Penatalaksanaan Chikungunya
Penatalaksanaan chikungunya secara umum bersifat suportif. Tidak ada terapi antivirus spesifik untuk chikungunya. Penting untuk mengeksklusi infeksi serius lainnya yang mirip dengan chikungunya seperti dengue, malaria dan infeksi bakteri.
Setelah infeksi lain tereksklusi, tatalaksana meliputi hidrasi, pemantauan hemodinamik, pengumpulan spesimen darah untuk diagnosis, dan antipiretik. Arthralgia berat dapat diobati dengan NSAID dan fisioterapi. Perlu dilakukan pemantauan glukosa darah berkala pada pasien ini.
Ribavirin dapat memperbaiki gejala arthralgia kronik atau arthritis kronik pada beberapa pasien dewasa. Penggunaannya pada pasien pediatrik masih belum diketahui efikasinya. [1,8]
Tatalaksana untuk Nyeri Akut
Analgesik dipilih berdasarkan berat-ringannya nyeri yang dikeluhkan pasien. Analgesik juga dapat digunakan sebagai antipiretik, oleh karena itu lah paracetamol lebih banyak dipilih.
Nyeri Ringan
Nyeri ringan didefinisikan sebagai visual analog score (VAS) antara 1-3. Pilihan analgesik yang digunakan adalah:
- Paracetamol : 1 gram per kali untuk dewasa atau 15 mg/kgBB/kali untuk anak, dapat diberikan setiap 4-6 jam hingga maksimal 4 gram per hari.
- Metamizole : 0,5 – 4 gram per hari diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Nyeri Sedang
Nyeri sedang didefinisikan sebagai VAS antara 4-6. Pada keadaan ini, paracetamol dan metamizole diberikan secara bergantian setiap 3 jam dengan dosis yang tetap.
Apabila nyeri tidak berkurang atau menetap, maka pasien harus diperiksa menggunakan 4-question neuropathic pain diagnostic questionnaire (DN-4). Bila terdiagnosis adanya neuropati berat, pasien dapat diberikan amitriptyline 25 atau 50 mg. Pilihan lain adalah gabapentin 300 mg dua kali sehari atau pregabalin 75 mg dua kali sehari.
Nyeri Berat
Nyeri berat didefinisikan sebagai VAS antara 7-10. Pada keadaan ini, paracetamol dan metamizole digunakan dengan tambahan opioid. Opioid yang paling sering digunakan adalah tramadol dengan dosis dewasa 50-100 mg per oral setiap 6 jam, dengan dosis maksimal 400 mg dalam 24 jam.
Apabila nyeri tidak berkurang atau menetap dalam 1 minggu setelah tatalaksana analgesik dan opioid, maka pasien harus diperiksa menggunakan 4-question neuropathic pain diagnostic questionnaire (DN-4). Bila terdeteksi adanya neuropati berat, maka tatalaksana sama dengan yang telah disebutkan di atas. Jika tidak terdeteksi adanya neuropati, maka pertimbangkan penggunaan kortikosteroid.[9]
Tatalaksana untuk Nyeri Post Akut
Sama seperti nyeri akut, tatalaksana nyeri post akut juga didasarkan pada derajat keparahan nyeri. Fase post akut adalah fase setelah minggu ke-3 hingga akhir bulan ketiga.
Nyeri Ringan
Nyeri ringan didefinisikan sebagai visual analog score (VAS) antara 1-3. Pilihan analgesik adalah NSAID. Pilihan yang dapat digunakan adalah
- Ibuprofen : untuk dewasa 400 mg setiap 6 jam, untuk anak-anak 10 mg/kgBB maksimal 2,4 gram per hari.
- Meloxicam : 7,5 -15 mg/hari untuk dewasa, atau 0,125 mg/kgBB/hari maksimal 7,5 mg.
- Naproxen : 500-750 mg/hari untuk dewasa, atau 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi
Nyeri Sedang- Berat
Nyeri sedang didefinisikan sebagai VAS antara 4-6. Nyeri sedang didefinisikan sebagai VAS antara 7-10. Pilihan terapi adalah kortikosteroid kecuali terdapat kontraindikasi absolut terhadap penggunaannya. Prednison adalah pilihan yang direkomendasikan dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari, tidak melebihi 40 mg/hari. [9]
Tatalaksana untuk Nyeri Kronis
Fase kronis adalah fase dimana nyeri bertahan melebihi 3 bulan. Pada nyeri intensitas ringan-sedang, pilihan analgesik yang diberikan sama dengan pilihan tatalaksana nyeri akut dan post akut. Pada nyeri yang tidak merespon walaupun sudah diberikan analgesik adekuat, maka modalitas terapi lain seperti DMARDs (disease modifying anti rheumatoid drugs) dapat dipertimbangkan. [9]
Modalitas Tatalaksana Lainnya
Pada fase akut, pasien harus diminta beristirahat, karena umumnya aktivitas dapat memperberat nyeri. Pada fase kronik, istirahat tetap disarankan namun aktivitas ringan dapat dilakukan.
Modalitas tatalaksana lain yang dapat diberikan pada pasien meliputi penggunaan NSAID topikal, aspirasi intra artikular untuk mengurangi cairan jika perlu, penggunaan orthotic jangka pendek untuk mengistirahatkan sendi yang radang, serta pergerakan aktif-pasif yang lembut secara hati-hati untuk mencegah kaku sendi. [9]