Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Epilepsi kirti 2022-04-01T14:35:23+07:00 2022-04-01T14:35:23+07:00
Epilepsi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis dan Komplikasi
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Epilepsi

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Etiologi epilepsi dibagi menjadi enam macam yaitu struktural, genetik, infeksi, metabolik, imunitas dan yang terakhir adalah etiologi yang tidak diketahui. Setiap pasien epilepsi dapat memiliki salah satu atau beberapa etiologi sekaligus sebagai penyebab terjadinya epilepsi. Ada berbagai macam faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi, baik faktor internal seperti neoplasma, riwayat genetik keluarga dengan epilepsi dan faktor eksternal seperti stress dan kurang tidur.[5,6]

Etiologi

Berikut etiologi yang menjadi penyebab terjadinya epilepsi dan penting untuk diketahui karena berhubungan dengan pilihan terapi serta prognosis epilepsi.

Struktural

Etiologi struktural adalah abnormalitas struktur di otak yang diketahui melalui pencitraan dan merupakan penyebab utama terjadinya epilepsi pada pasien. Kelainan struktural ini terbagi menjadi dua yaitu kelainan struktural yang didapat seperti akibat stroke, trauma dan infeksi, serta kelainan struktural genetik yang menyebabkan terjadinya malformasi korteks. Kelainan struktural merupakan penyumbang 40% dari total epilepsi resisten obat pada anak.[2,6]

Contoh gambaran pencitraan berupa kelainan struktur yang berhubungan dengan epilepsi antara lain sebagai berikut, mesial temporal lobe seizures yang berhubungan dengan sclerosis hippocampus. Gelastic seizures dengan kelainan berupa hypothalamic hamartoma, sindrom Rasmussen, dan hemiconvulsion‐hemiplegia‐epilepsy. Abnormalitas struktural ini menjadi penting untuk diketahui karena dapat menjadi pintu masuk terapi bedah bila obat antiepilepsi tidak memberikan hasil yang memuaskan.[6]

Genetik

Etiologi genetik sebagai faktor predisposisi terjadinya epilepsi masih terus berkembang. Masih banyak kelainan genetik yang tidak diketahui. Etiologi genetik dapat diamati lebih jelas pada kasus dengan riwayat keluarga memiliki kelainan autosomal dominan, contohnya syndrome of Benign Familial Neonatal Epilepsy yang diketahui terjadi mutasi pada salah satu gen kanal potassium, KCNQ2 atau KCNQ3.[6,7]

Epilepsi dapat terjadi akibat mutasi beberapa atau hanya satu gen saja. Mutasi genetik dapat menyebabkan terjadinya epilepsi dengan gejala ringan hingga berat. Contoh mutasi monogenik yang menyebabkan terjadinya epilepsi dapat diamati pada anak-anak dengan ensefalopati epilepsi berat,  yaitu pada sindrom Dravet. Lebih dari 80% pasien memiliki varian abnormal gen SCN1A. Mutasi gen SCN1A berhubungan dengan sindrom Dravet dan Genetic Epilepsy with Febrile Seizures Plus (GEFS+).[6,7]

Etiologi genetik sendiri tidak menjadi satu-satunya faktor penentu terjadinya epilepsi. Seseorang bisa saja mewarisi mutasi genetik yang menjadi etiologi epilepsi, namun peran dari faktor lingkungan seperti stress, kurang tidur dan penyakit tetap berperan memicu terjadinya awitan kejang.[6]

Infeksi

Infeksi merupakan etiologi tersering yang saat ini diketahui menjadi penyebab epilepsi. Pada kasus kejang seperti ini, kejang merupakan salah satu gejala utama infeksi penyakit tersebut dan memenuhi kriteria diagnosis epilepsi. Contohnya adalah infeksi neurosistiserkosis, tuberkulosis, HIV, malaria serebral, subacute sclerosing panencephalitis, cerebral toxoplasmosis, dan infeksi kongenital, contohnya Zika virus dan cytomegalovirus.[2,6]

Metabolik

Seperti pada skenario etiologi infeksi, pada etiologi metabolik, kejang epilepsi juga merupakan salah satu gejala suatu penyakit metabolik yang terjadi pada seseorang. Epilepsi metabolik dapat terjadi sebagai manifestasi dari abnormalitas biokimia atau defek metabolik didalam tubuh. Contohnya adalah porfiria, uremia, aminoasidopati, atau kejang terkait  pyridoxine.[6]

