Penatalaksanaan Tumor Pituitari
Penatalaksanaan tumor pituitari ditentukan oleh jenis dan ukuran tumor. Secara garis besar, tata laksana tumor pituitari dapat berupa pembedahan, radioterapi, medikamentosa, atau kombinasi ketiganya. Tujuan terapi adalah normalisasi sekresi hormon dan resolusi progresivitas defisit neurologis akibat tumor.[11]
Medikamentosa
Tata laksana medikamentosa tumor pituitari ditentukan oleh hipersekresi atau defisiensi hormon yang ditimbulkan. Jika lesi berupa prolaktinoma, mayoritas lesi merespons terhadap agonis reseptor dopamin. Jika terdapat akromegali, analog somatostatin (ocreotide) dapat digunakan untuk mengatasi kadar GH yang meningkat pascabedah.[1]
Selain itu, terapi pengganti hormon sebaiknya diberikan. Segala jenis terapi berbasis hormon harus dikonsultasikan dengan ahli endokrinologi.[1]
Pembedahan
Terdapat beberapa pilihan pendekatan teknik bedah pituitari, antara lain transsfenoidal, translabial, dan transnasal (menggunakan endoskop). Baik teknik transsfenoidal (melalui sinus sfenoidalis) maupun endoskopi endonasal menunjukkan hasil yang sama baiknya untuk tumor di dalam sella, tetapi pendekatan endonasal lebih disukai untuk pembedahan tumor ekstrasella yang berukuran lebih besar.[1]
Pembedahan mikroskopik transsfenoidal merupakan pendekatan tersering pada reseksi tumor pituitari, baik pada tumor fungsional maupun nonfungsional. Untuk lesi yang lebih besar, mungkin diperlukan pendekatan transfrontal untuk dekompresi jaras penglihatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa pembedahan invasif minimal menggunakan endoskop 4 mm melalui hidung dapat efektif untuk tumor yang berukuran lebih besar.[1,11]
Kontraindikasi pendekatan transsfenoidal adalah tumor dengan ekstensi suprasella signifikan yang memiliki penyempitan seperti jam pasir di antara komponen intrasella dan suprasella, karena upaya blind untuk mencapai komponen suprasella dapat menyebabkan perdarahan otak. Infeksi pada sinus sfenoidalis juga dapat merupakan kontraindikasi pendekatan tersebut.[11]
Komplikasi pascabedah, terutama pada pendekatan endonasal, adalah kebocoran cairan serebospinal, terdapat sisa tumor, diabetes insipidus, dan apopleksi pada sisa tumor. Dari segi endokrin, komplikasi utama pascabedah transsphenoidal adalah hipopituitarisme.[1]