Penatalaksanaan Kanker Tiroid
Penatalaksanaan kanker tiroid dapat bersifat konservatif maupun agresif berdasarkan risiko keganasannya. Risiko keganasan ini ditentukan berdasarkan hasil sitopatologi yang dilaporkan berdasarkan panduan kategori Bethesda. Pilihan utama penatalaksanaan pada nodul tiroid risiko tinggi adalah tiroidektomi atau lobektomi, namun pada nodul tiroid risiko rendah, surveilans secara klinis dan ultrasonografi merupakan pilihan utama.
Sebagai pengecualian, kanker tiroid tipe anaplastik memiliki prognosis yang sangat buruk, sehingga penatalaksanaannya berfokus pada terapi paliatif. Kanker tiroid tipe meduler memiliki karakteristik yang berbeda dari kanker tiroid yang berasal dari sel folikuler, sehingga terapi radioactive iodine (RAI) tidak dilakukan.[17,18]
Risiko Keganasan berdasarkan Panduan Kategori Bethesda
Risiko keganasan kanker tiroid ditentukan berdasarkan hasil sitopatologi dengan sampel dari pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus, dengan tingkatan kategori yaitu:
- Ganas
- Curiga ganas
- Neoplasma folikuler (atau Curiga Neoplasma Folikuler)
- Atipikal (atau Lesi Folikuler tanpa Signifikansi yang Jelas)
- Jinak
- Nondiagnostik[16]
Pada kategori Nondiagnostik, pemeriksaan biopsi ulang dengan panduan ultrasonografi dapat dilakukan. Pada kategori Jinak, pasien dapat diminta melakukan pemeriksaan fisik dan ultrasonografi rutin untuk melihat perkembangan nodul tiroid. Tidak ada rekomendasi mengenai frekuensi surveilans. Pada empat kategori lainnya, lobektomi atau tiroidektomi total merupakan pilihan terapi yang disarankan.[16]
Pembedahan
Terdapat dua jenis pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien kanker tiroid, yaitu lobektomi dan tiroidektomi total, namun penentuan terapi lobektomi atau tiroidektomi total masih menimbulkan kontroversi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis prosedur ini tidak berbeda bermakna dalam hal morbiditas pasien. [1,14,15]
Panduan dari American Thyroid Association tahun 2015 menjadi dasar dari 4 pilihan terapi berdasarkan hasil pemeriksaan preoperatif, sebagai berikut:
Hanya Lobektomi
Lobektomi diindikasikan pada kanker tiroid dengan ukuran <1 cm tanpa adanya invasi ke luar organ tiroid (T1a), tidak adanya metastasis ke kelenjar getah bening leher (N0) atau ke organ lain (M0). Indikasi terapi ini secara sitopatologi adalah nodul tiroid dengan kategori Atipikal (atau Lesi Folikuler tanpa Signifikansi yang Jelas) dan Neoplasma folikuler (atau Curiga Neoplasma Folikuler).[3,14,16,19,24]
Lobektomi atau Tiroidektomi Total
Manajemen ini diindikasikan pada pasien dengan ukuran kanker tiroid lebih dari 1 cm dan kurang dari 4 cm, tanpa invasi ke luar organ tiroid (T1-T2) atau metastasis (N0). Indikasi terapi ini secara sitopatologi adalah nodul tiroid dengan kategori Ganas atau Curiga Ganas.[3,14,16,19,24]
Tiroidektomi Total
Tiroidektomi total diindikasikan jika ukuran kanker tiroid berukuran >4 cm, tanpa disertai invasi ke luar organ tiroid (T3a) atau metastasis baik ke KGB leher (N0) atau ke organ lain (M0). Indikasi terapi ini secara sitopatologi adalah nodul tiroid dengan kategori Ganas atau Curiga Ganas.[3,14,16,19,24]
Tiroidektomi Total ditambah Diseksi Kelenjar Getah Bening Leher
Jika pada pasien terdapat metastasis ke kelenjar getah bening (N1), pengangkatan kelenjar getah bening leher harus dilakukan. Selain itu, pada kanker tiroid papiler, adanya invasi tumor ke luar organ tiroid (T3b, T4) atau metastasis ke organ jauh (M1) merupakan indikasi pengangkatan KGB leher. Indikasi terapi ini secara sitopatologi adalah nodul tiroid dengan kategori Ganas atau Curiga Ganas.[3,14,16,19,20,24]
Transoral Endoscopic Thyroidectomy via Vestibular Approach (TOETVA)
Saat ini, terdapat pendekatan baru untuk tiroidektomi menggunakan metode pembedahan minimal invasif, dikenal sebagai transoral endoscopic thyroidectomy via vestibular approach (TOETVA). Metode ini disarankan pada kanker tiroid berukuran kecil, 1-2 cm, yang masih belum mengalami ekstensi ekstratiroid.
