Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Diplopia general_alomedika 2022-09-20T11:41:02+07:00 2022-09-20T11:41:02+07:00
Diplopia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Diplopia

Oleh :
dr. Karina Sutanto
Share To Social Media:

Epidemiologi diplopia global tidak diketahui. Kondisi ini adalah suatu keluhan, bukan suatu diagnosis. Secara umum, frekuensi pasien datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama diplopia cukup rendah.

Global

Secara global, frekuensi terjadinya diplopia tidak diketahui pasti. Insidensi diplopia sebagai keluhan utama kunjungan ke unit gawat darurat diduga cukup rendah. Dalam satu studi dari rumah sakit spesialis mata di London, kejadian diplopia sebagai keluhan utama hanya didapat pada sekitar 1,4% dari keseluruhan kasus.[5]

Selain itu, tidak terdapat kecenderungan etnis dan jenis kelamin terkait diplopia. Sebaliknya, ditemukan kasus diplopia yang cenderung terjadi pada pasien dewasa. Usia >50 tahun merupakan faktor risiko terjadinya kelumpuhan saraf kranial akibat iskemia mikrovaskular yang dapat menimbulkan keluhan diplopia.[1,2,5]

Indonesia

Data epidemiologi diplopia di Indonesia terbatas pada beberapa studi deskriptif.

Diplopia diketahui dapat disebabkan oleh gangguan saraf kranial. Dalam studi deskriptif potong lintang pada pasien Poliklinik Neurooftalmologi, Departemen Neurologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari bulan Juli 2010 sampai Juni 2011, didapatkan 130 pasien mengalami paresis nervus III, IV, dan VI, masing-masing sebanyak 72, 17, dan 87 kasus.

Dalam studi tersebut, diketahui bahwa neoplasma merupakan etiologi tersering sebanyak 80 kasus (61,5%), diikuti dengan etiologi vaskuler 18 kasus (13,8%), infeksi 16 kasus (12,3%), trauma 8 kasus (6,15%), dan etiologi lain sebanyak 8 kasus (6,15%).[6]

Diplopia juga menjadi keluhan pada individu dengan Thyroid-Associated Ophthalmopathy (TAO). Dalam studi deskriptif potong lintang di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo sejak Februari 2016 sampai November 2018, terdapat 92 pasien dengan TAO. Dalam studi tersebut, dilaporkan bahwa 72,8% pasien perempuan, 93,5% usia 18-60 tahun, dan 83,7% pasien mengalami keluhan mata bilateral. Gejala tersering yang terjadi dari TAO adalah kelainan gerakan mata (61,0%), diplopia (19,6%), dan mata berair (33,7%).[7]

Referensi

1. Iliescu DA, Timaru CM, Alexe N, Gosav E, Simone AD, et al. Management of diplopia. Rom J Ophthalmol. 2017; 61(3): 166–170.
2. Najem K, Margolin E. Diplopia. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441905/
5. Dude I. Diplopia (Double Vision). Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1214490-overview
6. Suryakusuma L, Setyahadi S, Dewati E. Gambaran paresis nervus III, IV, dan VI berdasarkan penyebab pada pasien poliklinik neurooftalmologi RS Cipto Mangunkusumo. Neurona, 2012. 29(2). http://www.neurona.web.id/paper/796.pdf
7. Fitrada L, Boesoirie SF. Karakteristik klinis pada penderita thyroid-associated ophthalmopathy (TAO) di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. 2018. http://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/12/Karakteristik-Klinis-penderita-Thyroid-Associated-Ophthalmopathy-TAO-di-Rumah-Sakit-Mata-Cicendo.Lucky-Fitrada.pdf

Etiologi Diplopia
Diagnosis Diplopia
Diskusi Terkait
drg.Indryani Tanuwidjaja, Sp. Perio
01 Oktober 2022
Akomodasi mata
Oleh: drg.Indryani Tanuwidjaja, Sp. Perio
16 Balasan
Mata sy kanan n kiri klo lihat jauh terang bila ditutup salah satu sisi. Tp stlh kacamata d pasang kok spt double lihat jauh. Itu kr apa y dok. Bila lihat...
dr. Irene Cindy Sunur
05 Mei 2021
Tanda Bahaya Diplopia - Mata Ask the Expert
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur
1 Balasan
Alo, dr. M. Sidik, Sp.M(K)Saya ingin bertanya, Dok. Kira-kira apa sajakah tanda bahaya keluhan diplopia yang perlu segera dirujuk ke dokter spesialis mata?...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.