Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia dapat dibuat apabila gejala, tanda, dan hasil pemeriksaan penunjang memenuhi kriteria diagnosis.
Anamnesis
Pada umumnya pasien dengan preeklampsia ringan tidak mengalami gejala dan tanda apapun dan kondisinya biasanya diketahui dari tekanan darah yang meningkat pada pemeriksaan saat kontrol disertai dengan adanya proteinuria pada pemeriksaan urin. Jika seorang pasien datang dengan keluhan yang mengarah ke diagnosis preeklampsia, biasanya hal tersebut mengarah kepada diagnosis preeklampsia berat. Keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien antara lain sebagai berikut:
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan: kabur, gangguan lapang pandang (skotoma),kebutaan
- Sesak napas
- Nyeri epigastrium
- Bengkak pada tungkai/seluruh tubuh(edema)
- Lemas
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang utama adalah pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah yang diperoleh pada pemeriksaan pasien eklampsia harus mencapai angka ≥140/90 mm Hg pada dua pemeriksaan yang dijeda 4 jam. Penggunaan suara Korotkoff V disarankan untuk menentukan tekanan diastolik.
Diagnosis Banding
Diagnosis preeklampsia sebetulnya cukup jelas dan jarang memerlukan diagnosis banding selama seluruh kriteria diagnosis sudah terpenuhi. Namun, preeklampsia bisa didiagnosis banding dengan bentuk lain hipertensi dalam kehamilan.
- Hipertensi gestasional: hipertensi yang didapatkan pertama kali saat kehamilan, tanpa disertai proteinuria, dan kondisi menghilang 3 bulan pascapersalinan
- Hipertensi kronik adalah hipertensi yang sudah ada sebelum umur kehamilan 20 minggu (midpregnancy) atau kondisi hipertensi muncul setelah umur kehamilan 20 minggu, tetapi menetap sampai 3 bulan pascapersalinan
- Preeklampsia superimposed adalah hipertensi kronik yang disertai dengan tanda-tanda preeklampsia.
Eklampsia adalah komplikasi preeklampsia berat, dimana pada pasien yang memenuhi kriteria diagnosis preeklampsia berat kemudian mengalami kejang grand-mal (tonik klonik)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk penegakkan diagnosis, identifikasi komplikasi, dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium, ultrasonography, cardiotocography, dan radiologi.
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan :
- Protein urin: dipstick≥1+, ≥300 mg pada spesimen urin 24 jam, rasio protein/kreatin ≥3
- Enzim hepar: ALT/AST dapat ditemukan meningkat hingga dua kali lipat nilai normal
- Serum kreatinin >1.1 mg/dL atau kenaikan level serum kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal lainnya
USG
Pada preeklampsia, USG digunakan untuk menilai adanya IUGR (Intrauterine Growth Restriction)
Cardiotocography (CTG)
Cardiotocography (CTG) digunakan untuk menilai adanya gawat janin (monitoring janin)
Radiologi
MRI atau CT Scan dapat digunakan pada pasien eklampsia untuk mengetahui terdapat kondisi seperti edema serebral atau perdarahan intrakranial, tetapi tidak begitu dibutuhkan untuk penegakan diagnosis dan tatalaksana.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan apabila didapatkan :
- Kondisi hipertensi pada usia kehamilan di atas 20 minggu di mana tekanan darah ≥140/90 mm Hg pada dua kali pengukuran dengan jeda waktu 4 jam, atau tekanan darah ≥160/100 mm Hg pada preeklampsia berat
- Proteinuria
Kriteria proteinuria pada preeklampsia yakni proteinuria ≥300 mg pada spesimen urin 24 jam atau rasio protein/kreatin ≥0.3 atau nilai ≥1+ pada dipstick protein urin
- Edema patologis
Kondisi patologis lain yang juga dapat menjadi kriteria diagnostik preeklampsia jika terdapat hipertensi tanpa proteinuria adalah:
- Trombositopenia (<100.000/μL)
- Gangguan fungsi ginjal (level serum kreatinin >1.1 mg/dL atau kenaikan level serum kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal lainnya)
- Gangguan fungsi hati (kenaikan level transaminase sekurang-kurangnya dua kali nilai normal)
- Edema pulmoner
Gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang)