalaksana ini penting untuk mencegah transmisi rabies.[40] Pada setting rumah sakit, luka dapat di irigasi secara agresif dengan menggunakan larutan natrium klorida 0.9%. Volume larutan yang digunakan harus disesuaikan dengan ukuran luka dan kontaminasi yang terjadi. Secara umum dokter dapat menggunakan 250 hingga 500 mL larutan.[4-6]

Luka dengan kecurigaan tinggi rabies memerlukan irigasi povidone-iodine sebagai bentuk tatalaksananya.[12] Selain itu luka dengan ukuran yang lebih besar dan melibatkan otot, tendon dan sendi, lakukan irigasi pulse dengan menggunakan larutan natrium klorida 0.9% atau povidone-iodine untuk menghilangkan debris, mengurangi kolonisasi bakteri dan mencegah infeksi sekunder.[5]

Debridement

Debridement pada kasus gigitan hewan dilakukan untuk menghilangkan robekan dan sisa jaringan yang masih melekat pada luka pasca dilakukan irigasi. Debridemen dengan bedah pada kepala dan wajah tidak bisa dilakukan secara ekstensif. Keterlibatan sendi dapat ditatalaksana dengan irigasi antiseptik dan drainase.

Pada cedera clenched fist, sendi yang mengalami keluhan harus diterapi dengan debridemen ekstensif, tenosinovektomi, irigasi,dan drainase. Imobilisasi pasca operasi dan fisioterapi dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sendi. Pada sendi yang mengalami infeksi, rencana operasi harus dilakukan dalam 48 jam berikutnya untuk mencegah kerusakan sendi dan imobilitas. Secara umum, operasi harus dilakukan 1-2 hari pada semua kasus dengan nekrosis ekstensif.[19,41]

Penutupan Luka

Penutupan luka pada kasus gigitan hewan dapat dilakukan sesuai jenis, lokasi dan luas gigitan. Luka pada wajah dapat segera dilakukan penjahitan dan penutupan luka primer.[42,43] Pada luka di daerah tangan sebaiknya dibiarkan terbuka dan dikonsultasikan dengan dokter bedah. Luka dengan tanda infeksi seperti munculnya pus juga sebaiknya dibiarkan terbuka. Penggunaan jahitan subkutan tidak dianjurkan pada kasus gigitan hewan.[4]

Terapi Antibiotik

Terapi antibiotik pada kasus gigitan hewan diberikan pada indikasi adanya infeksi. Pemberian antibiotik profilaksis masih kontroversial. Data penelitian menunjukan bahwa keuntungan penurunan angka infeksi setelah pemberian antibiotik profilaksis hanya terjadi pada kasus gigitan hewan di tangan.[6,44]

Amoxicillin-clavulanate merupakan terapi profilaksis lini pertama pada gigitan hewan. Pasien dengan alergi penisilin dapat diberikan doksisiklin atau kombinasi klindamisin dan fluorokuinolon. Klindamisin tidak boleh digunakan sebagai obat tunggal karena tidak dapat mengeridikasi Pasteurella. Azitromisin dapat digunakan pada pasien hamil dengan evaluasi ketat, karena tingkat kegagalan terapi yang tinggi.[45] Klindamisin, makrolida, penisilin isoxazole, sefalosporin generasi I, dan aminoglikosida tidak efektif pada infeksi P.multocida. C. canimorsus juga resisten pada aminoglikosida.[15]

Durasi pemberian antibiotik didasarkan pada tingkat keparahan kondisi, penyebaran infeksi, patogen dan respon terapi. Temuan klinis dan nilai CRP dapat digunakan untuk menentukan indikator efikasi terapi. Berikut rekomendasi durasi pemberian antibiotik pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu:

  • Selulitis atau abses: 1 hingga 2 minggu

  • Tenosinovitis: 2 hingga 3 minggu
  • osteomyelitis atau artritis: 3 hingga 6 minggu[19,34]

Vaksinasi

Pemberian vaksinasi setelah paparan atau Post-exposure prophylaxis (PEP) ditujukan untuk membangkitkan sistem imunitas terhadap virus rabies. Penentuan vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) ditentukan berdasarkan kategori luka gigitan.

WHO membagi kategori paparan menjadi 3 kategori:

  • Kategori 1: Menyentuh atau memberi makan hewan, kontak kulit intak dengan hasil sekresi/ekskresi hewan misalnya terjilat (tidak ada paparan)
  • Kategori 2: Gigitan pada kulit yang tidak terlindungi, garukan/lecet ringan tanpa adanya perdarahan, luka kecil di tangan, badan dan kaki (terjadi paparan)
  • Kategori 3: gigitan atau cakaran yang dalam atau pada kulit yang luka, kontaminasi membran mukosa dengan saliva dari jilatan, luka di atas bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan/kaki, genitalia, luka lebar dan dalam, luka multipel, terpapar dengan kelelawar (paparan berat)[7,25]

Kontak dengan penderita atau hewan yang terinfeksi rabies tanpa adanya luka tidak memerlukan VAR dan SAR. Pada kasus risiko rendah, VAR dapat diberikan kepada pasien, namun pada kasus dengan risiko tinggi VAR dan SAR harus segera diberikan kepada pasien.[7,8,25] Berikut adalah regimen vaksin vaksinasi setelah paparan menurut WHO:

Tabel 2. Regimen Vaksinasi Pasca Paparan Menurut WHO

Status imunisasi Jenis profilaksis Regimen Diberikan pada kategori
Belum pernah divaksinasi Vaksin rabies