Kelebihan metode TOETVA adalah hasil yang lebih baik secara kosmetik. Namun, terdapat juga kerugian berupa waktu operasi yang lebih panjang dan tingkat kesulitan teknis yang lebih tinggi.
Radioactive Iodine (RAI)
Terapi ajuvan berupa ablasi dengan radioactive iodine (RAI) dapat dilakukan setelah tiroidektomi total. RAI bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa kanker setelah pembedahan, sehingga mengurangi risiko rekurensi pada pasien.[2,14,17,24]
RAI dapat dipertimbangkan apabila pada pemeriksaan setelah operasi dipastikan ukuran tumor >4 cm tanpa invasi makroskopis (T3), serta adanya metastasis ke KGB lateral atau sentral pada leher (N1).[3,17,24]
Indikasi absolut RAI adalah pada pasien dengan invasi vaskular ekstensif (T4), invasi ke luar organ tiroid yang masif (T4), serta metastasis ke organ jauh (M1).[3,17,24]
Terapi Supresi Thyroid-Stimulating Hormone (TSH)
Thyroid-Stimulating Hormone (TSH) merupakan hormon yang dapat merangsang proliferasi sel-sel tiroid, namun juga dapat merangsang proliferasi sel kanker tiroid. Oleh sebab itu, supresi TSH setelah pembedahan diindikasikan untuk mencegah rekurensi. Pemberian terapi supresi TSH dapat mengurangi angka mortalitas pasien dengan kanker tiroid. Terapi supresi TSH dilakukan dengan levotiroksin. Tidak terdapat dosis tertentu yang disarankan, dan penentuan dosis disesuaikan secara individual dan target kadar TSH serum. Target kadar TSH serum yang terbaik juga masih menjadi kontroversi, namun pada dasarnya dosis levotiroksin yang digunakan bertujuan agar kadar TSH serum pasien mencapai <0,1 mU/L.[3,19,21]
Penanganan Kanker Tiroid Anaplastik dan Kanker Tiroid Meduler
Kanker tiroid anaplastik merupakan kanker tiroid tanpa diferensiasi. Kanker ini memiliki prognosis sangat buruk dengan median kesintasan kurang dari 6 bulan, sehingga penatalaksanaan bersifat paliatif. [1,2,3]
Kanker tiroid meduler merupakan kanker tiroid yang berasal dari sel parafolikuler (sel penghasil kalsitonin). Penatalaksanaan pada kanker tiroid meduler berfokus pada pembedahan dengan tiroidektomi total serta pengangkatan KGB leher. Terapi ajuvan pada umumnya tidak disarankan pada pasien kanker tiroid meduler. [2,17,18]
Meskipun terdapat keterbatasan penatalaksanaan pada kanker tiroid anaplastik dan meduler, penelitian baru mencoba mengombinasikan pembedahan dengan kemoterapi dengan obat-obatan seperti vandetanib, sorafenib, cabozantinib, dan lenvatinib untuk pasien tersebut dengan hasil yang relatif baik, namun masih diperlukan data lebih lanjut untuk merekomendasikan penggunaan terapi ini.[2,17,18]