Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Diplopia general_alomedika 2022-09-20T11:41:23+07:00 2022-09-20T11:41:23+07:00
Diplopia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Diplopia

Oleh :
dr. Karina Sutanto
Share To Social Media:

Etiologi diplopia sangatlah banyak, mulai dari yang ringan seperti gangguan refraksi, hingga yang berat seperti aneurisma otak. Hal ini karena persepsi penglihatan memiliki jalur yang kompleks, dan gangguan pada salah satu komponen dari jalur tersebut dapat menimbulkan diplopia.[1-4]

Diplopia Monokular

Diplopia monokular lebih jarang terjadi dibandingkan diplopia binokular. Kemungkinan penyebab diplopia monokular antara lain:

  • Gangguan refraksi: Miopia yang tinggi, astigmatisme, efek dari pemasangan lensa kontak yang kurang baik

  • Kelopak mata: Tekanan mekanik pada kornea akibat kalazion, tumor, hematoma, edema
  • Lapisan air mata: Abnormalitas lapisan air mata yang menyebabkan difraksi cahaya akibat mukus, benda asing, atau droplet minyak
  • Kornea: Edema, jaringan parut, distrofi, keratokonus, keratoglobus, megalokornea
  • Lensa: Lentikonus, katarak, ektopia lentis, subluksasi lensa
  • Iris dan pupil: Iridodialisis, polikoria, iridektomi
  • Vitreus: Benda asing
  • Retina: Edema makula, retinopati serosa sentral
  • Poliopia serebral: Trauma, migraine, multiple sclerosis, ensefalitis[1,2,4]

Diplopia Binokular

89% kasus diplopia adalah diplopia binokular. Beberapa kemungkinan penyebab diplopia binokular adalah:

  • Gangguan orbita: Trauma, tumor, infeksi, oftalmopati terkait gangguan tiroid
  • Kelainan otot ekstraokular: Oftalmopati terkait gangguan tiroid, cedera otot ekstraokular, hematoma akibat pembedahan, miopati kongenital, miopati mitokondrial, distrofi otot

  • Disfungsi neuromuscular junction: Myasthenia gravis, botulisme

  • Palsy pada saraf kranial III, IV, atau VI: Neuropati diabetik, perdarahan, tumor, malformasi vaskuler, aneurisma, meningitis, multiple sclerosis

  • Cedera saraf pusat: Iskemia, perdarahan, tumor, hidrosefalus, sifilis, ensefalopati Wernicke, penyakit neurodegeneratif
  • Obat-obatan: Toksin botulinum, rufinamide, pregabalin, sildenafil, gabapentin, topiramate, levetiracetam, amlodipine, pravastatin, capecitabine, lamotrigine, sertraline, ciprofloxacin[3,4]

Berdasarkan keluhannya, diplopia binokular dapat dibedakan menjadi diplopia vertikal dan horizontal. Pada diplopia vertikal diketahui terdapat keluhan melihat dua gambar yang bergeser secara diagonal, satu di atas yang lain, akibat kurangnya aktivitas rektus inferior kanan atau kiri, rektus superior, oblik inferior, atau oblik superior. Sementara itu, pada diplopia horizontal akan terlihat dua gambar muncul berdampingan akibat kondisi patologis yang mempengaruhi otot rektus medial, lateral, atau persarafan otot-otot tersebut.[6]

Referensi

1. Iliescu DA, Timaru CM, Alexe N, Gosav E, Simone AD, et al. Management of diplopia. Rom J Ophthalmol. 2017; 61(3): 166–170.
2. Najem K, Margolin E. Diplopia. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441905/
3. Alves M, Miranda A, Narciso MR, Mieiro L, Fonseca T. Diplopia: A Diagnostic Challenge with Common and Rare Etiologies. Am J Case Rep. 2015; 16: 220–223.
4. Brady CJ. Diplopia (Double Vision). MSD Manuals, 2021. https://www.msdmanuals.com/professional/eye-disorders/symptoms-of-ophthalmologic-disorders/diplopia
6. Suryakusuma L, Setyahadi S, Dewati E. Gambaran paresis nervus III, IV, dan VI berdasarkan penyebab pada pasien poliklinik neurooftalmologi RS Cipto Mangunkusumo. Neurona, 2012. 29(2). http://www.neurona.web.id/paper/796.pdf

Patofisiologi Diplopia
Epidemiologi Diplopia
Diskusi Terkait
drg.Indryani Tanuwidjaja, Sp. Perio
01 Oktober 2022
Akomodasi mata
Oleh: drg.Indryani Tanuwidjaja, Sp. Perio
16 Balasan
Mata sy kanan n kiri klo lihat jauh terang bila ditutup salah satu sisi. Tp stlh kacamata d pasang kok spt double lihat jauh. Itu kr apa y dok. Bila lihat...
dr. Irene Cindy Sunur
05 Mei 2021
Tanda Bahaya Diplopia - Mata Ask the Expert
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur
1 Balasan
Alo, dr. M. Sidik, Sp.M(K)Saya ingin bertanya, Dok. Kira-kira apa sajakah tanda bahaya keluhan diplopia yang perlu segera dirujuk ke dokter spesialis mata?...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.