●       1 situs injeksi secara intramuskuler pada hari ke 0,3,7 dan antara hari ke 14-28, atau

●       2 situs secara intradermal pada hari ke 0,3 dan 7, atau

●       2 situs pada hari ke 0 dan 1 situs secara intramuskuler pada hari ke 7 dan 21

2 dan 3
Imunoglobulin rabies

Injeksi infiltrasi ke dalam dan sekitar luka dengan dosis:

●       Equine immunoglobulin: 40 IU/kgBB

●       Human immunoglobulin: 20 IU/kgBB

3
Sudah divaksinasi Vaksin rabies

●       1 situs injeksi secara intramuskuler pada hari ke 0 dan 3, atau

●       4 situs secara intradermal pada hari ke 0 atau

●       1 situs secara intramuskuler pada hari ke 0 dan 3

2 dan 3
Imunoglobulin rabies Tidak diperlukan

Sumber: WHO, 2018.[7]

Pelaporan Kasus

Pelaporan kasus rabies harus dilakukan pada saat dokter mencurigai atau menemukan kasus rabies pada pasiennya. Pasien harus dilaporkan baik dalam kondisi hidup maupun sudah meninggal. Kasus luka apapun yang melibatkan hewan liar yang bertindak ganas atau dicurigai terinfeksi rabies juga harus dilaporkan.[19] Hewan  yang telah menggigit pasien juga harus dicari dan diobservasi selama 10-14 hari. Jika hewan mati dalam periode waktu ini maka spesimen harus diambil dan dikirimkan ke laboratorium untuk membantu diagnosis. Hewan terinfeksi rabies harus dikubur minimal sedalam 1 meter atau dibakar untuk menghindari penularan ke hewan lain.[8]

Konsultasi Psikologis

Gigitan hewan dapat berdampak pada psikologis seseorang, terutama jika kasus terjadi pada anak-anak, ataupun melibatkan regio wajah pada orang dewasa. Pertimbangkan kondisi psikologis pasien dan sarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog, terutama pada kasus berat.[18,22,34]

Referensi

4. Bula-Rudas FJ, Olcott JL. Human and Animal Bites. Pediatr Rev. 2018; 39(10) 490-500
5. Hurt JB, Maday KR. Management and treatment of animal bites. JAAPA. 2018 Apr 1;31(4):27-31.
6. Ellis R, Ellis C. Dog and cat bites. Am Fam Physician. 2014;90(4):239-243
7. WHO. Rabies vaccines and immunoglobulins: WHO position April 2018. WHO. 2018. https://www.who.int/immunization/policy/position_papers/pp_rabies_summary_2018.pdf
8. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Rabies di indonesia. 2017. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-rabies-2017.pdf
12. Garth AP. Animal Bites in Emergency Medicine. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/768875-overview#a2
19. Rothe K, Tsokos M, Hendrick W. Animal and Human Bite Wounds. Dtsch Arztebl Int. 2015; 112(25): 433–443.
21. Ghafouri M, Yaghubi M, Nasiri Zarin ghabaee D, Seyed Sharifi S. An Epidemiologic Study of Animal Bites in Bojnurd City 2005- 2011. J North Khorasan Univ Med Sci. 2015;7(1):123–31.
22. Murphy J, Qaisi M. Management of Human and Animal Bites. Oral and Maxillofacial Surgery Clinics. 2021 Aug 1;33(3):373-80.
25. KEMENKES RI. Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di indonesia. 2016
34. Katica M, Obradovic Z, Ahmed NH, Derviševic E. Dog bites and their treatment in Federation of Bosnia and Herzegovina. Cyprus. J. Med. Sci. 2019;4(2):136-40.
40. World Health Organization. Rabies: key facts. 2017. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/
41. Galli SK. Animal Bites to the Head and Neck Treatment & Management. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/881171-treatment#d7
42. Agrawal A, Kumar P, Singhal R, Singh V, Bhagol A. Animal bite injuries in children: review of literature and case series. International journal of clinical pediatric dentistry. 2017 Jan;10(1):67.
43. Mendoza JM, Chi JJ. Reconstruction of animal bite injuries to the head and neck. Current opinion in otolaryngology & head and neck surgery. 2019 Oct 1;27(5):407-12.
44. Abrahamian FM, Goldstein EJ. Microbiology of animal bite wound infections. Clin Microbiol Rev. 2011;24(2):231-246

Diagnosis Gigitan Hewan
Prognosis Gigitan Hewan

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
Anonymous
29 hari yang lalu
Apakah semua pasien yang digigit kucing wajib diberikan injeksi antirabies?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Halo dok, izin bertanya apakah semua pasien yang di gigit kucing wajib diberikan injeksi anti rabies? kasusnya pasiennya di gigit kucing yg blm vaksin rabies...
Anonymous
06 Februari 2023
Jadwal untuk suntik vaksin rabies ketiga jika suntik kedua terlambat dari jadwal
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya dok, pasien suntik VAR, suntikan pertama sudah diberikan, namun saat jadwal suntik kedua terlambat 2 hari dari jadwal seharusnya. Apakah jadwal...
Anonymous
03 Januari 2023
Apakah pada kasus gigitan tikus wajib diberikan vaksin rabies?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, ijin bertanyaSaya dapat pasien habis digigit tikus dirumahnyaKeluhan hanya nyeri pada daerah gigitan, gejala2 rabies tidak adaTTV dbn, reflek cahaya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.