Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Hipotensi Ortostatik general_alomedika 2022-02-04T17:02:11+07:00 2022-02-04T17:02:11+07:00
Hipotensi Ortostatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hipotensi Ortostatik

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Penatalaksanaan hipotensi ortostatik bertujuan untuk mencegah kekambuhan, mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi utama yang diberikan adalah terapi nonfarmakologi seperti abdominal binder, bolus air, dan terapi countermaneuvers. Bila tidak membaik, dapat pula diberikan terapi farmakologi seperti dengan pemberian midodrine.[1]

Terapi NonFarmakologi

Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pada pasien hipotensi ortostatik antara lain adalah abdominal binder, bolus air, dan countermaneuvers.

Abdominal Binder

Kompresi pada venous capacitance bed membantu mengurangi venous pooling dan penurunan tekanan darah ortostatik. venous capacitance bed terbesar di tubuh manusia adalah the splanchnic-mesenteric bed. Sehingga tatalaksana hipotensi ortostatik dapat dilakukan dengan melakukan kompresi abdominal serta hal ini lebih efektif bila dibandingkan dengan kompresi vena di kaki, karena volumenya yang rendah.[1,14]

Bolus Air

Terapi bolus air dilakukan dengan cara pasien meminum dua gelas air dingin sekitar 240 ml air dengan cepat. Terapi ini dapat meningkatkan tekanan darah sistolik saat berdiri hingga 20 mmHg selama 1–2 jam. Mekanisme yang terjadi adalah aktivasi neuron adrenergik simpatis sehingga konsentrasi norepinefrin dalam plasma meningkat.[1]

Pasien juga diedukasi untuk melakukan terapi bolus air pada waktu-waktu terjadinya peningkatan stress ortostatik, seperti saat bangkit berdiri, sebelum beraktivitas belanja, dan sebelum berolahraga. Pada pasien yang melakukan terapi bolus hingga 3–4 kali perhari, sebaiknya juga diedukasi untuk mengurangi konsumsi air di samping terapi bolus air yang terlalu banyak karena dikhawatirkan akan menyebabkan kelebihan cairan.[1,14]

Countermaneuvers

Kontraksi otot akan meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme respons tekanan otot dan ini merupakan dasar pada pemeriksaan handgrip test. Pendekatan praktis yang dilakukan adalah dengan meminta pasien mengontraksikan sejumlah otot-otot bilateral tubuhnya selama 30 detik, kemudian istirahat, kemudian melakukan kontraksi otot kembali. Manuver sederhana pada metode ini antara lain, squatting, menekuk lutut, atau berdiri dengan kedua jempol kaki. Manuver ini dapat meningkatkan tahanan total perifer secara sementara.[1,14]

 

Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi dilakukan  dengan tujuan untuk mempertahankan tekanan darah saat posisi berdiri dengan mekanisme vasokonstriksi atau meningkatkan volume intravaskuler. Contoh terapi farmakologi dengan mekanisme vasokonstriksi adalah midodrine, dan meningkatkan volume intravaskuler adalah fludrocortisone.[5]

Midodrine

Midodrine adalah α1-adrenoceptor agonist yang digunakan sebagai farmakoterapi hipotensi ortostatik. Metabolit aktifnya adalah desglymidodrine, lama waktu aktivitasnya adalah 2–4 jam. Dosis yang diberikan berkisar antara 2,5-5 minggu satu sampai dua kali perhari dengan pemberian dosis titrasi. Efek samping utama obat ini adalah supine hypertension, paresthesia, dan goose-bumps . Efek samping yang lebih jarang antara lain disuria atau anuria, pada efek samping ini obat harus segera dihentikan.[1,14,15]

Pressor agents seperti midodrine digunakan untuk meningkatkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah normal saat posisi berdiri, tetapi memiliki efek memperburuk supine hypertension. Target terapi adalah mempertahankan pressor effect yang menengah, cukup untuk meningkatkan tekanan darah saat berdiri untuk mengurangi gejala hipotensi ortostatik.[1]

Pasien juga diharapkan mampu berdiri cukup lama untuk menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa memunculkan efek samping berupa supine hypertension yang tidak terkontrol. Nilai yang dipakai umumnya adalah tekanan darah sistolik saat berdiri ≥90 mmHg dan posisi supine dengan tekanan darah sistolik ≤180 mmHg.[1]

