Patofisiologi Tumor Pituitari
Secara patofisiologi, munculnya gejala klinis tumor pituitari disebabkan oleh efek lokal dari desakan massa dan manifestasi endokrin yang memengaruhi organ target. Efek endokrin disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan stimulasi hormon pada target organ. Jenis tumor tersering adalah adenoma pituitari. Umumnya, adenoma pituitari tidak dipengaruhi oleh hypothalamic releasing factors.[1,3]
Tumor pituitari, baik yang fungsional maupun nonfungsional, dapat menekan struktur-struktur di sekitarnya, terutama kelenjar pituitari normal dan jalur nervus optikus, sehingga mengakibatkan hipopituitarisme, nyeri kepala, dan gangguan penglihatan. Desakan massa tumor dapat menyebabkan defek pada lapang penglihatan bitemporal akibat penekanan pada kiasma optikum. Tumor juga dapat menginvasi sinus kavernosus yang berdekatan.[1,4]
Adenoma pituitari umumnya jinak dan tumbuh lambat. Tumor fungsional, yaitu tumor yang menyekresi hormon aktif, dapat mengakibatkan sekresi hormon berlebih. Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pituitari anterior adalah adrenocorticotropic hormone (ACTH), growth hormone (GH), prolaktin, thyroid stimulating hormone (TSH), follicle stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH). Adenoma pituitari fungsional dapat menyebabkan akromegali, Cushing disease, prolaktinoma, dan adenoma tirotropik.[3,4]
Konsekuensi Adenoma Pituitari Fungsional
Adenoma pituitari fungsional dapat menyebabkan beberapa konsekuensi, antara lain:
- Hipersekresi growth hormone (GH), yang menyebabkan peningkatan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan mengakibatkan akromegali. Manifestasinya adalah perubahan pada akral, arthritis, hipertensi, nyeri kepala, pembengkakan jaringan lunak, dan hiperglikemia
- Hipersekresi adrenocorticotropic hormone (ACTH), yang menyebabkan hiperkortisolisme kronis dan mengakibatkan Cushing disease. Gejalanya adalah obesitas sentral, hipertensi, dan hiperglikemia
- Hipersekresi prolaktin, yang menyebabkan penurunan kadar estrogen (pada wanita) dan testosteron (pada pria), sehingga mengakibatkan disfungsi gonad. Wanita premenopause dapat mengalami oligoamenorea dan galactorrhea
- Adenoma tirotropik (jarang), yang dapat mengakibatkan hipertiroid dengan atau tanpa peningkatan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH)
- Tumor yang berasal dari sel-sel gonadotrop, yang menyebabkan hipersekresi FSH atau LH. Kondisi ini jarang ditemukan dan biasanya teridentifikasi secara insidental dan berhubungan dengan hipogonadisme serta kegagalan pituitari akibat efek desakan massa[3,4]