Imunitas

Epilepsi yang terjadi akibat gangguan sistem imun terjadi akibat reaksi inflamasi yang dimediasi oleh imunitas tubuh yang menyebabkan terjadinya inflamasi sistem saraf pusat. Contoh kondisi ini adalah pada penyakit ensefalitis autoimun. Manifestasi klinis epilepsi terkait imunitas antara lain kejang, gejala psikiatrik, gangguan gerak, amnesia, kebingungan hingga kehilangan kesadaran. [2,6]

Etiologi yang tidak diketahui

Penyebab suatu epilepsi yang tidak diketahui etiologinya saat ini terutama berhubungan pada kasus diagnosis epilepsi dinegara berkembang dengan akses teknologi yang terbatas, sehingga diagnosis hanya dapat ditegakkan sampai titik tertentu saja tanpa mengetahui etiologi penyebabnya.[6]

Faktor Risiko

Faktor risiko epilepsi banyak dikaitkan dengan proses perkembangan janin dalam kehamilan serta masalah pada saat persalinan dan post natal. Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan epilepsi adalah:

  • Riwayat sakit berat saat kehamilan
  • Riwayat cedera otak traumatik

  • Kejang demam
  • Riwayat epilepsi pada keluarga
  • Skor APGARyang rendah saat lahir.

  • Stress
  • Gangguan elektrolit (contohnya hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia)
  • Efek toksik akut (antidepresan, simpatomimetik)
  • Withdrawal syndromes (ethanol, benzodiazepines)

  • Sepsis
  • Infeksi sistem saraf pusat
  • Stroke
  • Neoplasma
  • Penyakit inflamasi (lupus cerebritis, anti-NMDA receptor encephalitis)[2,6,8,9]

Referensi

2. Sirven JI. Epilepsy: A Spectrum Disorder. Cold Spring Harb Perspect Med. 2015;5(9):a022848. Published 2015 Sep 1. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4561391/
5.Pack, Alison M. Epilepsy Overview and Revised Classification of Seizures and Epilepsies. Continuum (Minneap Minn). 2019 Apr;25(2):306-321. Available from : https://journals.lww.com/continuum/Fulltext/2019/04000/Epilepsy_Overview_and_Revised_Classification_of.4.aspx
6. Scheffer, Ingrid E. et al. ILAE classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE Commission for Classification and Terminology. Epilepsia, 58(4):512–521, 2017. Available from : https://www.ilae.org/files/ilaeGuideline/ClassificationOfEpilepsies_Scheffer_et_al-2017-Epilepsia.pdf
7. Scheffer IE, et al. Classification of the epilepsies: New concepts for discussion and debate-Special report of the ILAE Classification Task Force of the Commission for Classification and Terminology. Epilepsia Open. 2016;1(1-2):37-44. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5867836/#!po=21.4286

Patofisiologi Epilepsi
Epidemiologi Epilepsi

Artikel Terkait

  • Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
    Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
  • Tata Laksana Epilepsi pada Kehamilan
    Tata Laksana Epilepsi pada Kehamilan
  • Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
    Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
  • Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
    Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
  • Kontroversi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Pasien Epilepsi
    Kontroversi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Pasien Epilepsi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
13 Juni 2023
Profilaksis untuk pasien epilepsi disertai gangguan mental
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin dokter, ini ada pasien 18 thn msk kata ibunya ada kejang dirumah selama 15 menit, kaku badan nya. ada riw epilepsi usia 7 thn dok dn slama 2 tahun...
Anonymous
09 Januari 2023
Waktu yang tepat untuk berhenti minum obat antiepilepsi setelah pasien 2 tahun bebas kejang
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dok...Mau menanyakan terkait kapan waktu yg tepat untuk menghentikan minum obat anti epilepsi setelah pasien sudah 2 tahun bebas kejang.Dan bgmana...
Anonymous
04 Januari 2023
Imunisasi campak pada bayi dengan epilepsi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya apakah kontraindikasi imunisasi campak pada bayi dengan epilepsi? Bayi ini riwayat kdk setelah imunisasi dan berlanjut menjadi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.