Fludrocortisone

Fludrocortisone meningkatkan volume plasma dan meningkatkan sensitivitas α-adrenoceptors. Dosis yang biasa digunakan adalah 0.1–0.2 mg/hari. Komplikasi utama pada obat ini adalah hipokalemia dan supine hypertension. Fludrocortisone sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan hipertensi dan gagal jantung karena berhubungan dengan mekanisme kerjanya yang menyebabkan penyerapan garam sodium melalui ginjal untuk meningkatkan kadar volume intravaskuler.[1,14,15]

Droxidopa

Droxidopa merupakan prekursor oral norepinephrine. Percobaan fase ketiga terapi ini menunjukkan perbaikan gejala serta tekanan darah sistolik saat pasien berdiri. Droxidopa waktu kerjanya antara 6–8 jam. Pemberian dosisnya harus disesuaikan untuk masing-masing individu dengan rentang dosis berkisar antara 100 hingga 600 mg tiga kali sehari.[1,15]

Pyridostigmine

Pyridostigmine merupakan inhibitor kolinesterase. Kelebihan obat ini adalah dapat meningkatkan tekanan darah saat berdiri tanpa adanya efek samping memperburuk supine hypertension. Efek dari inhibisi kolinesterase dapat meningkatkan faktor transmisi ganglionik dengan menunda pemecahan asetilkolin pada tingkat ganglia otonom. Dengan mekanisme ini, peningkatan tekanan darah dapat terjadi terutama pada posisi berdiri.[1,15]

Manajemen Pasien Hipotensi Ortostatik dengan Hipertensi

Pada pasien hipotensi ortostatik dengan penyulit hipertensi, tidak perlu dilakukan penurunan dosis obat antihipertensi untuk mengantisipasi terjadinya sinkop maupun jatuh. Hipertensi memang menjadi faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menderita hipotensi ortostatik hingga 2%-5% pada pasien usia lanjut, tetapi risiko ini akan meningkat hingga 19% pada kasus hipertensi tidak terkontrol.[15]

Walaupun begitu, obat antihipertensi yang dapat mengganggu kompensasi autonom ortostatik tidak boleh diberikan, seperti antihipertensi golongan alpha blockers, beta-blockers, dan central sympatholytics. Begitu pula obat antihipertensi golongan diuretik seperti hydrochlorothiazide. Obat antihipertensi pilihan pada kasus ini adalah angiotensin receptor blockers (ARB) dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors.[15]

Referensi

1. Low. PA and Tomalia, VA. Orthostatic Hypotension: Mechanisms, Causes, Management. Orthostatic Hypotension: Mechanisms, Causes, Management. J Clin Neurol 2015;11(3):220-226. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4507375/pdf/jcn-11-220.pdf
5.Joseph, A et al. Orthostatic hypotension: A review. Nephrol Ther. 2017 Apr;13 Suppl 1:S55-S67. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28577744
14.Berger,MJ and Kimpinski, Kurt. A Practical Guide to the Treatment of Neurogenic Orthostatic Hypotension. Can J neurol Sci. 2014; 41: 156-163. Available from : https://pdfs.semanticscholar.org/b6cd/7bcd434eab6be53866ca01ee5b09a7ad2981.pdf?_ga=2.219505817.1280162433.1582292088-966766818.1574700021
15.Biaggioni, Italo. Orthostatic Hypotension. Available from : https://sci-hub.tw/https://doi.org/10.1016/B978-0-323-42973-3.00042-1

Diagnosis Hipotensi Ortostatik
Prognosis Hipotensi Ortostatik
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 16:04
Ekstraksi gigi pada pasien hipertensi
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, saya mau bertanya, untuk pasien dengan hipertensi, dengan tekanan darah maksimal berapa yang bisa dilakukan tindakan ekstraksi. Dan apa saja yang...
Anonymous
Kemarin, 14:28
Obat yang sesuai untuk mengatasi konstipasi pada pasien hemorrhoid
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok, saya ada pasien dengan hemorrhoid grade 2 dan konstipasi (sangat nyeri untuk BAB), kira kira apakah obat pencahar dan obat hemorrhoid yang tepat?...
dr. Felicia
Kemarin, 12:59
Ask the Expert Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi dan Onkologi di Forum Diskusi Alomedika - Rabu, 28 Juni 2022, Pukul 15.00-17.00 WIB
Oleh: dr. Felicia
1 Balasan
Alo Dokter! Alomedika akan kembali mengadakan "Ask the Expert" bersama Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi dan Onkologi. Yuk, catat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.