Pendahuluan Kanker Tiroid
Kanker tiroid merupakan kanker yang menyerang organ tiroid, dan dapat berasal dari sel folikuler (penghasil hormon tiroid) maupun sel parafolikuler (penghasil kalsitonin). Gejala yang umum dari penyakit ini adalah adanya nodul tiroid soliter yang dapat teraba dan tidak nyeri.
Kanker tiroid memiliki prognosis cukup baik, dengan kesintasan 10 tahun mencapai lebih dari 95%, namun terdapat juga subtipe langka dengan angka mortalitas mencapai lebih dari 90% (kanker tiroid anaplastik).[1-3]
Kanker tiroid disebabkan oleh alterasi genetik yang terakumulasi yang menyebabkan proliferasi tak terkendali dari sel-sel tiroid. Faktor-faktor risiko di antaranya paparan radiasi, asupan yodium yang tidak optimal, dan obesitas.[1,2]
Poin diagnosis utama untuk pasien dengan nodul tiroid soliter adalah membedakan apakah nodul tersebut merupakan kanker tiroid atau hanya tumor jinak. Hal ini dapat dievaluasi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik (mencakup pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh serta penggunaan laringoskopi indirek). Evaluasi kanker tiroid didukung dengan pemeriksaan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration biopsy / FNAB).
Pemeriksaan FNAB selain untuk menentukan ada tidaknya keganasan juga bermanfaat untuk memandu pilihan tata laksana.[1,2]
Penatalaksanaan kanker tiroid yang utama adalah pembedahan dan ablasi dengan radioactive iodine. Pembedahan berupa tiroidektomi total atau lobektomi, tetapi komplikasi pembedahan seperti hipokalsemia, depresi, gangguan ingatan, dan hipoparatiroidisme iatrogenik dapat menurunkan kualitas hidup pasien.[1-3]