Penatalaksanaan Limfoma Hodgkin
Penatalaksanaan penderita dengan penyakit limfoma Hodgkin berbeda-beda sesuai dengan tipe dan stadiumnya yang terdiri atas radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi. European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) mengelompokkan penderita limfoma hodgkin klasik ke dalam 3 stage berdasarkan atas kriteria yang terdiri atas stadium LH dengan ada atau tidak adanya faktor risiko, yakni early stage favorable (Stadium I-IIA, tanpa faktor risiko), early-stage unfavorable (Stadium I-IIA, lebih dari 1 faktor risiko), advanced-stage disease (Stadium IIB, III, dan IV).[2,20,21]
Terdapat 7 faktor prognostik limfoma Hodgkin berdasarkan The International Prognostic Factors Project on Advanced Hodgkin's lymphoma, antara lain:
- Usia di atas 45 tahun
- Stadium IV
- Jenis kelamin laki-laki
- Leukosit di atas 15.000/ml
- Limfosit kurang dari 600/ml
- Albumin kurang dari 4.0 gram/dl
- Hemoglobin kurang dari 10.5 g/dl[3]
Rawat Inap Isolasi
Rawat inap isolasi harus dipertimbangkan pada penderita limfoma Hodgkin karena memiliki kondisi imunosupresi rentan menimbulkan infeksi. Rawat inap isolasi akan diatur menggunakan tekanan udara positif dengan menyaring udara hingga bersih yang akan dipompa ke dalam ruangan terus menerus. Hal ini membuat udara yang masuk ke ruangan isolasi tetap steril dan tidak terkontaminasi. Rawat inap isolasi juga penting pada penderita yang mendapatkan kemoterapi dosis tinggi.[22]
Early-Stage Unfavorable
Penatalaksanaan limfoma hodgkin klasik early-stage unfavorable dilakukan dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD dan BEACOPP.
Regimen ABVD
Regimen ABVD adalah abreviasi dari Adriamycin, Bleomycin, Vinblastine, dan Dacarbazine, dosis pemberiannya yaitu:
- Adriamycin 25 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
- Bleomycin 10 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
- Vinblastine 6 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
- Dacarbazine 375 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
Regimen ABVD diberikan dalam 4 siklus dan diikuti dengan pemberian radioterapi sebesar 30 Gy.[3,21,23]
Regimen BEACOPP
Regimen BEACOPP adalah abreviasi dari Bleomycin, Etoposide, Adriamycin, Cyclophosphamide, Oncovin, Procarbazine, dan Prednisone, dosis pemberiannya yaitu:
- Bleomycin 10 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 8
- Etoposide 200 mg/m2, IV, hari ke-1 sampai 3
- Adriamycin 35 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 13
- Cyclophosphamide 1.250 mg/m2, IV, hari ke-1
- Oncovin 1,4 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 8
- Procarbazine 100 mg/m2, oral, hari ke-1 sampai 7
- Prednisone 40 mg/ m2, oral, hari ke-1 sampai 14
Regimen BEACOPP diberikan dalam 2 siklus serta diikuti dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD dalam 2 siklus dan radioterapi sebesar 30 Gy.[3,21,23]
Advanced-Stage Disease
Penatalaksanaan limfoma Hodgkin klasik advanced-stage disease dilakukan dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD atau BEACOPP dalam 6 sampai 8 siklus dan diikuti dengan pemberian radioterapi jika ukuran limfoma > 1,5 cm setelah pemberian kemoterapi regimen ABVD atau > 2,5 cm setelah pemberian kemoterapi regimen BEACOPP.[23-26]
Tatalaksana Stadium Awal Limfoma Hodgkin Tipe Nodular Lymphocyte Predominant
Tatalaksana penderita limfoma Hodgkin tipe nodular lymphocyte predominant stadium awal meliputi pengangkatan kelenjar getah bening (eksisi lokal) yang diikuti dengan watchful waiting atau pemberian radioterapi.[2,21]
Tatalaksana Stadium Lanjut Limfoma Hodgkin Tipe Nodular Lymphocyte Predominant
Tatalaksana penderita limfoma Hodgkin tipe nodular lymphocyte predominant dengan stadium yang lebih lanjut, dapat dilakukan pemberian kemoterapi regimen ABVD yang dikombinasikan dengan Rituximab. Kadangkala limfoma Hodgkin tipe nodular lymphocyte predominant stadium lanjut menunjukkan perubahan histologis menjadi T-cell-rich B-cell lymphoma (TCR-BCL) atau diffuse large cell B-cell lymphoma (DLBCL) sehingga harus diberikan regimen limfoma non Hodgkin seperti R-CHOP (rituximab, cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, prednisone).[2,25]
Tata Laksana Limfoma Hodgkin Pada Populasi Khusus
Tatalaksana limfoma Hodgkin pada populasi khusus seperti penderita penyakit jantung paru, ibu hamil dan penderita HIV memerlukan beberapa pertimbangan khusus.
Tatalaksana Limfoma Hodgkin Pada Penderita Dengan Penyakit Jantung Paru
Penderita limfoma Hodgkin dengan penyakit jantung atau paru harus menjalani pemeriksaan menyeluruh terkait fungsi paru dan jantung. Regimen Bleomycin harus ditiadakan untuk mencegah menurunnya kapasitas paru.[2,27]
Tatalaksana Limfoma Hodgkin Pada Ibu Hamil
Penderita limfoma Hodgkin yang sedang hamil perlu tatalaksana khusus agar tidak membahayakan ibu dan janin. Ibu hamil tidak boleh menjani pemeriksaan radiologi yang berisiko menimbulkan paparan radiasi, namun sebatas pemeriksaan foto polos dada dan ultrasonografi (USG) masih diperbolehkan. Pada ibu hamil penderita limfoma Hodgkin yang asimtomatis sebaiknya tidak dikemoterapi apalagi pada triemester pertama. Pada ibu hamil yang bergejala dapat diberikan vinblastine setiap 2 sampai 4 minggu sekali untuk mengontrol penyakit. Pada ibu hamil yang resisten dengan vinblastine maka regimen yang dipilih adalah AVBD yang paling aman untuk kehamilan.[2,27]
Tatalaksana Pada Penderita HIV
Penderita limfoma Hodgkin stadium lanjut yang disertai dengan infeksi HIV merespon baik dengan regimen kemoterapi standar (ABVD atau BEACOPP) yang dikombinasikan dengan highly active antiretroviral therapy (HAART). Tatalaksana limfoma Hodgkin pada penderita HIV antara lain, dua nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) dikombinasikan dengan inhibitor protease, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (non NRTI), atau viral fusion inhibitor.[2,27]